Saya dan 2154
Tampaknya saya mulai memahami kenapa Usman terlebih dahulu
menjelaskan statusnya
''Saya Usman, sudah
punya istri dan telah punya seorang putreri''
setiap berkenalan
dengan perempuan.
Awalnya saya
menganggap cara yang ditempuh Usman kurang cerdas. Akan sulit bagi perempuan
mau menjalin hubungan, apalagi percintaan, bila mengaku telah berkeluarga.
Sayang sekali, pikir
saya. Sebab bila ingin misi senyap ini berhasil, seharusnya mengaku masih
lajang saja.
Bisa jadi Usman
memilih jalan ini karena realitanya dia adalah pria paling tampan di Aceh. Dan
itu artinya dia adalah pria paling tampan di dunia. Sehingga, dia tidak akan
kesulitan membangun hubungan kasih dengan perempuan sekalipun terus terang.
Tetapi setelah
membaca By the River Piedra I Sat Down and Wept karya Paulo Coelho, saya
menyadari bahwa kejujuran Usman karena dia tahu bagaiman hancurnya perasaan
perempuan bila dikhianati laki-laki. Dikhianati yang dimaksud dalam konteks ini
khususnya adalah bila setelah terlanjur jatuh cinta, dia mengetahui pria yang
ia cintai itu telah menikah. 'Telah menikah' nantinya bukanlah perkara besar
yang membuatnya hancur, yang lebih parah adalah kehancuran hati seorang wanita
ketika mengetahui dirinya telah ditipu.
Perempuan, bila hatinya telah diambil, maka jiwanya akan merajut
impian-impian terindah di masa depan. Pada detik pertama jatuh cinta, perembuat
telah selesai menggambar denah rumah, interiornya, lengkap dengan anak-anaknya
yang sedang berlarian di halaman rumah. Gambar-gambar itu menyatu dan senyawa
dengan jiwanya. Begitulah seorang wanita. Kiranya tidak perlu menerangkan teori
ittihad aqil wa ma'qul pada seorang perempuan.
Maka pernah
bercerita, tampaknya aku hanya menguping saja, bahwa Usman itu sehari-hari
hanya naik kendaraan umum. Dia tidak punya tujuan, hanya untuk berkenalan
dengan perempuan yang dia tertarik. Dia akan turun bila perempuan sasarannya
turun.
Sayal tidak tahu
pasti. Mungkin dia akan naik kendaraan umum lainnya dan melakukan hal yang
sama.
Nenek, ibunya Mak
pernah mengatakan Usman itu sangat pemalas. Orang-orang di rumah menggelarinya
Pak Belalang. Tapi saya tetap bangga dengannya. Saya menganggap sikapnya yang
pemalas pada tahun-tahun awal menikah adalah karena dia sedang ingin menikmati
saat terindah dalam hidup, yang tidak bisa diulang seumur hidup, yakni
menikmati pondok mertua indah (pmi). Saya juga pernah menikmatinya. Dan rasanya
memang seperti berada di dalam surga. Juga saya sadar bahwa berada di pmi
seperti bermain bola salju di sisi terjal gunung. kapanpun bola itu dapat
menggelinding, membesar hingga menjadi masalah besar. Hampir semua orang akan
mengalaminya. Dan Usman telah mengalaminya. Dia harus pindah dari pmi dan
tinggal di desa Paya Cut. Tetapi rumah di desa itu juga milik mertuanya. Rumah itu
adalah bekas gudang penyimpanan barang milik Banta Raden, orang yang pernah
menjadi paling kaya se Peusangan dan salah satu terkaya di Bireuen. Sekalipun telah berpisah dengan mertua,
Usman masih tetap menikmati sisa-sisa kenikmtan di pmi. Dia masih belum mau
menyingsingkan lengan baju.
Banta Raden yang
sudah mulai bangkrut dan telah kawil lagi, sesekali di datangi oleh Mak meminta
kebutuhan dasar hidup. Banta Raden yang baik hati setiap bulannya mengirim
beras dan ikan asin supaya anak dan metianya yang super malas itu tidak mati
kelaparan.
Menikmati pmi atau
memeng berwatak pemalas? Pertanyaan ini memang perlu dialamatkan kepada Usman.
Soalnya, ibunya Usman pernah bercerita bahwa putranya itu waktu remaja sangat
pemalas. Bila disuruh turun ke sawah pada pagi hari, dia akan menjawa
''Malas sekali.
Pagi-pagi sudah disuruh ke sawah. Enbun-embun belum kering. Kedinginan kita.''
Bila sudah agak suang
disuruh, akan dijawab
''Sudah siang baru
disuruh. Malas kita. Matahari sudah sangat terik.
Dan kalau sore hari
disuruh. Akan dijawab
''Sudah sore baru
disuruh. Malas kita. Padahal kita sudah mandi dan stedi.''
Tetapi Usman sendiri
pernah bercerita pada sejawatnya saat saya di sampingnya. Dengan tujuan sebagai
sindiran pada saya.
''Anak jaman sekarang
sangat pemalas bila disuruh sekolah olehorang tua. Kita dulu untuk sekolah
memanen sendiri sayuran, menghantarnya dengan sepeda. Berangkat jam tiga pagi,
jam lima sore tiba di pasar Inpres Lhokseumawe menjual sayuran untuk biaya
sekolah.''
Saya tidak mengerti
apakah pernyataan itu sepenuhnya benar. Menurut sumber lain, Usman suka
mengambil dan menjual hasil kebun untuk dijual dan uangnya buat
bersenang-senang. Sementara dia sama sekali tidak mau ambil peran saat proses
penanaman dan perawatan. Di rumah panggung besar sebelum dibongkar Ponen untuk
diganti dengan rumah beton besar, waktu kecil dulu, saya melihat ratusan
bungkus roko Djarum Super bewarna merah. Belakangan saya ketuahui itu adalah
sisa Usman. Itu artinya dia punya banyak uang. Dan tampaknya uang-uangnya itu
dari hasil mencuri hasil kebun milik orangtuanya.
Mungkin pola hidup
yang mudah inilah yang membuatnya masih menjadi pemalas sekalipun telah
beberapa tahun menikah.
Ketika Kakak hampir
masuk sekolah, barulah Usman bangun dan bekerja. Dia bekerja sepeti orang gila.
Bahkan beberapa minggu sebelum meninggal, dia bekerja dengan sangat tekum
sekalipun badannya telah menjadi sarang penyakit.
Saya teringat
hari-hari terakhirnya saat setelah mandi, rambutnya belum disisir, dia bangun
bekerja sekalipun fisiknya sudah sangat lemah. Dia kuat di luar. Di dalam,
badannya teh hancur.
***
Saya dan Sebelum Sekolah
seingat saya, meski
tidak sekolah TK, saya sudah bisa membaca sebelum masuk sekolah. Saya belajar
membaca dari kakak yang setahun lebih tua daripada saya. Saya juga suka
mengamati tulisan-tulisan yang ada di mana saja yang saya lihat. Kalau ke
pasar, saya paling suka mengeja nama-nama toko. Saya pernah membuat seorang
pejabat di kampung saya tertawa terpingkal-pingkal setelah menuruti permintaannya
membaca sebuah papan penringatan di pinggir jalan. Dia meminta saya membaca
karena ingin membuktikan berita yang beredar saya sudah bisa membaca sebelum
sekolah. Tulisannya adalah: Pelan2. Saya mengejanya ''pelan dua''. Seingat
saya, sampai saya masuk MIN, setiap melihat saya dia selalu memberi senyum.
Mungkin dia teringat ''pelan dua'' itu.
*
Tidak hanya Pak
Liyah. Orang terpelajar lainnya di kampung kami, yang juga pegiat dunia
pendidikan, Pak Aya, juga menemukan keunikan pada diri saya. Setiap beliau
dalam perjalanan pulang atau pergi ke kebunnya melalui lorong dekat rumah kamu,
beliau kerap singgah. Bercakap-cakap dengan ayah, atau ibu, tampaknya hanya
alasan beliau saja. Beliau suka memperhatikan perilaku saya.
Ibu saya sangat ingat
peringatan beliau. Bahwa kalau saya dididik dengan baik akan menjadi orang.
*
Ayah, cinta itu
indah, ya.
Kenapa bertanya begitu?
Bukankah ayah yang pergi ke warung kopi itu. Mematikan
televisi dan engkau merangkulku.
Malam menjelang
pernikahanku. Bukankah ayah yang datang menjemputku. Membawaku pergi dari
pengantin perempuan. Kita ke suatu tempat yang sangat sunyi.
Indah sekali.
Dan ayah menunkukkan
padaku sebuah cinta yang sebanarnya.
Pada sebuah dusun.
Harinya tidak gelap, tidak terang.
Di sana orang-orang
biar saja suka menggunjing dan menggibah.
Tetapi ternak-ternak,
ayam-ayam, bebek-bebek. Mereka menari bersama dengan rapi. Dengan gerakan yang
sama secara bersama.
Aku belum pernah
menemukan pria yang lebih tampan daripada ayah.
Aku belum pernah berjumpa
manusia yang wajahnya lebih indah daripada ayah.
Belum pernah saya
melihat insan yang wajahnya memancarkan cayaha lebih indah daripada cahaya yang
keluar dari wajah ayah. Ayah, ananda
selalu memenuhi keinginanmu.
Sekalipun tanpa
melalui kata, tetapi melalui cahaya mata dan air wajah Ayah, aku tahu Ayah yang
memintaku melompat dari atap kendaraan yang sangat tinggi itu. Padahal kita sudah susah payah memanjatnya
bersama.
Pada sebuah pantai,
saat daratan telah lelah kita tempuh, saat Ayah akan kembali ke laut,- atau
akan naik ke langit(?) Saat aku tahu kita akan berpisah, tidak henti-henti
kuminta orang memotret kita. Saat kutahu Ayah akan segera pergi. Aku tidak
ingin cahaya Ayah itu tidak kupandang lagi.
Sayangnya
kemara-kamera itu tidak ada yang bekerja.
Akhirnya Ayah
mengeluh kesakitan. Sakit sekali. Jelas sekali, aku bisa turut merasa sakitnya.
Dan kutahu Ayah harus segera pergi.
Kukumandangkan zikir
''La ilaha illallah'' berulangkali. Kuharap Ayah mengikuti.
Tetapi yang keluar
dari mulut Ayah adalah salawat Nabi. Berkali-kali Ayah mengulangi. Dari Ayah
punya ekspresi, dan selalu dari sana saya menemukan pesan sesungguhnya dari
Ayah, salawat yang ayah ulang
berkali-kali itu jauh lebih penting daripada kumandangan zikir yang
''kuhantarkan''. Tetapi diujung shalawat itu keluar juga ''lailaha
illallah''. Demikian berkali-kali.
Saat Ayah menunjukkan
ekspresi sangat sakit sekali, aku berusaha melalukan sesuatu untuk meringankan
Ayah. Karena hampir kehabisan akal, kutunjukkan selembar daun bewarna hijau
yang dicari hampir semua manusia tetapi hanya beberapa saja yang berhasil
mendapatkannya.
Selembar itu juga
merupakan tanda pendakian yang telah melalui berjuta tantangan dan rintangan telah
berhasil dilalui. Melihat itu Ayah
bangga sekali. Rasa sakit Ayah tidak kurasakan lagi. Ayahpun tertidur di atas
pasir pinggir pantai. Tanpa Ayah ucapkan, tapi entah bagaimana kuketahui ucapan
itu dari Ayah, penuh kebahagiaan, kebanggaan, puncak tertinggi
''Anakku akan ke
Amerika.''
Aku tidak mengerti
apa hubungannya daun hijau itu dengan Amerika. Setahuku tidak ada. Tapi bila
disambung-sambungkan ya bersambung. Di sambung-sambungkan begitu-begitu, setiap
satu hal dengan hal lain juga bisa berhubungan.
Akan naik ke langit
atau ke laut, rupanya keduanya benar. Ruhnya naik ke langit, jasadnya dibawa ke
laut. Entah sebaliknya. Entaah. Di sana, langit dan laut adalah sama.
Aku menyadari bahwa
ada ruang di mana kita selalu bisa bertemu bersama. Ada juga ruang di mana aku
harus pergi sendiri, tempat di mana aku mewujudkan mimpi-mimpimu, mimpi-mimpi
kita. Dan itu adalah alam dunia ini.
Aku yakin. Dan itu
pasti, suatu hari nanti, kita akan berada di sana bersama selamanya. Mungkin setelah beberapa dari cita-cita kita
tertata di alam materi ini.
Wallahu'alam :)
Pada suatu pagi,
07-07-2015 Zawiyah
Saya dan Sebelum Saya
Tampaknya saya mulai memahami kenapa Usman terlebih dahulu
menjelaskan statusnya
''Saya Usman, sudah
punya istri dan telah punya seorang putreri''
setiap berkenalan
dengan perempuan.
Awalnya saya
menganggap cara yang ditempuh Usman kurang cerdas. Akan sulit bagi perempuan
mau menjalin hubungan, apalagi percintaan, bila mengaku telah berkeluarga.
Sayang sekali, pikir
saya. Sebab bila ingin misi senyap ini berhasil, seharusnya mengaku masih
lajang saja.
Bisa jadi Usman
memilih jalan ini karena realitanya dia adalah pria paling tampan di Aceh. Dan
itu artinya dia adalah pria paling tampan di dunia. Sehingga, dia tidak akan
kesulitan membangun hubungan kasih dengan perempuan sekalipun terus terang.
Tetapi setelah
membaca By the River Piedra I Sat Down and Wept karya Paulo Coelho, saya
menyadari bahwa kejujuran Usman karena dia tahu bagaiman hancurnya perasaan
perempuan bila dikhianati laki-laki. Dikhianati yang dimaksud dalam konteks ini
khususnya adalah bila setelah terlanjur jatuh cinta, dia mengetahui pria yang
ia cintai itu telah menikah. 'Telah menikah' nantinya bukanlah perkara besar
yang membuatnya hancur, yang lebih parah adalah kehancuran hati seorang wanita
ketika mengetahui dirinya telah ditipu.
Perempuan, bila hatinya telah diambil, maka jiwanya akan merajut
impian-impian terindah di masa depan. Pada detik pertama jatuh cinta, perembuat
telah selesai menggambar denah rumah, interiornya, lengkap dengan anak-anaknya
yang sedang berlarian di halaman rumah. Gambar-gambar itu menyatu dan senyawa
dengan jiwanya. Begitulah seorang wanita. Kiranya tidak perlu menerangkan teori
ittihad aqil wa ma'qul pada seorang perempuan.
Maka pernah
bercerita, tampaknya aku hanya menguping saja, bahwa Usman itu sehari-hari
hanya naik kendaraan umum. Dia tidak punya tujuan, hanya untuk berkenalan
dengan perempuan yang dia tertarik. Dia akan turun bila perempuan sasarannya
turun.
Sayal tidak tahu
pasti. Mungkin dia akan naik kendaraan umum lainnya dan melakukan hal yang
sama.
Nenek, ibunya Mak
pernah mengatakan Usman itu sangat pemalas. Orang-orang di rumah menggelarinya
Pak Belalang. Tapi saya tetap bangga dengannya. Saya menganggap sikapnya yang
pemalas pada tahun-tahun awal menikah adalah karena dia sedang ingin menikmati
saat terindah dalam hidup, yang tidak bisa diulang seumur hidup, yakni
menikmati pondok mertua indah (pmi). Saya juga pernah menikmatinya. Dan rasanya
memang seperti berada di dalam surga. Juga saya sadar bahwa berada di pmi
seperti bermain bola salju di sisi terjal gunung. kapanpun bola itu dapat
menggelinding, membesar hingga menjadi masalah besar. Hampir semua orang akan
mengalaminya. Dan Usman telah mengalaminya. Dia harus pindah dari pmi dan
tinggal di desa Paya Cut. Tetapi rumah di desa itu juga milik mertuanya. Rumah itu
adalah bekas gudang penyimpanan barang milik Banta Raden, orang yang pernah
menjadi paling kaya se Peusangan dan salah satu terkaya di Bireuen. Sekalipun telah berpisah dengan mertua,
Usman masih tetap menikmati sisa-sisa kenikmtan di pmi. Dia masih belum mau
menyingsingkan lengan baju.
Banta Raden yang
sudah mulai bangkrut dan telah kawil lagi, sesekali di datangi oleh Mak meminta
kebutuhan dasar hidup. Banta Raden yang baik hati setiap bulannya mengirim
beras dan ikan asin supaya anak dan metianya yang super malas itu tidak mati
kelaparan.
Menikmati pmi atau
memeng berwatak pemalas? Pertanyaan ini memang perlu dialamatkan kepada Usman.
Soalnya, ibunya Usman pernah bercerita bahwa putranya itu waktu remaja sangat
pemalas. Bila disuruh turun ke sawah pada pagi hari, dia akan menjawa
''Malas sekali.
Pagi-pagi sudah disuruh ke sawah. Enbun-embun belum kering. Kedinginan kita.''
Bila sudah agak suang
disuruh, akan dijawab
''Sudah siang baru
disuruh. Malas kita. Matahari sudah sangat terik.
Dan kalau sore hari
disuruh. Akan dijawab
''Sudah sore baru
disuruh. Malas kita. Padahal kita sudah mandi dan stedi.''
Tetapi Usman sendiri
pernah bercerita pada sejawatnya saat saya di sampingnya. Dengan tujuan sebagai
sindiran pada saya.
''Anak jaman sekarang
sangat pemalas bila disuruh sekolah olehorang tua. Kita dulu untuk sekolah
memanen sendiri sayuran, menghantarnya dengan sepeda. Berangkat jam tiga pagi,
jam lima sore tiba di pasar Inpres Lhokseumawe menjual sayuran untuk biaya
sekolah.''
Saya tidak mengerti
apakah pernyataan itu sepenuhnya benar. Menurut sumber lain, Usman suka
mengambil dan menjual hasil kebun untuk dijual dan uangnya buat bersenang-senang.
Sementara dia sama sekali tidak mau ambil peran saat proses penanaman dan
perawatan. Di rumah panggung besar sebelum dibongkar Ponen untuk diganti dengan
rumah beton besar, waktu kecil dulu, saya melihat ratusan bungkus roko Djarum
Super bewarna merah. Belakangan saya ketuahui itu adalah sisa Usman. Itu
artinya dia punya banyak uang. Dan tampaknya uang-uangnya itu dari hasil
mencuri hasil kebun milik orangtuanya.
Mungkin pola hidup
yang mudah inilah yang membuatnya masih menjadi pemalas sekalipun telah
beberapa tahun menikah.
Ketika Kakak hampir
masuk sekolah, barulah Usman bangun dan bekerja. Dia bekerja sepeti orang gila.
Bahkan beberapa minggu sebelum meninggal, dia bekerja dengan sangat tekum
sekalipun badannya telah menjadi sarang penyakit.
Saya teringat
hari-hari terakhirnya saat setelah mandi, rambutnya belum disisir, dia bangun
bekerja sekalipun fisiknya sudah sangat lemah. Dia kuat di luar. Di dalam,
badannya teh hancur.
Saya dan Sebelum Sekolah
seingat saya, meski
tidak sekolah TK, saya sudah bisa membaca sebelum masuk sekolah. Saya belajar
membaca dari kakak yang setahun lebih tua daripada saya. Saya juga suka
mengamati tulisan-tulisan yang ada di mana saja yang saya lihat. Kalau ke
pasar, saya paling suka mengeja nama-nama toko. Saya pernah membuat seorang
pejabat di kampung saya tertawa terpingkal-pingkal setelah menuruti
permintaannya membaca sebuah papan penringatan di pinggir jalan. Dia meminta
saya membaca karena ingin membuktikan berita yang beredar saya sudah bisa membaca
sebelum sekolah. Tulisannya adalah: Pelan2. Saya mengejanya ''pelan dua''.
Seingat saya, sampai saya masuk MIN, setiap melihat saya dia selalu memberi
senyum. Mungkin dia teringat ''pelan dua'' itu.
*
Tidak hanya Pak
Liyah. Orang terpelajar lainnya di kampung kami, yang juga pegiat dunia
pendidikan, Pak Aya, juga menemukan keunikan pada diri saya. Setiap beliau
dalam perjalanan pulang atau pergi ke kebunnya melalui lorong dekat rumah kamu,
beliau kerap singgah. Bercakap-cakap dengan ayah, atau ibu, tampaknya hanya
alasan beliau saja. Beliau suka memperhatikan perilaku saya.
Ibu saya sangat ingat
peringatan beliau. Bahwa kalau saya dididik dengan baik akan menjadi orang.
*
,
,,
Singkatku Juli 2015
Emha Ainun Najib atau
Cak Nun mengatakan sila pertama Pancasila, yang menjadi dasar NKRI tidak layak
bagi ummat beragama. Menurutnya, redaksi 'ketuhanan' itu bukanlah ajaran yang
mengajarkan untuk taat kepada Tuhan tetapi kepada sifatNya saja.
Dia menjelaskan,
ketuhanan yang diajarkan Pancasila sama seperti sifat kepanasan, tetapi tidak
menawarkan api. Dan sama seperti manisnya saja tetapi tidak menawarkan gula.
Kesimpulan dia, Pancasila itu bukan menawarkan Tuhan tetapi sifatnya saja.
Pernyataan Cak Nun
ini membingungkan. Sebab pernyataan demikian, secara logika menuntut zat. Jadi
kalau zat yang dia tuntut, bagaimana yang seharusnya bila Zat Tuhan yang
dituntut?
Bila menuntut ZatNya,
berarti menuntut WujudNya. Bila WujudNya yang diaktualisasikan, maka
menuscayakan kesirnaan wujud-wujud lain termasuk wujud manusia. Sebab mustahil
Wujud yang tak terbatas bersanding dengan wujud terbatas karena meniscayakan
yang tak terbatas menjadi terbatas.
Pernyataan Cak Nun
tentu saja berkonsekuensi pada kehadiran Wujud tak terbatas dan melenyapkan
wujud-wujud lainnya. Sehingga manusia tidak memiliki wujud sama sekali. Manusia
hanya boleh melaksanakan apapun yang menyatakan eksistensi diri. Hal ini
berarti manusia harus mengaktualisasikan segala amal Tuhan. Tidak melempar
kecuali Tuhan yang melempar. Tuhan menjadi tangan, kaki dan segala anggotanya
sebab kedirian manusia harus lenyap.
Hanya begini saja
cara menafsirkan maksud Cak Nun. Dan cara ini berarti adalah mengaktualisasi
segala Sifat Tuhan. Dengan demikian, redaksi 'Ketuhanan' tidak keliru. Karena
segala amal yang dilakukan manusia adalah amal Tuhan Yang Maha Esa. Rupanya
hanya terjadi perbedaan redaksi saja.
Jadi kritik Cak Nun
adalah kritik sindiran. Dan biasanya beginilah cara dia menggugah orang-orang.
Wallahu'alam.
*
Lebaran sudah
berakhir
Sampah-sampah bungkus
mainan sudah bisa dibersihkan
Pedagang senjata
mainan sudah mengundurkan diri
Warung kopi sudah
dibuka lagi
*
Tips Kuliah 263
Kalau hendak kuliah,
pilihlah jurusan yang kamu inginkan. Keinginanmu itu harus disesuaikan dengan
kemampuanmu. Bila hendak menerawang peluang kerja, maka terawanglah secara luas
dengan prospek puluhan tahun. Dan itu hanya boleh kamu lakukan sekali yaitu
sebelum kamu memilih jurusan kuliahmu. Bila nanti saat sedang kuliah informasi
yang beredar lowongan kerja untuk jurusanmu sangat sulit. Tidak perlu kamu
pikirkan itu. Karena nanti bisa jadi setelah kamu mengantongi ijazah, lowongan
kerja untuk jurusanmu membanjir.
Saran saya, jangan
pernah berhenti kuliah di tengan jalan, apapun alasannya.
Orientasi murni kuliah
bukanlah mencari peluang-peluang sebagaimana kegiatan dalam perdagangan. Kuliah
adalah menemukan sepadan jiwa. Karena itu, peluang kerja, prestise atau
orientasi selain kesesuaian pelajaran-pelajaran dengan jiwa adalah orientasi
ideal.
Persoalan peluang
kerja terkait jurusan kuliah seperti menanam dikebun dengan tanaman yang
dipanen sekitar lima tahun. Petani sama sekali tidak dapat memastikan jenis
tanaman apa yang akan dicari pasar lima tahun ke depan. Seorang petani sejati
tidak terlalu peduli dengan persoalan yang tidak pasti itu. Yang difokuskan
sang petani adalah menanam tanaman yang dia gemari, yang ia ahli dengan tanaman
itu.
*
Tips Kuliah 3215
Kalau memang kamu mulai meresa tidak mampu menghadapi
pelajaran di jurusanmu, maka ketahuilah mata kuliah di jurusan lain tidak juga
mudah. Hal ini persis seperti melihat rumput tetangga, selalu tampak lebih
hijau.
Ada banyak cara
menghilangkan kebosanan pada jurusan yang sedang kamu jalani. Diantaranya
dengan membaca biografi tokoh-tokoh yang sudah sukses dan menjadi orang
terpandang serta berpengaruh di tingkat nasional maupun internasional yang
kuliah dan aktif pada bidang yang sama denganmu. Hal ini dapat mengembalikan
semangatmu untuk memupuk kembali kebanggaanmu belajar dan bersiap aktif dalam
bidangmu itu. *
Orang baik dengan
orang buruk berjumpa sebentar sebelum subuh. Saat orang baik baru bangun tidur
dan orang buruk saat hendak tidur.
*
Hirarki Cinta
Tingkatan pertama,
sebagai tingkatan terendah adalah cinta kepada diri sendiri. Pada tingkatan
ini, cinta menjadi terpenjara dalam diri sehingga mengambat perkembangannya.
Tahap kedua adalah tingkatan cinta kepada objek-objek luar diri seperti benda,
hewan atau orang lain. Cinta tahapan ini tidak boleh dianggap tingkatan
tertinggi dari cinta sebab cinta tahap ini adalah limitasi cinta terhadap
objek. Cinta tahap ketiga adalah cinta kepada nabi-nabi dan teks suci. Cinta
ini adalah cinta yang suci. Cinta ini dapat dikembangkan pada
tahap cinta tertinggi sebagai cinta sejati yakni cinta kepada
Tuhan sebagai pemilik cinta.
Cinta kepada Tuhan
dapat dimiliki manusia karena cinta Tuhan mendahului. Tanpa cinta Tuhan,
jangankan untuk mencintai, untuk bereksistensi saja manusia tidak mungkin.
Cinta kepada diri
sendiri pada tingkatannya sagat berguna. Karena pada tahap itulah seseorang
mengenal cinta, makna dan tujuannya. Saat itu, manusia belajar mempertahankan
yang ia cintai dan belajar berkorban untuk cinta. Sekalipun perjuangan dan
pengorbanan itu masih pada wilayah individu, tahap ini bila dikembangkan, akan
meluas pada tahap ekstra diri. Pada tahap mencintai pada selain diri sendiri,
pengorbanan dan perjuangan yang telah dipelajari, sekalipun sebelumnya
diorientasikan pada diri sendiri akan memudahkan perjuangan dan pengorbanan
kepada cinta pada objek lain. Cinta
kepada objek selain diri mengajarkan bahwa cinta itu tidak egois. Pelajaran
baru ini dapat menghantarkan seseorang melepaskan aksiden-aksiden objek yang
ternyata ini pula merupakan penjara bagi cinta. Dalam pengalaman ini, cinta menjadi
semakin ideal sebab sasarannya adalah objek-objek abstrak seperti kenabian,
kitab suci dan agama.
Cinta ideal adalah
cinta yang lebih bebas yang terlepas dari sasaran-sasaran material sehingga
menghantarkan cinta kepada tujuan sejatinya yakni Maha Cinta.
*
Raihan Kehidupan 235
Saya kira saya sudah
mengerti bahasa Indonesia sejak pertama kali saya mendengar orang becakap-cakap
bahasa itu. Saat pergi menonton tivi kerumah tetangga, saya sudah dapat
memahami bahasa Indonesia dengan baik. Karena itulah setelah Mak membawa pulang
tabung berukuran enambelas inci, saya bisa paham dengan lancar percakapan
orang-orang di dalamnya.
Bahasa Indonesia
adalah bahasa yang sangat mudah dipahami orang Aceh. Bahasa Indonesia dan
bahasa Aceh adalah sama-sama bahasa serumpun Melayu. Kosakata Aceh dengan
Indonesia memang hampir semuanya sama, hanya aksennya saja yang berbeda. Namun
dalam pengucapannya, orang Aceh cepat sehingga bila didengar, bahasa Aceh
seolah sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
Tetapi bila disuruh
berbahasa Indonesia kepada orang Aceh, tidak semudah itu. Saya sendiri pernah
membuktikannya. Suatu hari saya pergi ke Bireuen untuk membeli sesuatu. Rupanya
itu toko Cina. Dia berbahasa Indonesia. Saya gugup. Di situlah pertama kali
saya berbahasa Indonesia. Keluar dari toko saya merinding dan gemetaran.
*
alkeber
aljabur
*
ingin mencari tempat yang sangat nyaman
Tempat yang tenang
tetapi tidak dilanda kesepian
*
merekrut bisa
mengambil y
bermanfaat susah
*
singkatku agustus
Kesunyian
menyatukan aku dan kamu
Ke dalam sebuah rumah cinta yang rumit
Angin berhembus tenang menyampaikan lagu kesunyian
Tanpa kusadari
di kedalaman hatiku
terlukis wajahmu
*
1.(-20)x2+6-(-4)=
2.(32)+6x(-5)-(-8)=
3.14+(-9)x4+(-4)=
4.9+7x(-8)-(-6)=
5.14-14:(-2)+13=
*
Analogi-analogi dalam Metafisika Ibn Arabi
Salah satu analogi
paling populer dalam analogi sufi dalam menjelaskan Bayangan pada dirinya
sendiri sama-sekali tidak memiliki hukum. Tetapi hukum-hukum sang pemilik
bayangan menjelma dalam inti bayangan.
Analogi ini dipakai
untuk menjelaskan relasi jiwa dengan jasad. Jasad adalah aktualisasi jiwa. Pada
dirinya, semua ekspresi jasad sebagaimana bayangan, tidak memiliki
independensi, semuanya bergantung pada jiwa.
Demikian juga hubungan
jiwa dengan Tuhan. Jiwa meripakan manifestasi dari Eksistensi al-Haqq.
Ibn 'Arabi juga
menggunakan analogi kaca-kaca yang bewarna-warni. Setiap warna tertentu dari
kaca akan memancarkan warnanya masing-masing. Kaca kuning memancarkan cahaya
warna kuning. Kaca biru memancarkan cahaya warna biru. Cahaya murni mengaktual
melalui beraneka ragam warna cahaya.
Analogi ini untuk
menggambarkan bahwa pluralitas di alam adalah aktualisasi dari al-Haqq. Analogi
lain dari penggambaran ini adalah ombak-ombak yang beragam bentuk yang
sejatinya adalah aktualisasi dari laut yang satu.
Analogi-analogi lain
dalam menerangkan kesatuan antara kesatuan dengan keberagaman dalam sistem Ibn
'Arabi adalah apai dengan korek api, angka-angka, suara dengan pemilik suara
dan sebagainya. Berbeda dengan filosof yang memilih logika, aum sufi memang
lebih memilih analogi dalam penjelasannya.
*
Tentang penguatan
argumen pada sebuah tulisan ilmiah.
Sebuah tulisan ilmiah
biasanya memasukkan argumen orang lain untuk menguatkan sebuah pernyataan.
Pernyataan yang dikutip itu umumnya sangat segmentaris. Karena itu, sangat
sering prinsip dasar antara pemikiran tokoh yang dibahas dengan prinsip dasar
pemikiran tokoh yang dijadikan kutipan penguat. Jadinya, pada satu segmen yang
spesifik, kesamaan antara kedua tokoh itu hanya pertemuan tanpa sengaja di
sebuah persimpangan.
Seharusnya hal ini
tidak dilakukan karena sains itu tidak bisa dilepaskan secara independen. Sains
memiliki beberapa prinsip yang tidak dapat disanggah, salah satunya adalah
harus tunduk pada alur sejarah lahirnya dan pemikiran tokoh itu tidak dapat
diparsialkan karena mengingkari alur epistemologis.
Tetapi itulah yang
biasa dilakukan para peneliti dan penulis. Tanpa melakukan ini, seolah sebuah
laporan ilmiah tidak sah. Padahal, kalaupun antara dia tokoh memiliki banyak
kesamaan atau bahkan telah digolongkan sebagai pengikut, tetapi tetap saja
keduanya memiliki sisi perbedaan. Ini pasti. Dan bila dilakukan pengutipan
dengan tujuan penguatan, maka ini tetap sebuah pengingkaran epostemologis.
*
''Rahmat Allah
meliputi segala sesuatu; jadilah mereka hina atau mulia'' (Ibn Arabi, Fusush
al-Hikam, Yogyakarta: Islamika, 2004,
Alih Bahasa: Ahmad Sahidah dan Nurjannah Ariantti, h. 177)
Neraka adalah jarak
yang dibuat mereka ketika di dunia. Jarak itu adalah hawa nafsu mereka. (h.
179).
Kelompok pertama
adalah sufi, mereka mengetahui jalan dan tujuan mereka, yakni jalan yang lurus.
Kelompok kedua tidak mengetahui jalan dan tidak mengetahui tujuannya. Tetapi
hmereka juga berjalan di jalan yang lurus. (h. 180)ß
*
Idiologi adalah
sebuah ajaran yang memiliki bingkai, terbatas. Sementara filsafat sifatnya
terbuka. Dan agama adalah ajaran yang memiliki aspek lahir sekaligus aspek
batin.
*
Saya dan Kita Orang Aceh Merasa Diri Paling Hebat.
Orang Aceh merasa
diri paling hebat. Orang Aceh menyepelekan banyak hal. Mengangap beberapa hal
itu mudah. Sering sekali ketika berkompetisi dengan orang luar Aceh kita berada
di posisi paling bawah.
*
mukhlisuddin.ilyas@gmail.com
*
Aku perlu bersabar dengan kesabaran melampaui gunung
Sebab aku ingin kebahagiaan sejati terulang kembali
Aki ingin mengalaminya berkali-kali
*
Kadang-kadang kutipan
atau catatan kaki dari karya ilmiah seperti film India dengan lagu-lagu di
dalamnya: tidak ada hubungan antara cerita dengan lirik.
*
Seorang guru dari
sebuah perguruan bela diri melarang seorrang murid berguru pada ajaran
beraliran lain. Ada rekomendasi melanjutkan pelajaran kepada guru lain. Tetapi
itu adalah bagian dari hirarki yang dianut gurunya.
Bukankah itu adalah
mirip dengan prinsip linieritas yang dianut sistem pendidikan masa kini. Lagi
pulang ulama-ulama melarang mencampuraduk praktik antar mazhab.
Karena itu, dalam
menulis sebuah karya ilmiah, jangan seperti orang yang kebetulan berpapasan di
pasar, kutipan untuk menguatkan argumen harus pada penulis yang memiliki
pandangan ontologis dab epistemologis
yang sama dengan objek yaang diteliti.
*
*
''Hakikatnya kebatinan itu merupakan satu pandangan hidup
yang mengikat para pemeluknya untuk lebih memusatkan usaha mereka kepada
hal-hal yang bersifat methafisik'' (hal. 5. Diktat, Aliran
Kebatinan/Kepercayaan jilid I Drs. Hoh. Hatta, Medan: Al-Jami'ah IAIN Sumatera
Utara, 1983)
Sifat2 aliran kebatinan: mengutamakan gaib dari materi. Materi
adalah jebakan, penghalang kemurniah. Batin adalah solusi.
* melepaskan diri dari pengetahuan konseptual praktis, dan
mulai merasa, yakni mengedepankan intuisi hati. *mengutamakan keaslian, menolak
paham2 luar. *Kekompakan antar anggota aliran. ini karena keintiman pertemuan
dan perjalanan mereka sehingga manis pahit selalu berrsama. *Memiliki kepekaan
sosial dan kepekaan pada selurrruh makhluk dengan baik.
Pokok2 ajaran kebatinan:
1. Integrasi unsur2 manusia: jasmani dan rohani.
2. Usaha menyatukan diri dengan alam. Yaitu melalui latihan2
olah rasa, semedi, dsb.
3. Pemikiran metafisik: manusia berasal dari rohani dan
terus berproses dalam rohani itu secara terus menerus. Alam materi hanya bagian
dari proses itu dan materi harus dihindari karena dapat menghambat proses gerak
jiwa. (Diktat I h. 22-25).'p
*
Banyak orang menulis
dengan menggunakan catatan kaki dan daftar pustaka, lalu berkata: Inilah karya
ilmiah. Padahal mereka sama-sekali tidak tahu menahu tentang logika dan tidak
pernah memangang buku panduan EYD.
*
Hanya dengan
keseimbangan hidup kedamaian dapat diraih. Semuanya berangkat dari jiwa yang
teduh, pikiran yang tenang sehingga terwujud dalam keluhuran etika yang
berdampak pada keindahan estetika.
*
Singkatku September 2015
Saya dengan seorang perempuan sedang bertengkar hingga
memperebutkan sebuah barang berharga. Tarik menarik benda itu hingga tak
sengaja memasuki kamar ibu perempuan itu. Ibunya diam saya. saya katakan pada
ibunya ''Kita kasih pelajaran sekali?'' jawabnya ''ajari aja'' ketika saya
mengangkat tangan ibunya segera menyanggah. ''jangan. Dia masih-anak-anak,
bukan begitu cara mengajarinya.'' Lalu saya lari hingga ke sebuah padang. Di
sana saya bertemu almarhum Ayah.
Dalam diam, raut wajah
ayah berkata ''Masih dengar Ayah, kan.'' Saya jawab, ''Tetap selalu, bukan
hanya menaati Ayah, bahkan jantung kita adalah sama'' lalu saya minta ijin
menempelkan telinga ke dada ayah. Terasa kencang deguban jantungnya. Saya tanya
''Kenapa jantung Ayah berdebar kencang?'' Ayah jawab ''Baru selesai makan.''
Saya tahu jawaban itu adalah buatan, saya hampir yakin deguban itu karena Ayah
sangat gelisah saya bertengkar dengan perempuan.
Jadi saya tidak boleh
berrtengkar dengan perempuan. Ayah akan sedih.
Saya kembali
menempelkan telinga kanan ke dada aAyah untuk mendengar deguban jantungnya
karena menurut saya deguban itu adalah deguban jantung saya juga.
Kemudian Ayah pergi.
Saya ikrarkan dalam hati kalau perempuan ribut lagi dengan saya, saya ikut Ayah
saja.
Saat terbangun saya
merasa ruh ayah masih mencolek jasad saya. Terasa dingin. Mungkin teguran pada
saya untuk bangun bertahajjud. Setelah memastikan diri terbangun, saya
berwudhuk, shalat dan berdoa untuk kami dan kita kaum muslimin dan muslimat.
*
2. Sept. Rapat CPNS dengan Rektor. Di Ruang pertemuan
rektor.
* Mengisi surat kesediaan bantuan sosial internal kampus.
*
Setiap akhir pekan aku mengetuk pintu rumahmu.
Aku seperti pengemis dalam pandanganmu.
Tidak ada yang perlu aku lakukan.
Kecuali sejak minggu depan membuktikan bahwa aku bukan
pengemis.
Tidak ada yang bersabar bersama orang yang tidak punya uang.
Kecuali Ahmad Yanis.
*
Cinta kita adalah
nyanyian para penghuni surga. Bila terdapat ribuan duri dan alang melintang,
tentu saja lumrah adanya. Sebab malaikat-malaikat tetap saja bertanya kenapa
kita berada di dunia.
*
''Mudah-mudahan dalam
kehidupan kita ini Allah subhanahuwata'ala tidak tergolong dalam kehidupan
orang merugi''
11 sept.
Diutus ke Puskom
Universitas untuk mengkonfirmasi tentang pengumpulan data alimni PAI 2009-2011
*
Seperti awan yang berproses sehingga keseluruhan pertikel
awan berubah menjadi partikel air. Demikian juga pikiran yang baik akan
berproses hingga melenyapkan dirinya menjadi penyingkapan. Banyak awan yang
muncul lalu lenyap begitu saja sementara hujan tak kunjung tiba. Demikian juga
banyak orang yang lahir ke bumi, meninggalkan
karya-karya berbasis pikiran untuk selanjutnya disanggang benerasi
kemudian. Maka jadilah awan yang baik, yang terus berproses supaya partikel
keawanan berubah menjadi partikel air. Hendaklah terus mempelajari logika
sampai logika itu menghantarkan pada kasyaf. Sunggung kedua hal ini bukan
oposisi tetapi tingkatan integral.
*
Raihan bisa hadir
pada wajah perempuan seksi yang memakai celana ponggol. Jadilah dia begitu
menarik dan membuat tertarik.
Raihan menyusup pada
wajah perempuan berumur yang sudah bersuami. Jadilah dia menggoda dan membuat
terpesona.
Raihan bisa
menampilkan diri dalam wajah gadis manis kerudung panjang yang terkejut dari
lamunannya di teras samping mushalla itu. Jadilah gemetar aku dan hampir
pingsan dibuatnya.
Ah, aku mecoba
mendamaikan imajinasi ini: Raihan berada di dalam hari wanita-wanita yang baik
perangainya.
*
Metode pembuktian
sesuatu yang baru dapat dianggap sebagai sebuah kebenaran dalam versi sains
sedikit lucu. Misal, seseorang yang masuk ke dalam sebuah hutan ternyata tidak
pernah pulang untuk selamanya. Lalu keluarganya mengatakan hutan itu berbahaya.
Pernyataan keluarrrganya ini tidak dapat diterima sebagai kebenaran oleh saintifik
*
Aku melihat seekor
sapi di atas genteng. Oh, rupanya sedang ditunggui seekor singa. Karena lelah
atau bosan di atas genteng, sapi turun. Ya, langsung dilahap.
Habis makan sapi, aku
sasarannya. Terpaksa giliranku yang berada di atas genteng.
Mami Heun menyodorkan
paket untuk naik caleg. Sebab di bawah tidak ada tempat yang aman.
*
Sands Casino and Resort | Entertainment & Luxury
BalasHapusDiscover a world of 카지노 luxury septcasino at Sands Casino and Resort, an elegant and enchanting casino resort หารายได้เสริม that combines the essence of Las Vegas with the