Selasa, 05 Mei 2015
Singkatku April 2015
Bila orang-orang tidak mampu memahami, baiklah kau diam.
*
Sari Khutbah Islamic Centre Lhokseumawe:
Enam syarat masuk syurga cuma-cuma:
1. Tidak berkata bohong
2. Menepati janji
3. Menuntaskan amanah
4. Menjaga kemaluan
5. Menjaga tangan
6. Menundukkan pandangan
*
Masjid-masjid dikota imam dan jamaahnya baru insyaf kemarin sore, jadi belajar Islamnya baru tadi malam. Jadinya masih hangat, persis pelacur yang dengan tulus melayani tanpa mengharap kenikmatan.
Masjid-masjid di
*
Ada seorang punya empat orang putra.
Putra pertama bernama Farsia. Dia shalat lalu mendapatkan cahaya.
Putra kedua bernama Arabia. Dia mengikuti semua aturan shalat sehingga orang-orang dapat belajar shalat darinya.
Putra ketiga bernama Rumania. Dengan shalat dia mendapat inspirasi perjuangan.
Putra keempat bernama Israilia. Dia mengganggu semua saudaranya yang sedang shalat.
*
Aku ingin aku bukanlah apa-apa
Aku ingin aku hanya berada di lantai dua sekretariat pelajar Islam Indonesia Aceh pada sebuah senja.
Menyaksikan tingginya gunung aku mengenangmu.
Menuliskan tembang tentang impian tinggal bersamamu di sebuah lereng dekat puncak tertinggi
Hanya tinggal impian karena dirimu telah pergi
Aku menikmati hancur aku punya hati
Dan memang aku menjadi benar-benar hancur
Aku ingin aku hanyalah debu-debu kecil Terbang di sebuah padang
Tiada sesiapa menarik memandang
Aku ingin aku adalah seorang bocah kecil yang sedang belajar mengenal dunia
Duduk di sebabuah kursi panjang dari bambu
Sambil menunggui Ibu ikan dipesiang
Alangkah menderitanya mengenal dunia
Aku ingin aku bukanlah apa-apa
*
Sebagian besar orang-orang yang tidak pernah tinggal shalat fardhu ke masjid, bila tersenggol sedikit saja, maka akan mengeluarkan makian dan sumpah serapah. Mereka sangat yakin diri mereka saja yang benar. Mereka sangat yakin semua orang lain sesat.
*
Bila telah berpisah
Yang terkenal adalah
Yang indah-indah
Bila saat sedang bersama
Hanya bisa bertengkar saja
*
Hati hanya satu
Jari sedikit teriris
Sakit sekali
Bagaimana lagi
Hati dibelah dua
*
Tahukah kamu
Seorang pria yang pernah tenggelam dalam badai tidak lagi membutuhkan bahtera
Dia hasrat daratan
Tetapi semua kapal mengaku pulau
Tenggelam dua kali bukan salah dia
*
GM mengatakan bahasalah yang melahirkan subjek. (Puisi dan Anti Puisi, Jakarta: Grafiti Press, 2011, h. 54)
*
Dia tidaklah serendah perspektif kebanyakan
Ia adalah pecinta musik sejati
Di mana ada pesta perkawinan dia catan tanggalnya dalam ingatan
Dia paham di sana akan ada musik yang dimainkan
Banyak biduan yang akan bernyanyi
Sementara si pecinta seni sejati dari bawah memaknai irama dengan seutuhnya
Di mana akan ada konser dia tahu sekali jalan ke sana
Dari balik tribun ia akan ikut menyemarakkan
Sekalipun getar irama sayup-sayup di sana
Dia lebih dalam menghayati daripada si penyayi
*
Proses untuk jatuh cinta itu tidak perlu lama-lama. Cukup beberapa detik saja. Asalkan mata bertemu mata, sama-sama jatuh cinta, lalu masing-masing pikiran berhenti. Yang terjadi hanyalah imajinasi tinggi. Membuat rumah di lereng tertinggi di gunung paling tinggi, paling lebat dan paling sejuk. Kalau mandi setiap hari cukup di belakang rumah panggung kecil dari kayu di aliran air yang sejuk dan sangat jernih yang turun dari puncak gunung. Setiap hari hanya diisi dengan cumbu dan canda.
Aku membayangkan begitu, Melalui matamu aku tahu kamu juga begitu. Tetapi sayang kita tidak sling mengenal. Tidak pula punya alasan untuk menyapa dan bertukar nomor ponsel.
Ya sudah. Tidak apalah. Imajinasi yang sangat tinggi tadi cukuplah. Lagi pula dia adalah melebihi abstraksi yang paling indah dari sepuluh kehidupan wajar dunia.
Siapapun engkau: aku mencintaimu. Aku damai dalam keterasingan. Semoga engkau bahagia selalu, wahai cintaku
*
Untuk menjadi seorang pejabat negara, dia harus memiliki minimal dua hal, pertama adalah rasa nasionalisme dan kedua adalah keahlian di bidangnya. Apalagi posisinya sangat strategis seperti kepala daerah dan anggota legislatif. Bila dia tidak memiliki kedua hal ini, maka orang lain yang nasionalis dan ahli harus menggantikannya. Namun bila orang yang nasionalis dan ahli itu tidak bidolehkan oleh yang tidak nasionalis dan tidak ahli, apa yang harus dilakukan? Sesuatu harus dilakukan, sebab negara tidak boleh absen.
Jalan yang ditempuh oleh Aceh untuk mengatasi persoalan ini adalah menyewa rasa nasionalisme mereka yang tidak nasionalis dan membayar kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pejabat yang tidak nasionalis dan tidak ahli itu. Karena itulah Aceh membutuhkan anggaran hampir tiga puluh trilyun setahun meskipun jumlah rakyatnya tidak sampai lima ribu orang.
Jalan ini tampaknya adalah sebuah ijtihad dalam merespon slogan populer politik: ''Sebuah pemerintahan zalim (bukan singkatan dari Zaini-Muallem) jauh lebih baik daripada sehari tanpa pemerintahan''.
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar