Manusia bagaikan sepotong bambu yang tercerabut dari perdunya. Keterpisahan itu menjadikannya kesepian di tengah semesta tujuh warna ini. Dia tersesat ditengan samudra langit biru maha luas. Dalam kesepiannya dia menengadahkan tangannya dan berdoa. Ratapan tangisnya persis bagai lengkik seruling yang terdengan merdu pada pendengaran Tuhan. Manusia dalam keterbatasannya menyadari akan datangnya hari dimana sedu-sedan tak ada lagi, tak ada lagi derita. Dami harapan inilah, sekuat tenaga manusia berusaha tenang di alam terasing ini. Dengan segenap keterbatannya, manusia tau bahwa segalanya dipersiapkan untuknya. Dia diberi bekal intelek guna menilik segenap rahasia alam ini.
Hanya dengan sinar dari Tuhan manusia dapat menempuh jalan hidup yang lurus.
"Engkaulah rembulanku, terangi rumah gulitaku dan jenguklah gundahku untuk sejenak waktu"
Untuk mengenal Tuhan kita harus mampu dekat dengaNya, untuk mendekatiNya, kita harus mengetahui keberadaaNya. Untuk mengetahui keberadaaNya kita harus dapat melihatNya. Tapi manusia tidak dapat melihatNya. Bukan Dia yang bersembunyi, tapi manusia sendiri yang terlalu sebuk dengan duniawi hingga tidak mampu menjangkau pemandangan Ilahi. Yang membuat bumi menjidi semakin berarti adalah karena dia menyimpan makhluk yang paling mengenal Tuhan. "Meski hanya sedikit berdoa dan banyak menumpahkan darah, namun dia tetap melaju salamanya"
Iqbal bersenandung:
"Keagungan itu akan menjadi milik manusia yang tercipta dari tanah, jauh melampaui para malaikat yang terbuat dari cahaya. Dan dengan cemerlang bintang takdirnya ia akan jadikan bumi sekemilau surga"
Apakah nilai dari manusia itu? ialah karya. Manusia dengan segenap kekurangannya mampu merubah bumi dari sesuatu menjadi sesuatu yang lain. "Manusia adalah kata-kata yang diciptakan oleh Tuhan". Manusia adalah rahasia Tuhan. Yang membuat akal itu mati adalah karena berhenti berfikir. Manusia merasa kesepian kala pertama dihadirkan ke pentas bumi ini. Lama-kelamaan dia menjadi betah hingga akhirnya enggan meninggalkan dunia ini. Manusia telah lupa bahwa kematian merupakan saat kembali ke rumah abadi. Manusia perlu sekeping iman dimana dengannya manusia mampu menantang segala tipu daya dan fitnah di dunia. Dengan iman manusia takkan lupa tugas, tujuan dan perannya di muka bumi. Sekeping iman merupakan sebutir perbendaharaan yang akan tumbuh menjulang, membumbung hingga angkasa dan menjadikan rindang jiwa dan badan walau kapan dan bagaimanapun keadaan.
"Bait yang tak diberkati hanyalah raungan kesedihan. Tatkala puisi bertujuan membentuk manusia. Puisi menerima warisan kenabian."
Allah mencela para penyair yang tidak mampu memberi solusi atas persoalan yang mereka keluhkan. mengenai pakaian yang compang-camping, wajah dan perut yang tak terurus adalah tipikal khas para penyair sebab mereka terlalu dalam, terlalu peka pemikirannya terhadap persoala kemasyarakatan. Kepekaan para penyair hampir same dengan yang dirasakan para nabi sehingga menjadi semakin beratlah pikirannya dalam memikirkan solusi atas persoalan ummat. Dalam hal ini para nabi selangkah lebih beruntung sebab memperoleh solusi konkrit langsung dari Tuhan meski jalan yang ditempuh tidak pernah mudah. Betapa kasihannya para penyair, mereka hanya mampu meratapi penderitaan bangsanya tanpa pernah mempu memberi solusi atas persoalan tersebut.
Berapa harga surga di mata Tuhan? Tidak lebih dari setetas air mata yang keluar dari mata orang-orang yang tulus dan ikhlas pada Tuhannya. Air mata orang yang bersabar atas segala cobaan dan penderitaan karena berharap perjumpaan dengan Tuhannya. Air mata seorang anak yatim yang perutnya kelaparan sebab sedari kemarin tidak menemukan apapun untuk dimakan. Surga tidaklah lebih berharga daripada air mata mereka. Hanya beberapa dari kita saja yang menyadari bahwa di setiap sudut kota dan setiap lorong jalan surga menganga membuka dirinya namun sangat sedikit yang berkenan memasukinya, memberi makan yatim kelaparan dan menolong yang membutuhkan pertolongan.
Beberapa detik setelah keluar dari perut induknya, bayi seekor lembu dapat berlari dengan lincah tanpa kendala apapun. Demikian pula seekor anak ayam juga dapat berlari dengan lincah beberapa detik setelah keluar dari telur. Tapi hal itu tidak berlaku bagi manusia. Seorang bayi dapat dipastikan mati bila beberapa saat tidak ditangani setelah lahir. Untuk dapat berlari dengan mantap seorang manusia harus berusia setidaknya dua tahun. Kita dapat melakukan ternak ayam secara massal mulai dari telur hingga bertelur, tapi kita perlu mencurahkan perhatian ekstra dan melibatkan banyak orang hanya untuk membesarkan seorang bayi. Kenapa hal seperti ini berlaku pada manusia?
Sapi bisa dibesarkan dengan susu dan rumput. Dan ayam bisa dibesarkan dengan aneka pakan ber merk. Untuk membesarkan manusia kita membutuhkan nutrisi utama berupa kasih sayang. Kasih sayang inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan seluruhnya. Bila manusia tidak mampu memberi dan mengedepankan kasih sayang maka dia belum menemukan substansi dirinya. Bila seseorang tidak mampu mengedepankan kasih sayang dan cinta kasih, maka dapat dipastikan dia tidak pernah dibesarkan dengan kasih sayang.
Tanpa kasih sayang tidak ada gunanya ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan yang datang dari potongan surban bangsa Timur maupun sepotong pengetahuan yang datang dari sepenggal jas mewah orang Barat. Ilmu pengetahuan tidak membutuhkan apapun, ilmu pengetahuan tidak peduli Timur maupun Barat. Ilmu pengetahuan tidak peduli kaum arya yang gagah perkasa maupun negro yang buruk rupa. Ilmu pengetahuan akan hinggap di hati yang damai, jiwa yang tenang dan imajinasi yang membumbung amat tinggi.
Apakah yang membuat manusia itu menjadi tinggi?
Bahasa agama menyebutnya iman, bahasa syair menyebutnya cinta. Cinta itu makan roti kering namun mampu meruntuhkan benteng khaybar. Cinta itu mampu kalahkan pasukan musuh tanpa perang. Cinta adalah kesejukan di tengah kobaran api.
Edited: Mentra 58, 26 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar