Link Download

Jumat, 14 Januari 2011

Manusia Menurut Friedrick Nietzshe

Friedrick Nietzche lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 di Saxony. Kakek dan ayahnya adalah pendeta (Strathern, 2001:5). Nietzshe merupakan kesempurnaan dari filsafat Barat. Seorang Nietzshe adalah pencapaian tertinggi dari grafik pemikiran Barat pasca renescience.Dimulai oleh Rene Descartes, berlanjut pada Immanuel Kant, lalu Hegel dan berakhir pada Nietzshe. Pasca Nietzshe, tidak ada lagi pemikiran filsafat yang lebih cemerlang. Pemikiran para filosof Barat abad XX, seperti Jean-Paul Sartre dan Albert Camus, hanyalah catatan kaki dari Nietzshe. 'Manusia dikutuk untuk bebas' yang merupakan inti filsafat Sartre adalah semangat yang ditelurkan oleh manusia unggul milik Nietzshe.


Inti penting yang saya ambil dari sebuah puncak pencapaian filsafat modern, dimana Nietzshe sebagai simbolnya, adalah penolakan total terhadap konsep dan aplikasi Kristenisme. Nietzshe menyatakan tuhan telah mati dan banyak cercaannya yang lain terhadap agama, tidak lain adalah atas konsep Kristenisme. Karena telah menemukan kegagalan total dalam agama Kristen, Nietzshe mengajak manusia untuk benar-benar melepaskan diri dari cengkraman agama yang gagal tersebut.

Sama seperti Kahlil Gibran, Nietzsche selalu memaki para pendeta yang mengumpul-ngumpulkan harta dari rakyat kecil jelata, dengan mengatasnamakan agama dan tuhan, dan memasukkannya ke dalam saku pribadi. Dengan harta rakyat mereka mencongkakkan diri dan mengganggap diri terhormat.

"Itu kehormatan bagimu, kehormatan bagimu bahwa engkau mencari kebesaran, tetapi hal itu mengungkapkan keadaanmu. Engkau tidak besar."

Nietzshe mengajak manusia untuk lari dari manusia tak bermoral yang dimaksud. Siapa yang mampu lari menjauh dari cengkraman manusia yang menganggap diri besar itu, dialah manusia-unggul. Manusia-unggul bukanlah yang mencita-citakan surga namun memilih hidup sengsara dan berpangku tangan. Menurut Nietzsce, "manusia-unggul adalah dia yang mampu melepaskan diri dari fantasi surgawi dan menciptakan makna baru bagi tubuh dan bumi".

Manusia-manusia yang hidup di zaman Nietzsche adalah mereka yang telah tertipu oleh rahib dan pendeta yang sibuk mendakwahkan mimpi-mimpi surga pada jemaatnya hingga mereka terlena dengan mimpi-mimpi semu. Sementara itu, para pendeta sibuk mengumpulkan harta dari keringat jemaatnya. Menciptakan Manusia-unggul bukan berarti menciptakan manusia yang bersaing di muka bumi setelah meraih keunggulan-keunggulan lalu tunduk dan larut dalam dunia melainkan mampu melakukan kehendak bebas di dunia. Kehandak adalah karya.

"Selalu lakukan apa yang kalian kehendaki, tetapi terlebih dahulu jadikan dirimu orang yang bisa berkehendak".

Bukankah fungsi utama kekhalifahan manusia di muka bumi adalah untuk berkarya. Berkarya sebagaimana Iqbal menyerukan "Engkau menciptakan batu, akulah yang mengubahnya menjadi perhiasan". Khalifah sebagai penerus tangan Tuhan.

Manusia yang tidak mahu berkarya dan hanya duduk berpangkutangan, menurut Nietzsche adalah parasit, yaitu "yang mau hidup dari cinta, namun tidak mau memeberikan apapun dari cinta". Bukankah kita, para penganut agama, mengaku segala anugerah dalam kehidupan adalah berasal dari cinta dan kasih Tuhan. Manusia yang kuasa atas kehendak adalah mereka yang unggul. Manusia-unggul itu haruslah yang mampu membentuk heroisme (Strarhern, 2001:63). Namun, apakah yang membentuk heroisme? dianya "dengan simultan menghadapi kesedihan yang paling menyiksa dan harapan yang paling besar". "Apakah kamu mengira dibiarkan saja mengatakan dirimu telah beriman, padahal kamu belum diuji". Tanya Tuhan kita.Cobaan dan ujian adalah satu-satunya jalan menuju kedewasaan dan kebijaksanaan.

Manusia yang bijaksana bukanlah dia yang selalu bernafsu membuat seseorang merasa malu. Dia yang bijaksana itu adalah dia yang mau "berbagi rasa malu yang harus ditanggung seseorang(ibid). Bukanlah ksatria sejati yang terus menghajar musuhnya setelah dia tersungkur tak berdaya. Kata Nabi: Mereka yang betul-betul berjiwa ksatria bukanlah yang jago bergulat, namun yang mampu menahan amarahnya. "Balaslah keburukan dengan kebaikan" kata Nabi lagi. "Siapa yang sanggup, dialah manusia sejati". Mengutip Iqbal. Manusia sejati yang dimaksud Iqbal pastilah manusia-unggul milik Nietzsche.

Nietzsche memaksa manusia untuk melepaskan diri dari dogma-dogma Kristiani. Menurutnya, segala sesuatu doktrin harus mampu tetap eksis bila dihadapkan dengan berbagai realitas termasuk harus mampu menjawab segala pertanyaan yang diajukan filsafat dan sains modern (Strathern, 2001:68).

Karena menemukan semua konsep Kristen bertolak belakang dengan filsafat dan sains modern, maka Nietzsche mengajak ummat manusia lari dan menjauh dari doktrin dan ajaran kristen. Kematian Tuhan merupakan titik berangkat manusia untuk bebas berkreatifitas tanpa bayang-bayang ajaran yang bertentangan dengan logika itu.
Manusia menurut Nietzsche adalah sesuatu yang harus diatasi. Manusia harus mampu bersaing agar menjadi unggul dalam kehidupannya. Hanya yang memenangi persaingan dimaksudlah yang mampu berkarya. "Berlomba-lobalah dalam kebaikan", penggalan literatur suci Islam. "Menjadi manusia bukan tujuan hidup sejati, melainkan menjadi manusia-unggul"(Abidin, 2006:114).

Manusia-manusia kebanyakan, menurut Nietzsche bukanlah manusia, mereka adalah mesin-mesin. Mesin-mesin yang menjadi bagian dari komponen alam semesta, mereka tidak memiliki kehendak, mereka hanyalah bagian dari buih yang diarahkan dan bergerak kemana kebudayaan, adat-istiadat serta dogma-dogma mengalir. Manusia-unggul Nietzsche tidak ubahnya sepe'rti social chenge engineering dalam teori perubahan sosial. Seorang agen perubahan sosial bukanlah orang yang ikut mengekor kemana saja kebudayaan itu bergerak melainkan menjadi kutub tempat berpusatnya seluruh kebudayaan. Manusia unggul hanya mengamati sepintas kebiasaan yang selanjutnya menjadi kebudayaan dan berubah menjadi peradaban persis seperti "dia yang yang berada di puncak gunung tertinggi, hanya menertawakan semua trgedi". "Kesengsaraan bagi para pemikir bagai tanaman bagi tanah yang subur". Setiap pioneer adalah orang yang harus menerima resiko dari perjuangannya.

"Tumbuh dalam kebijaksanan, barangkali diukur menurut menurunnya kepahitan". Tulis Nietzsche. "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan". Firman Allah. Nietzsche melanjutkan melalui mulut Zarathustra, berkaitan agen perubahan sosial dimaksud:

Jadilah seperti angin ketika dia meluncur dari guanya di gunung: ia akan menari dengan iringan serulingnya sendiri, laut-laut akan bergetar dan meloncat-loncat di bawah jejak-jejak kakinya.

"Manusia-unggul tidak patut berada ditengah keramaian khalayak". Artinya manusia-unggul tidak akan diakui di tengah khalayak. Bagi mereka khalayak, dimata Tuhan semua sama. Sebab itu menurut Nietzsche, tuhan harus mati. Agar lahir manusia unggul. Baginya agama menjadi tiran. satu-satunya cara untuk membumbungkan potensi adalah melepaskan diri dari bayang-bayang agama beserta perangkat yang berkaitan dengannya.

Fitrah manusia adalah ingin dirinya memiliki pengaruh, kata-katanya didengar, perintahnya dituruti dan tindakannya ditiru. Untuk menjadi seperti itu manusia harus berkompetisi. Dan yang mampu melakukannya adalah manusia unggul. Dalam itulah Nietzsche, melalui mulut Zarathustra, hanya mencinta dan berharap pada manusia-unggul saja. manusia-unggul adalah dia yang pemberani dan berhati teguh, bukan dia yang tidak sadar dan tidak tahu akan bahaya dan rintangan, tapi dia yang menyadarinya namun mampu mengatasinya.

"Kehidupan harus lebih keras lagi bagi kalian. Hanya demikianlah maka manusia tumbuh ke ketinggian di tempat petir bisa menyambar".

Hanya kelembutan awan yang sekian lama mengumpul hingga mampu manciptakan petir. Penderitaan akan mengasahmu menjadi manusia paling bijaksana.

Manusia unggul bukanlah dia yang berbangka akan rasnya, agamanya atau segala hal mengenai dirinya. Manusia-unggul adalah dia yang mampu berdiri tegak dengan kaki-kakinya sendiri. Jangan biarkan hal apapun mamaksa dan membujuk kalian, karena dia yang memaksa berhasrat agar kita melakukan sesuatu untuk dia dan dia yang membujuk ingin apa yang kamu perjuangkan untuk kepentingan pribadinya. Bila kamu melakukannya maka kamu adalah alat-alat atau mesin yang secara sukarela memenuhi kepentingan si parasit. Kalian bukan manusia-unggul.

"Angkatlah hati-hati kalian, saudara-saudaraku, tinggi, lebih tinggi! Dan janganlah melupakan kaki-kaki kalian!"

Rintangan di dunia ibaratkan rawa dan semak berduri. Bila kaki-kaki ringan maka melewatinya akan sangat mudah. Diperlukan doa dalam tiap langkah, namun jangn melupakan usaha dan perjuangan dalam meraihnya. Apa peduli kita akan hasil dari usaha. "...lebih baik terlihat dungu dengan kebahagiaan daripada terlihat dungu dengan kemalangan, lebih baik menari dengan canggung daripada berjalan pincang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar