Kahadiran presiden AS di Indonesia pada 9-10 November memililiki pengaruh besar terhadap masa depan nasib rakyat Indonesia. Akan banyak kerjasama dan investasi yang disepakati antara pemerintah RI dan AS. Biasanya semua perjanjian dan kesepakatan hanya akan menguntungkan AS dan segelintir pejabat RI. Sudah menjadi budaya, menyiksa lebih dua ratus juta warga Indonesia.
Pemerintah Amerika Serikat harus sadar diri dan tidak merasa arogan karena segala kebijakan yang diakui mereka untuk kemaslahatan umat manusia seluruh dunia ternyata justru menimbulkan kehancuran global. Dari segi kemanusiaan, seluruh kebijakan politik luar negri AS semuanya merugikan ummat manusia terutama menyangkut keputusannya terhadap Afghanistan dan Irak.
Sejarah membuktikan tidak pernah ada pasukan yang keluar dari Afghanistan kecuali membawa pulang kekalahan dengan kondisi pasukan yang prak poranda, mulai dari Iskandar Agung, Mongol dan Uni Soviet. Obama tidak mau belajar dari sejarah, dia malah menambah jumlah pasukannya di AS. Karena itu penderitaan sipil, wanita dan anak-anak Afghanista adalah murni tangungjawab negara yang mengagun-agungkan HAM itu.
Di Irak tindakan mereka tidak kalah biadabnya. Mereka menyiksa para tahanan perang diluar batas tindakan seekor hewan sekalipun, memperkosa wanita dan tidak segan-segan beberapa tentara mengeroyok seorang anak. Biadab. Irak menyimpan senjata pemusnah massal hanyalah sebuah alasan AS menyerang Irak. Hingga saat ini tuduhan itu tidak dapat dibuktikan.
AS mensupport Israel habis-habisan agar negeri para pembunuh nabi-nabi itu dapat mendirikan sebuah negara yang illegal ditinjau dari segi kemanusiaan, Israel Raya. Jutaan warga Palestina dibunuh dan yang hidup diembargo di segala sektor, diidolasi hingga kelaparan dan tidak jarang melakukan pembunuhan massal untuk mendirikan sebuah pemukiman Yahudi di atas tanah milik warga Palestina.
Tidak layak bagi negara yang dihuni populasi muslim terbanyak di dunia bekerjasama dengan negara yang paling benci terhadap kaum muslim, paling banyak membunuh kaum muslim. Benar-benar tidak layak. Elit negeri ini janganlah terlena dengan sedikit iming-iming kekayaan lalu anda mengorbankan saudara anda sendiri.
Kerjasama energi dengan Exxon Mobil telah menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antara pemerintahan pusat dengan rakyat didaerah hingga timbullah hasrat masyarakat untuk memberontak pada pemerintah pusat. Pemberontakan itu telah melempar rakyat ke masalalu berpuluh-puluh generasi ke belakang hingga setelah perdamaian tiba maka masyarakat mememukan diri mereka jauh sangat terbelakang. Demikian yang terjadi di Aceh.
PT. Newmont telah mengakibatkan ekosistem hayati porak-poranda. Masyarakat hanya dihadiahkan bencana alam bertubu-tubi. AS diuntungkan terus menerus. Dilema di Papua benar-benar menunjukkan besarnya nafsu AS dalam melanggengkan ekonomi kapitalismenya di Bumi Pertiwi. Newmont mengingatkan kita pada serial 'Avatar' yang menampilkan AS sebagai predator yang siap menumbangkan kearifan apapu dan membunuh siapapun untuk kepentingan dirinya saja.
AS adalah nagara yang paling gencar menyuarakan Global Warming adalah negara yang menghasilkan emisi karbon tertinggi di dunia hingga mengancam lapisan ozon. Persis seperti ketika menjadi negara yang paling nyaring menyuarakan HAM, dan ternyata mereka berada di posisi tertinggi dalam angka pelanggaran HAM. Nuklir adalah energi yang sangat ramah lingkungan. Namun mereka menentang Iran melakukan pengayaan uranium guna memenuhi kebutuhan energi listriknya. Dimana letak komitmen dan harga diri AS? Tidak, sama sekali mereka tidak memiliki, dan bahkan mungkin mereka tidak mengenal hal itu.
Lantas kenapa pemerintah kita buta dengan terus melakukan kerjasama dengan negeri semacam itu? Kenapa MUI melakukan tidakan aneh dengan mengemis minta AS mau mau berdialog menganai nasib ummat Islam. Sampaikapanpun pemerintahan seperti AS akan terus berusaha mendeskreditkan ummat Islam, memandang muslim sebelah mata dan menuduh siapa saja ummat Muhammad sebagai teroris. Mereka takkan mau memahami Islam secara menyeluruh dengan pandangan objektif dan proporsional. Walaupun kita harus mengemis dan bersimpuh (atau menurut istilai MUI: dialog), yang ada di benak mereka hanya satu: Islam itu ancaman dan harus di musnahkan .
Tidak ada kata lain: LAWAN.
Disamping itu berbagai produk milik dan sahamnya didominasi AS terus saja menyerbu pasar. Tanpa disadarari masyarakat muslim Indonesia telah ikut membantu pembantaian saudara mereka di Palestina, Afghanistan dan Irak melalui melalui komsumsi produk-produk tersebut.
Tidak ada kata lain: BOIKOT.
Saya memuntut pemerintah AS untuk segera:
*Menarik militernya AS dan sekutu di Afghanistan dan Irak.
*Menghentikan dukungan pada Israel yang terus-menerus menjajah Palestina.
*Menghentikan tekanan dan memberi kebebasan kepada Iran untuk melakukan Pengayaan uramium guna tujuan damai.
*Menutup perusahaan-perusahaan di Indonesia.
*menghentikan ekspor produk-produk AS ke Indonesia.
*Menarik saham-saham negara dan warga negara AS dari perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Untuk Pemerintan RI saya mendesak untuk:
*Menarik dan menghentikan distribusi produk-prodek AS.
*Menghemtikan segala macam kerjasama di segala bidang dengan pemerintah AS.
*Membeli (kembali) saham-saham perusahaan di Indonesia yang dimiliki pemerintah AS dan warga AS.
*Menjadikan program kesejahteraan secara konkrit sebagai sosial sebagai satu satunya konsentrasi.
Mentra 58, 04 Nov. '10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar