Link Download

Senin, 29 November 2010

Cinta Kepala Unta

           Malam begitu dingin, angin menusuk tubuhku, menancapkan kakinya di pori-poriku dan bersarang di ruas tulang punggungku. Aku berjalan melewati sebuah lorong yang kiri-kanannya sesak dengan rumah-rumah. Sepi. Semua laki-laki telah lelap didekap-istri-istri mereka. Begitu hangat hingga samasekali tidak merasakan dinginnya malam ini seperti yang sedang kurasakan saat ini, walaupun tanpa berpakaian, tidak ada sehelai benangpun. Aku cemburu pada mereka? Atau aku marah pada angin malam yang dingin? Tidak, sama sekali tidak. Malah aku mau berdiri tegak di hadapan seseorang diantara mereka dan bertanya:

Apakah istrimu, orang yang membuat tidurmu nyenyak setiap malam itu adalah wanita yang saat pandangan pertama langsung kau merasakan aliran darahmu mengalir deras,  jantungmu berdetak hebat, gigi-gigimu terasa dingin, engkau jatuh cinta?  Bila jawabanmu adalah bukan, maka hentikanlah pembodohan itu. Jangan langi kalian membodohi dirimu sendiri. Berhentilah menipu diri sendiri. Hentikan hubungan itu.

                Kalian adalah manusia pengkhianat, mengkhianati hati kalian sendiri. Bagaimana kamu bisa hidup dalam penipuan diri itu? Bagaimana kalian bisa mengambil nafsu sebagai cinta? Setelah kamu memutuskan untuk berpisah dengan cintamu, maka pada hari itu juga sebenarnya jiwa-jiwa kalian sudah mati. Sejak saat itu kalian telah menjadi abu. Kalian adalah debu.

                Aku tidak menyalahkan kalian karena kehilangan cintamu, bayi mana yang rela kehilangan puting susu ibu? Tapi yang kusesali dari kalian adalah bahwa kalian telah kalah oleh nafsu. Cinta itu tidak selamanya harus dimiliki. Kadang-kadang cinta yang dirubah statusnya menjadi kepemilikan akan menjadikan cita itu persis seunggak tanah. Tapi kalian telah mengangkat bendera putih atas bukti engkau takluk dengan hawa nafsu ketika memilih lari kedalam sebuah ikatan bernama pernikahan dengan seorang wanita hanya karena engkau memikirka hanya karena dia punya yang dua dan yang satu.

                Marilah besamaku. Marilah menjaga cinta, senantiasa memeliharanya dengan memilih mengabadikan, mengkristalkan cita dalam hati, menyimpannya dalam relung jiwa dan menyanyi bersamanya setiap malam mulai larut. Alam telah mulai sunya. Menari bersama cinta yang murni, yang suci tarjaga. Marilah bersamaku mendendangkan lagu-lagu yang indah tentang cinta. Usah kau tunduk lagi pada hawanafsumu. Melawannya adah sebuah bentuk perjuangan sejati, sebuah perjuangan yang hanya mampu dilakoni pecinta sejati. Semakin kuat nafsu bergejolak, semakin engakau mengerahkan kekuatanmu yang didasarkan cinta, maka semakin murni cinta itu, semakin dia mengkristal abadi.

                Tinggalkan wadah pemuas nafsumu itu. Kalian telah membuat cintamu luka terkotak. Cintamu kau buat terduduk lesu di satu sudut di hatimu dengan kondisi yang lebur, nafasnya tersenggal senggal, pakaiannya reot dan dia nyaris hampir telanjang. Kalian belum terlambat. Kalian bisa mengikutiku, menyelamatkan cinta kalian yang gelah porak-poranda. Dan ketahui satu hal: cinta itu, meskipun kondisinya hancur, tragis, dia takkan mati. Maka ikutilah aku dan rawatlah dia kembali sehingga dia menjadi anggun dan menawan, dia akan memakai baju pengantin bewarna putih, turun dari pelana kuda, indah berseri, dan abadi, meraih tangn kananmu dan membawamu pergi menujun istana cinta.

                Hantikan itu semua, penipuan diri dan sesuatu yang busuk yang kau sebut rumah-tangga. Aku melihatmu seperti unta yang membenamkan kepalanya kedalam pasir kala menemukan bara bahaya dan mengganggap dirinya selamat padalah sama-sekali bahaya itu tidak beranjak darinya. Hanya dengan menghindari pandangan mata dari suatu masalah tidak lantas masalah itu tidak ada. Dengan membenamkan diri kedalam pasir rumahtangga tidak lantas cinta itu hilang, Dia senantiasa hidup didalam hatimu, selamanya. Maka marilah bersamaku. Sudah saatnya menghemtikan konyol burung unta di setiap detik hidupmu: Siang hari kau bekerja sekuat tenaga, toh bukan untuk membawa hasil keringatmu pada wanita yang telah membuatmu jatuh hati pada kali pertama, hanya untuk menyibukkan diri dan berusaha untuk menghilangkan kenangan tentang cinta. Malam harinya setelah melampiaskan seluruh syahwatmu engkau lelah dan terlelap hingga tak lagi kerkenag akan cinta yang indah itu, cinta yang melanda semua manusia sedari dia belia. Cinta pertama itu akan kau bawa sampai mati. Maka mari menari bersamaku, lepaskan jerat cinta yang bernama perkawinan dan merawat cinta dalam sepi dan senantiasa mengenangnya hingga dia muncul dalam zikir dan doa.



Mentra 58, 5-6 Nov. '10.

Pkl. 06.05



Tidak ada komentar:

Posting Komentar