Link Download

Senin, 29 November 2010

Arah Brigade PII: Refleksi Hari Lahir Brigade PII Ke-63

Formasi

"Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap bangsa Indonesia dan ummat manusia" (Tujuan PII)



"Badan Otonom Brigade PII berfungsi sebagai wadah pengabdian dan pelayanan persoalan-persoalan kemanusiaan, pembinaan dan pengembangan ketrampilan, ketahanan fisik dan intelektualitas kader, serta mengembangkan jaringan informasi dan intelijen guna menjaga misi dan eksistensi PII" (Tujuan Brigade PII)



"PII sebagai katalisator kader masa depan bagi segenap ummat Islam dan terdepan dalam pembelaan kepentingan pelajar Islam" (Visi PB PII 2010-2012)



"Brigade PII bergerak membentuk karakter masyarakat intelektual yang cerdas emosional, cerdas spiritual" (Visi Korpus Brigade PII 2010-2012)



Integrasi

                Tidak ada kata 'sempurna' dalam wadah PII, utamanya bagi kader PII yang sedang berproses, baik yang belum mengkhatam jenjang Ta'dib maupun yang belum menyelesaikan tugas kepengurusan. Segala sifat sempurna selaku manusia (Insan Kamil) jangan diharapkan telah hinggap pada diri kader PII yang masih aktif. Jangan mencari mobil yang sempurna di bengkel. Sebab di bengkel adalah tempat dihimpunnya mobil-mobil rusak untuk diperbaiki. Setelah kondisinya baik maka mobil itu takkan lagi tinggal di bengkel, dia dapat Anda temukan meluncur di jalanan. Kader PII yang telah menjalankan seluruh proses Ta'dib dan telah menyelesaikan amanah kepengurusan dengan track record yang baik maka selesailah tugas PII memberikan wadah baginya dan siaplah dia meniti karir profesinal baik dalam bentuk kelembagaan maupun tanpa lembaga, bauk sebagai akademisi, sastrawan, filosof maupun ilmuan dan politikus. Intinya semua kader PII harus mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sebab sejak awal dia memang dididik menjadi agen perubahan sosoal. Ini berarti dia harus mampu menjadi kutub untuk mengembangkan potensi positif setiap individu ummat meskitun mereka tidak pernah sekalipun tersentuh ta'dib. Untuk jangka panjang, mungkin demikianlah dimaksud Muhammad Ridha dalam merumuskan visi kepemimpinannya 2010-2012.

                Ridho mengharapkan arah perahu PII pada periodenya mampu menciptakan pasukan yang solid untuk difungsikan sebagai agen yang dapat membela setiap kepemtingan pelajar. Melihat Korpus Brigade PII yang dalam merumuskan visinya pada periode yang sama yaitu untuk menciptakan masyarakat yang intelek yang mana intelaktualitas mereka dapat mereka pakai guna advokasi diri dan masyarakatnya serta guna melahirkan kesadaran spiritualitas (Bukankah ilmu merupakan salahsatu pintu masuk hidayah) mereka, maka di sini dapatlah ditemukan korelasi yang saling menguatkan antara BO Brigade dengan BI. Brigade PII dapat menciptakan manusia intelektual dimana nantinya dapat difungsikan sebagai katalisator kader masa depan. Kepekaan terhadap kondisi alam sekitar merupakan potensi fitrah manusia. Untuk dapat menciptakan manusia yang lebih peka terhadap kondisi ummat kita harus mengasah intelektualitas mereka. Kelebihan manusia dabandingkan semua makhluk Allah lainnaya di muka bumi adalah kemampuannya mengamati alam sekitar secara tajam sebab dia diberikan intelektualitas yang lebih. Level intelektualitas ini menyebabkan manusia memiliki daya untuk melalar segala sesuatu yang ditangkap indranya. Kemampuan menalar ini menjadi modal manusia untuk mengamati alam sekitarbdan memberi arti akan segala sesuatu yang ditangkap indranya. Penafsiran objek indra ini menyebabkan manusia mampu meniru prilaku alam sekitarnya dan memotifasinya untuk memanfaatkan potensi alam sekitar untuk merubah suatu benda menjadi benda yang lain. Ketika manusia melihat tikus yang piawai dalam menggali tanah, maka manusia berusaha menciptakan alat dari alam dan merubahnya seumpama kuku tikus untuk menggali tanah. Karya merupakan produksi khas makhluk Tuhan yang hanya dimiliki manusia. Selain menciptakan, manusia juga mampu menggunakan alat yang dia ciptakan. Singkatnya alat merupakan bukti ketinggian intelektualitas manusia dibandingkan makhluk lain. Tapi yang menjadi puncak dari ketinggian intelektualitas manusia adalah penggunaan alat untuk kesejahteraan manusia dan alam semesta. Bom nuklir bisa dikatakan sebagai karya manusia yang agung, namun tidak terdapat ruang untuk menggap alat itu sebagai pendukung kesejahteraan alam semesta. Karena itu kemampuan penciptaan alat merupakan level kedua dari keagungan intelektual manusia, dan kepekaan terhadap alam dan lingkungan tetap menduduku peringkat utama keagungan intelektualitas.

                Pengabdian dan pelayanan persoalan-persoalan kemanusiaan haruslah diutamakan bagi diri anggota Brigade PII agar  pembinaan dan pengembangan ketrampilan, dapat menjadi sarana pendukungnya. Modal selanjutnya adalah  dapat memberi efek ketahanan fisik dan intelektualitas kader,i sehingga kita dapat menggunakan hasil dari karya terampil kita secara evektif dan efesien. Mengembangkan jaringan informasi dan intelijen dengan modal buah karya manusia  sangat dibutuhkan agar kita dapat secara mudah menjalakan tugas kita yaitu guna menjaga misi dan eksistensi PII.



Problematika Ummat

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah kunci utama bagi kebudayaan, politik bahkan idiologi bangsa. Pendidikan di negri kaita masih saja menerapkan sistem warisan penjajahan sehingga potensi akal peserta didik tidak terberdayakan dengan baik. Fenomena seperti inilah yang menghambat kreativitas dan intelektualitas peserta didik sehingga sangat berpengaruh pada dinamika kebangsaan. bangsa kita menjadi bangsa terpuruk sejak awal kemerdekaan tanpa pernah mampu bersaing dengan negara lain dari segi manapun. Pendidikan yang mengajarkan sejak dini dalam pikiran hingga menjadi prinsip peserta didik untuk menjadi masyarakat komsumtif serbainstan telah membuat ekonomi bangsa kita kian terpuruk.

                Adopsi sestem pendidikan asing ke dalam kurikulum pendidikan nasional adalah upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang telah di sebutkan diatas. Namun hal ini menimbulkan banyak persoalan baru. Utamanya adalah kita kekurangan tenaga pendidik yang mampu menerapkan sistem asing tersebut ke dalam ruang belajar. Berbagai pelatihan bagi tenaga pendidik yang diharapkan supaya dapat membuat mereka mampu menciptakan suasana dan sistem belajar yang lebih baik ternyata tidak sesuai harapan. Persoalan utamanya adalah kurangnya keseriusan para penyelenggara pelatihan, mereka hanya mengedepankan keuntungan pribadi dan mengenyampingkan tujuan peningkatan sumber daya tenaga pendidik. Disampig itu tenaga pendidik terlihat kurang serius dalam upaya peningkatan kualitas diri, para tenaga pendidik tidak memiliki motivasi tinggi dalam memperdalam keilmuan mereka. Tenaga pendidik kurang serius dalam mengajar apalagi berusaha menerapkan sistem belajar baru yang lebih baik. Guru-guru hanya mengedepankan sergifikasi, kenaikan pangkan dengan tujuan utama---dan bahkan mungki satu-satunya----- yaitu kenaikan gaji. Guru-guru di negri kita sangat rajin mengikuti seminar pendidikan, tapi tujuan mereka bukan untuk mengembangkan kualitas diri sehingga mampu menjadi tenaga pendidik yang lebih kompeten dan berkualitas melainkan untuk memperoleh amplop berisi uang tunai dan sertifikat untuk dikumpulkan dan "ditukar" dengan  serifikasi dan kenaikan pangkat.

                Seharusnya lembaga pertama yang harus diseret oleh Komisi Perlindungan Anak dan lembaga HAM adalah ke meja pengadilan adalah Departemen Pendidikan (DP). Mereka telah menjadikan anakzanak sebagai bagian daripada mesin-mesin yang bekerja dalam waktu. DP telah membuat anak-anak kehilangan waktunya untuk bermain, padahal sistem belajar bagi anak paling ideal dengan bermain. DP telah membuat anak jauh dari orangtua mereka. Mereka kekurangan kasihyang yang sangat mereka butuhkan untuk mendidik emosi mereka. Belajar kasih sayang tempat terbaiknya dalah pada orangtua. Anak-anak menjadi kehilangan identitas alamiah akibat DP yang telah mengatur waktu belajar yang sangat padat. Kurikulum yang sangat sesak membuat anak harus bekerja lembur untuk menyelesaikan tuga sekolah yang menumpuk. Dengan itu anak-anak menjadi kehilangan waktu untuk belajar agama dan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga jadilah mereka manusia yang idividualistik. Ha ini sangat berbahaya bagi masadepan bangsa sebab orang-orang hasil produksi sistem tersebut akan kehilangan orientasi diri dan kepekaan sosial. Ilmu mereka hanya akan diterapkan untik kepentingan individu tanpa sedikitpun mempedulikan---karena memeang mereka tidak pernah tau--- kaidah agama dan lingkungan.

                Masalah ini semakin besar dengan diterapkannya sistem pendidikan yang menerapkan sistem linearisasi jenjang pendidikan. Sejak SMA--- bahak kalau bisa sejak PAUD---Manusia dididik untuk mendalami dan menguasai satu disiplin keilmuan saja yang sangat spesifik. Hal ini mengakibatkan masing-masing ilmu kehilangan hubungan. Para ahli ilmu hanya jadi mesin disiplin ilmu tertentu tanpa mampu menemukan intergrasi antar disiplin ilmu. "Pendidikan adalah kemampuan untuk merasakan hubungan-hubungan tersembunyi antarfenomena" kata Vaclav Havel. Sistem liearisisi strata pendidikan berar Metode demikian sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan, setidaknya versi Havel.

                Hilangnya paradigma kesalingterkaitan antar disipli ilmu menyebabkan hilangnya kesalingterkaitan implementasi ilmu. Ahli kimia hanya akan memproduksi senjata pemusnah massal sebanyak-banyak dan sehebat-hebatnya tanpa mengetahui efek lingkungan dan kemanusiaan.

                Program beasiswa ke luar negri besar-basaran diharapkan dapat menciptakan kader-kader bangsa yang menguasai berbagaimacam metodologi sehingga dapat memecahkan berbagai macam masalah bangsa ternyata hanya mampu memproduksi kontestan perang wacana dan perang opini. Masing-masing mereka hanya menjadi penyebab meningkatnya penggundulan hutan karena satu judul buku yang mereka terbitkan dicetak ribuan eksemplar, kalau buku itu menarik sehingga menjadi best seller maka akan dicetak hingga jutaan eksemplar. Kalau semua lulusan luar negri dirata-ratakan masing-masing satu judul buku best seller maka berapa juta kopi bukau akan diterbitkan? berapa batang kayu dibutuhkan sebagai bahan baku kertas? ditambah opini-opini di media cetak lain seperti majalah, jurnal dan koran. Jalan keluar-jalan keluar yang mereka tawarkan sering ditolak pemerintah sebab berbenturan dengan blue print pemerintah. bagi masyarakat susah menangkap maksud pembicaraan mereka sebab metode yang digunakan membingungkan ditambah kata-kata yang dipakai terlalu asing bagi masyarakat. Ada segelintir diantara para sarjana lulusan asing itu yang mampu masuk kedalam sistem pemerintahan, namun bahkan sering konsep, gagasan dan ide mereka berseberangan dengan orientasi penguasa, kalau ada segelintir yang jadi penguasa maka sering konsep mereka tidak mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat. Artinya program beasiswa luar negri tidak mampu memberikan peran yang berarti perubahan masyarakat dan dalam upaya menyelesaikan persoalan bangsa. Kehadiran mereka malah mempercepat kepunahan bahasa Indonesia. Bukankah para sarjana lulusan luar negeri itu yang suka menggantikan kata-kata dalam bahasa Indonesia dengan istilah-istilahn asing. Padalal banya istilah-istilah asing itu yang memiliki kata serapan dalam bahasa Indonesia. Demikian problematika program beasiswa untuk ilmu-ilmu sosial yang menghabiskan dana negara hingga trilyunan rupiah itu.             

                Dalam bidang beasiswa luar negri untuk ilmu teknologi, sarjana lulusan luar-negri hanya dapat menjadi dosen dan tukang teori teknologi tanpa menciptakan satu bendapun yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat apa lagi untuk memproduksi teknologi untuk melawan dominasi ekspor segala macam kebutuhan masyarakat.

                DP senyatanya adalah musuh semua kalangan yang punya kepentingan di bidang pendidikan. DP bahkan tidak ;eduli dengan aturan hukum. Pengadilan telah memutuskan UN harus dihapuskan, namun UN masih terus diterapkan---meskipun wacana DP mereka tidak akan menjadikannya sebagai standar satu-satunya bagi kelulusan siswa di sekolah bertaraf rendah. UU baru yang memutuskan ijazah SMA hanya berlaku dua tahun pasca kelulusan dan pembatasan usia calon mahasiswa adalah keputusan paling merugikan masyarakat. Masyarakat menengah kebawah semakin mustahil untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi. Mereka akan semakin kehilangan kesempatan berkompetisi di segala bidang dan lapangan kerja. DP telah melanggar UUD '45. Kekali lagi DP harus di seret ke meja hijau. DP untuk kesekian kalinya melanggar HAM.



2. Kebudayaan.

                Karena sisitem pendidikan kita yang kacau-balau maka rasa, karya dan karsa manusia selalu menghasilkan sesuatu yang membuat tatanan masyarakatsemakin rusak. Manusia Indonesia telah dibentuk menjadi individu-individu yang bermoral materialis, individual dan kapitalistik. Kapitalisme telah menjadi ideologi bangsa. Kerusakan moral terlihat jelas dari segala sistem kehidupan masyarakat mulai dari cara berpakaian, pergaulan hingga komsumsi. Kebobrokan moral pejabat adalah simbol dari kerusakan seluruh elemen bangsa. Korupsi dianggap sebagai pekerjaan yang lumrah dilakukan. Penegak hukum tidak akan berbuat banyak dalam menangani perkara ini. Kalangan aktivis dari organisasi mahasiswa dan pemuda yang selalu melakukan kontrol tehadap lembaga hukum dalam upaya pengawalan kasus korupsi senantiasa diintimidasi pihak-pihak tertentu sehingga tak jarang mereka kehilangan amunisi.  Aparat penegak hukum sangat komit dan mengeluarkan kekuatan penuh dalam menangani terorisme yang sangat sering menyudutkan Islam. Komitmen penanggulangan korupsi karena banyknya dukungan dana asing. Hal ini bertolakbelakang dengan kasus korupsi dimana Barat ikut merasakan keuntungan akibat tingginya korupsi Indonesia. Korupttor-koruptor akan membuang uang curian itu ke negara-negara maju.                 Kemajuan teknologi informasi telah menyebabkan kerusakan pada seluruh elemen masyarakat. Kaum muda terlibat pergaulan bebas, seks bebas,  kehilangan gairah belajar serta kehilangan orientasi masa depan. Kehidupan rumah tangga tidak berlangsung lama akibat mudahnya akses perselingkuhan dan problematika ekonomi.



3. Ekonomi

                Kemiskinan sampaikapanpun takkan pernah bisa ditanggulangi selama lembaga apapun namanya yang memaikan sistem peminjaman berbunga. Riba telah merajalela di negri kita. Lintah darat telah menjadi idola. Masyarakat kecil tidak punya pilihan lain selain meminjam uang dengan bunga luarbiasa tinggi. Usaha yang dijalankanpun tidak berjalan sesuai harapan sebab hampir semua masyarakat terlilit hutang dan kredit. Prolem ekonomi masyarakat takkan memiliki jalan keluar selama riba merajalela. Bank Syariah tak ubahnya seperti babi yang dipakaikan jilbab, daging babi syariah. Baitul Qirad yang diharapkan mampu menjadi ekonomi alternatif ternyata tak ubahnya bank konvensional, yang mereka tahu hanya bagi hasi tanpa pernah mau tau kerugian nasabahnya.

                Pasar hasil produk pertanian dikuasai mafia. Harga pasar diatur sedemikian rupa. Petani tak ubahnya sapi perah. Petani hanya mampu memproduksi dan buta pasar sehingga selalu jadi korban. Elit pemerintah hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok. Menandatangani kontak impor produk teknologi akan sangat menguntungkan elit daripada mereka harus bekerja keras membangun pabrik dan melatih keahlian dan ketrampilan masyarakat. "Anak TK di Jepang belajar bikin HP. mahasiswa Indanesia belajar pakai Hp" kata T. Firman Nur. Kita cuma mampu membeli dan terus membeli tanpa sedikitpun memprodeksi. Kita tergolong bangsa yang celaka menurut Kahlil Gibran: Celakalah bangsa yang memakan tidak dari yang dia tanan dan memakai tidak dari yang dia sulam. Kita hanya bisa menjadi konsumen, bahkan beraspun diimpor. Bukankah mengimpor beras akan menguntungkan banyak pejabat dan merugikan banyak petani. Elit lebih suka uang bea cukai daripada bersusah payah mengembangkan SDM petani.

                Kalau saja ekonomi Islam yang murni mau diterapkan maka masyarakat kecil tidak hanya akan memperoleh pinjaman tanpa riba, bahkan pendidikan terhadap bidang profesi mereka berjalan sekaligus. Bukan seperti kerja Baitul Mal yang taunya hanya mengumpulkan harta orang kaya dan mendistribusikannya ke kantong pribadi dan pembuatan gedung megah, biaya transportasi dan akomodasi yang menggelembung tanpa memperdulikan distribusi yang tepat, mengarah dan berfaedah bagi pengusaha kecil.



4. Politik.             

                 Presiden SBY adalah pemimpin yang sangat pandai membodohi rakyat dengan pencitraan di media yang sangat tidak berimbangan. Melanjutkan dan mempertahankan kekuasaannya dia menempun jalur-jalur yang curang. KPU menjadi tidak independen dan penuh rekayasa. Daftar pemilih tetap direkayasa membludak di kawasan yang ada bantuan pemerintah dan sangat minim di daerah yang tek tersentuh bantuan pemerintah. SBY mampu mencuri hati rakyat dengan iming-iming sepetak lahan pertanian dan memperlakukan diri seolah-olah patut disayang dan dikasihani. SBY beli enam sukhoi semua diam, mega beli sati semua ribut, berkepanjangan. Politik pencitraan SBY memang luar biasa.



5. Agama

                Ahmadiyah terkesan dibiarkan oleh pemerintah. Asing menekan pemerintah agar tidak membubarkannya. MUI dalam mengupayakan pembubarannya tidak punya mekanisme dan landasan hukum yang jelas. Ulama hanya bermodalkan semangat subjektif. Jadi selalu kalah dalam ranah hukum. Ulama tidak mau membuka diri untuk mengkaji persoalan ini secara objektif. Akibatnya radikalisme oleh Ormas Islam semakin potensial. Presiden, karena dia ahli dalam manajemen isu membiarkan Ahmadiah sebagai senjata cadangan dimana ketika berita-berita Century atau lainnya yang mengganggu kekuasaannya muncul dia bisa memanfaatkan isu ini sebagai peredam berita Century.



Problematika PII-Brigade PII

                Dari dulu Brigade PII diakui dalam konstitusi PII dalam melakukan hubungannya dengan BI menenpuh jalur koordinasi. 'Koordinasi' semakin lama semakin tidak jelas. Oleh sebab itu dalam periode ini kita mengupayakan eksistensi Brigade PII sebagai penunjang tercapainya tujuan PII lebih efektif dengan memfungsikan Brigade PII sebagai wadah bantu dalam tercapainya misi-misi yang dicanangkan masing-masing bidang BO dan Korp PII Wati. Brigade PII akan melakukan kerjasama dengan masing-masing bidang BO dan Korp PII Wati sehingga dapat memberikan kontribusi yang konkrit bagi bidang-bidang BO dan PII Wati. Peran seperti ini harus dilakukan oleh seluruh tingkat eselon Brigade PII mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Untuk tercapainya tujuan ini dengan baik dan matang, Brigade PII, BO dan Korp PII Wati secara bersama-sama harus merumuskan mekanisme komonikasi yang baik dan tertib agar upaya ini tidak memiliki efek samping dan Brigade PII dapat menemukan peran efektif.

                Dengan menempuh jalur koordinasi Brigade PII di tingkat daerah telah memberikan kontribusi yang sangat banyak dalam tercapainya program kaderisasi BO PII. Setiap penyelenggaraan training, Brigade PII selalu mengutus personilnya untuk melakukan pengamanan lokasi training. Tidak jarang Pelatih kursus Brigade PII menomorsatukan training Brigade PII. Kerjasama ini harus terus dirawat dan ditingkatkan.

                Dalam bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Brigade PII dapat mengirimkan personil intelijen dalam melakukan pengumpulan informasi-informasi temtang kondisi eselon PII di bawan eselon BO setingkat sehingga informasi-infor masi yang dikumpunkan dapat menjadi bahan kajian PPO sehingga ketika PPO turba dia dapat langsung menerapkan jalan keluar atas persoalan eselon di bawahnya. Brigade PII juga dapat melakukan pengawasan terhadap personil-personil pengurus secara rahasia sehingga bidang Pembinaan Aparatur dapat memperoleh informasi yang baik tentang kedirian personil-personil pengurus.

                 Brigade PII dapat mengirimkan intelijen-intelijennya ke sekolah-sekolah untuk mendapatkan informasi-informasi tentang segala aspek menyangkut praktek pendidikan. Brigade PII juga bisa melakukan pencarian, kajian dan aksi terhadap isu-isu pelajar dari dan melalui berbagai media. mengenai PMP kita mengusulkan agar PMP diganti dengan PMI (Pemberdayaan Masyarakat Intelektual) sehingga wilayah konsentrasi bidang ini dalap lebih luas bahkan hingga masyarakat. Kita harus jujur bahwa 'kata' itu tidak hanya berpengaruh terhadap sasaran informasi, namun juga terhadap informan. Boleh saja kader PII memahami kata pejalar adalah anak sekolah, mahasiswa ataupun yang memimba inmu di lembaga pendidikan non formal atau bahkan seorang otodidak. Tapi ketika mendengar kata 'pelajar' pikiran kita semua akan memunculkan gambar anak sekolahan yang reseragam.

                Brigade PII pada periode ini menjadikan Intelijen sebagai sasaran utama misinya. penciptaan dan pengembagangan anggota yang memiliki keahlian mengumpulkan, mengkaji dan melakukan aksi terhadap informasi adalah salah satu upaya yang ditempuh Brigade PII dalam mencapai misi tersebut. Disini Brigade PII dapat memberikan peran yang besar dalam pencapaian misi KU BO PII. Baik dalam membangun jaringan eksternal, pencarian informasi, aksi dan lain sebagainya.

                Disamping itu BI dan BO harus menguatkan hubungan antar bidang terkait seperti bidang Kesekretariatan, Kebendaharaan, Pengembangan organisasi, bid. Hubungan eksternal dan lainnya. Misalnya: Diklat Brigade PII, Div. Kursus Korp PII Wati dan Kderisasi BO, PPL. Makanisme penguatan bidang terkait ini perlu diatur dengan baik, contohnya mengadakan rapat bidang terkait.

                Selain itu, dalam rumah tangga Brigade PII sendiri terdapat sangat banyak persoala yang harus dipecahkan. Perbedaan pemahaman dalam sistem adminidtrasi PII segenap eselon perlu akhiri.Brigade PII sering kesulitan memperoleh pendanaan karena kurang popularnya Brigade PII dibandingkan BO. Persoalan ini mengakibatkan terkendalanya proses pencapaian misi.       

                Sistem kaderisasi yang baik harus segera dirumuskan dalam sebuah buku panduan kaderisisasi pokok Brigade PII. Sistem latihan yang dikeluhkan banyak kalangan harus dapat ditangani dengan baik. Anggota intelijen perlu diperbanyak agar pencapaian misi pada periode ini dapat terlaksana dengan lancar.



Signifikan

                Brigade PII harus merevisi sistem kaderisasinya sehingga mampu menciptakan keseimbangan antara penguatan kemampuan intelijen, manajemen organisasi & kelembagaan, spiritual dan interaksi sosial. Brigade PII juga harus mampu mempertajam sumberdaya kader dalam melakukan pengumpulan informasi, kajian dan aksi dari dan melalui lapangan dan berbagai media, baik cetak maupun elektronik. 

Membangun dan membina Koordinator Wilayah dan Daerah  di semua Provinsi & Kabupaten/kota suatu keharusan. Lalu Brigade PII harus  menciptakan ketertiban sistem administrasi sesuai PPA di seluruh eselon Brigade PII.

                Efektivtas peran Brigade PII dalam memberikan kontribusi bagi tercapainya program masing-masing Bidang Badan Induk dan BO PII Wati dengan mengedepankan etika konstitusi dan hubungan emosional yang baik wajib terwujud dan penggalangan dana dari berbagai sumber harus sesuai ART PII.

                Dalam rangka Hari Lahirnya yang ke-63, Brigade PII harus mempu menyalesaikan semua problematika di atas, baik itu menyangkut keummatan dan Internal PII-Brigade PII. Amin.



Miswari

Ka. Staff Administrasi Koordinator Pusat Brigade PII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar