Rabu, 23 Juni 2010
Dibalik Pembangunan dan Renovasi Masjid-masjid di Aceh
Selaku warga Aceh, terus-terang saya sangat senang dengan masjid-masjid yang ada di Aceh. Selain ukurannya yang besar-besar, gaya arsitekturnya juga sangat indah. Masjid di Lamprit dan Meulaboh contohnya.
Selain itu, Masjid Raya Pasee di Panton Labu yang masih dalam tahap pembangunan, menurut saya, akan menjadi masjid dengan gaya arsitektur terbaik dan memiliki kaligrafi terindah, setidaknya di seluruh Aceh.
Masjid yang indah dan nyaman, tak bisa dipungkiri, akan menambah kekhusyukan dalam beribadah. Tempat parkir yang teratur dan aman dapat membantu jamaah untuk shalat tidak seperti Shalat Khauf. Toilet dan tempat wudhu' yang bersih dan airnya lancar menjadi syarat pelengkap kesempurnaan beribadah.
Selain pembangunan masjid-masjid baru, di Aceh juga sedang gencar-gencarnya dilakukan Renovasi masjid. Renovasi masjid di Lueng Bata, Ulee Kareng, Banda Aceh, Masjid Agung Bireuen diharapkan dilakukan dilakukan dengan cepat dan lancar. Renovasi masjid-masjid diharapkan tidak mengganggu kelancaran ibadah para jamaah. Terutama warga Kota Juang, Bireuen, mereka tentu tidak ingin pada Ramadhan tahun ini terganggu dalam beribadah sebab renovasi Masjid Agung Bireuen seperti yang mereka alami pada Ramadhan tahun lalu.
Saya mengharapkan renovasi masjid-masjid di Aceh tidak merubah arsitektur lama masjid. Seperti yang sering terjadi, misalnya pada masjid di Seunuddon dan Kuala Simpang, renovasi masjid merubah 100 persen arsitektur lama.
Semoga dimasa mendatang hal ini tidak terjadi terjadi. Sebab, kita menginginkan terdapat beberapa masjid yang tidak menanggalkan gaya arsitektur lamanya setelah direnovasi. Kita harus menghargai gaya seni yang ditampilkan para pendahulu kita dalam menggubah arsitektur masjid.
Semakin besar masjid yang dibangun tidak diiringi semakin banyaknya jumlah jamaah shalat-shalat fardhu. Malah, jamaahnya semakin sedikit. Hal ini tentu membuat kita sangat prihatin.
Kita tentu tidak ingin masjid kebanggan kita yang megah hanya penuh sesak pada waktu shalat Jum'at saja sementara pada waktu-waktu shalat lain jamaahnya dapat dihitung dengan jari. Bahkan ironisnya, di satu kecamatan dalam salah satu kabupaten di Aceh, setelah masjid sangat besar dibangun, shalat fardhu berjamaah tidak ditegakkan.
Berbagai upaya harus dilakukan bersama dalam upaya meramaikan jamaah. Masyarakat harus saling mengingatkan akan keutamaan shalat berjamaah. Panitia pembangunan dan rehabitasi masjid harus mampu menjadikan sarana dan fasilitas masjid mudah diakses. Salah satunya adalah membangun tempat bersuci dari hadas besar dan kecil mudah dijangkau.
Selanjutnya pengurus masjid harus mampu menjadikan masjid sebagai Centre of Moslem Activity, pusat kegiatan ummat Islam. Bukan sebatas tempat shalat saja.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan membuka perpustakaan di lingkungan masjid. Pihak pengelola masjid juga harus menghidupkan pengajian bagi segala usia.
Segala aktivitas selama masih mengarah kedalam hal positif harus dilaksanakan di masjid. Bahkan bila perlu di masjid juga disediakan sarana bermain untuk balita. Masjid kebanggan kita harus selalu ramai.
Ttd,
(______ )
Miswari
Merduati, Kutaraja, Banda Aceh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar