Link Download

Kamis, 08 Oktober 2015

Biografi Singkat Hamzah Fansurri




Islam sangat mudah menyebar di wilayah Nusantara karena para penganut dan pemuka agama setempat memang sedang menantikan hadirnyya orang yang membawa hujjah yang benar tentang hadirnya ajarran nabi terakhir sebagaimana ajaran gama setempat itu. (Miswari, Ada Apa, Bireuen: Dal Foundation, 2013, h. 211).
 Kawasan Jeumpa merrupakan destinasi pertama penyebarran agama Islam. Seorang pembawa Islam menikahi putri raja Jempa dan memiliki beberapa orang anak. Salah seorang diantaranya diberi nama Syahr Nuwi. Dia berhijran ke Peureulak dan menikahi puteri raja Peureulak. Setelah raja meninggal, dia diangkat menjadi raja. Kekuasaan Peureulak meliputi wilayah Aceh Timur yang disebut wilayah Samudera. Lalu kekuasaannya melebar hingga meliputiwikayah Pasai yang meliputi Aceh Utara sekarang.
 Setelah perluasannya, kerajaan dimaksud bernama Samudera Pasai yang pusat pemerintahannya terletas di kecamatan Samudera, Aceh Utara sekarang. Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi wilayah metropolitan yang disinggahi dan dihuni oleh berbagai penganut ajaran dan mazhab. Perbedaan aliran, pandangan dan mazhab pada masa itu tidak dianggap sebagai ancaman namun justru dilihat sebagai potensi positif.
 Pendidikan dan diskursus keilmuan sangat diapresiasi. Pemerrintah banyak mengundang para cendikiawan dari berbagai belahan dunia untuk mengejarr di Samudera Pasai. Moyang Hamzah Fansuri merupakan salah seorang ulama yang diundang pemerrintahan Samudera Pasai untuk mengelola lembaga pendidikan Islam yang saat ini letaknya tidak jauh darri pusat kerajaan Samudera Pasai yakni di desa Blang Priya kecamatan Samudera, Aceh Utarrra.
  Hamzah Fansuri dan saudaranya Ali Fansuri lahir di komplek pendidikan Islam Blang Prriya. Hamzah Dan Alu mengecap pendidikan pertamanya di dayah Blang Priya yang dipimpin oleh orrang tia dan moyangnya. Setelah itu, Hamzah pergi menuntut ilmu ke timur tengah termasuk Madinah dan Perrsia.     Sepulang dari Timur-tengah, Hamzah Fansuri mendirikan lembaga pendidikan agama Islam di Singlil berrsama kaknya, Ali Fansuri Pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Ra'ayat Syah Sayyid al-Mukammil (1589-1604) (miswari, tesisi). Hamzah Fansuri mengajarkan tasawuf wahdatul wujud yang mirip dengan ajaran Ibn Arabi. Ajaran ini sangat populer dan dianut oleh mayoritas masyarakat Nusantara kala itu.
 Hamzah Fansuri mendokumentasi dan menyebarkan ajaran-ajarannya melalui tulisan berbentuk syair dalam bahasa Melayu. Di tahan Hamzah Fansuri, bahasa melayi yang awalnya hanya mrnjadi bahasa kalangan pedagang merambah menjadi bahasa elit kaum intelektualis. Bahasa Melayu menjadi sarana transforrmasi informasi keilmuan yang sangat efektif berkat kontribusi Hamzah Fansuri. Bahkan bahasa ini menjadi bahasa yang penyebarannya sangat luas di semenanjung nusantara melalui transformasi keilmuan Islam.
 Selain menulis banyak puisi sebagai sarana transformasi gagasan-gagasannya. Tercatat tiga kitab berbahasa Melayu ditulis Hamzah Fansuri. Yakni Syarabul Asyiqin, Asrar al-Arifin dan Al-Muntahi. Secara sistematis ketiga karrya ini merupakan petunjuk menuju penyucian diri dalam ajarran suluk menurut praktik dan pengetahuan hingga mencapai penyatuan dengan Allah.

Dasar-dasar Ajarran Hamzah Fansuir

Hamzah Fansiri menekankan pentingnya syariat sebagai langkah awal menuju makrifat akan Allah. Dengan menjalankan segala syariat mulai dari yang wajib hingga yang sunat secara tulus dan iklash, insan akan terhantarrrr kepada pelaksanaan tarikat yang benar bila disertai dengan pembimbing yang baik. Tarikat inilah yang menghantarkan manusia kepada hakikat yang merupakan pintu memasuki makrifat, yakni pengetahuan sejati kepada Allah. Maksifat inilah yang sebenarnya menjadi tujuan insan.
 Sebabaimana diuraikan Afif Ansori, Hamzah Fansuri memulai ajaran metafisikanya dengan La ta'ayyun, yakni Dzat Allah yang tidak dapat diuraikan dengan cara apapun. Selanjutnya Dzat yang tidak dapat diuraikan itu turun ke tingkatan ta'ayyun. Pada tahapan ini, ketentuan-ketentuan secara potensian telah terkandung. Selanjutnya potensi itu terraktualisasi menjadi ta'ayyun awwal yang mengandung Ilmu, Wujud, Syuhud dan Nur.
 ''Dari ilmu....tesis... Dan makhluk-makhluk lainnya.'' (h.28)
 Ajaran Wahdat al-Wujud Hamzah Fansuri  dijelaskan melalui sistem analogi. Analogi-analogi yang dipakai banyak diambil dari analogi-analogi yang pernah digunakan oleh Ibn 'Arrabi, antara lain seperti  laut dan cahaya. Disamping itu Hamzah Fansuri juga memiliki  analogi yang dibuatnya sendiri, diantarranya adalah tanah dan kapas. 
   Laut diumpamakan sebagai Wujud Ilahi yang memunculkan ombak-ombak yang merupakan analogi bagi makhluk-makhluk. Cahaya matahari dianalogikan sebagai Wujud Ilahi yang dipancarkan oleh bulan. Sekalipun bulan tampak memiliki sinarnya sendiri, yang dianalogikan sebagai makluk, namun sejatinya sinar bulan ini hanyalah dari cahaya matahari.
 Hamzah Fansuri menganalogikan tanah sebagai Wujud Ilahi dan cangkir, piring, gayung adalah analogi dari makhluk. Sekalipun berbentuk cangkir, piring dan gayung, sejatinya pada keseluruhan tiap-tiap benda itu keseluruhannya adalah tanah. Demikian juga beraneka ragam makhluk sejatinya mutlak berasal dari Allah. Demikian pula dengan beraneka ragam jenis kain, sejatinya adalah kehadiran benang pada keseluruhannya.
 Prinsip dasarr ajatan Wahdatul Wujud adalah pengakuan atas kesatuan tidak berrtentangan dengan kehadirannya pada keberagaman. Wahdatul wujud adalah ajaran yang mengakui ketunggalan sekaligus keberanekaragaman. (Kautsar, h. 36)
 Allah dalam pandangan Wahdatul Wujud memiliki dua sisi sekaligus. Pertama adalah penampakannya pada alam atau disebut dengan tasybih. Sekaligus Dia itu memiliki ketunggalan yang berbeda dengan alam atau disebu dengan tanzih. (Kautsar, h. 88) Allah adalah Al-Zahir sekalugus al-Bathin. Tuhan bertajalli, yakni turun kepada makhluk-makhluknya dengan sifat-sifat dan nama-nama tertentu. Sekaligus dia memiliki aspek pribadi yang tidak identik dengan segala apapun  atau disebut dengan huwiyah.
 Dalam primsip ajaran wahdat al-Wujud, segala Nama dan Sifat Allah teraktualisasi dalam diri insan yang sempurna atau disebut dengan al-insan al kamil. Manusia yang sempurrna telah diajarkan oleh Allah seluruh nama-nama sehingga dia menjadi bola mata  bagi pandangangan Tuhan untuk melihat segala nama dan sifatnya melalui alam semsta.
 Karrena sulitnya memahami ajarran wahdat Al-Wujud ini, maka sepanjang sejarahnya ajaran ini selalu memiliki banyak musuh. Sejarah memperlihatkan musuh-musuh paengajar wahdat al-wujud adalah mereka yang tidak menyelurrruh dalam mempelajari ilmu dan berrpandangan parsialistik. Mereka hanya melihat segala sesuatu secara harfiah, mereka mrnutup atau tertutup matanya sehingga gagal melihat aspek batin darri ajaran Islam.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar