Wujud Ibn 'Arabi
ada dua cara mengenal Tuhan, cara filosof dan cara anak-anak.
jangan khawatir, tidak perlu meninggalkan Ibu dan kampung
halaman, tidak perlu mengikut Musa ke Bukit Halus,
Tidak usah masuk kobaran api bersama Ibrahim,
karena yang
dikenal juga adalah Yang Maha Indah, cara anak-anak juga punya
keindahan tersendiri.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat dan RahimNya kepada Paduka Yang Mulia Wali Allah.
Wujud dalam realitanNya satu Satu Mutlak (Wajib al-Wujud). Inilah Esensi Mutlak atau Hakikat Zat al-Haqq. Di Sisi lain, wujud merupakan yang meliputi segala sesuatu di dalam kosmos atau disebut al-'alam. (William C. Chittick, Dunia Imajinal Ibnu 'Arabi, diterjemahkan dari Imaginal Worlds oleh Achmad Syahid, Surabaya: Risalah Gusti, 2001, h. 28). Dalam pandangan Ibn 'Arabi, wujud dalam pengertian yang sebenarnya adalah adalah realitas Tunggal yang tidak dapat dibagi dua. Karena itu Chittick mengatakan tidak salah kita memutuskan pandangan Ibn 'Arabi adalah wahdah al-Wujud (h. 29). Argumentasi lain pembenaran penilaian ini asalah ''... Keragaman nyaris tampak tunggal tatkala ia berakar pada Tuhan, al-Haqq'' (h.29). Mengenai realitas kosmos yang tampak beragam sekalipun hakukatnya adalah wujud tunggal diumpamakan seperti cahaya yang menghantam prisma dan menyebabkan munculnya aneka cahaya. Sekalipun persepsi kita mengakui setiap warna memiliki eksistensinya sendiri, namun hakikatnya warna-warna itu tidak memiliki eksistensi kecuali eksistensi dari cahaya. Banyaknya cahaya yang menjelma dari cahaya adalah perumpamaan dari Wujud al-Haqq yang memiliki banyak wadah manifestasi (h.32).
Di samping itu, Ibn A'rabi mengatakan, perubahan yang terjadi pada multiplisitas wujud yang menjelma bukanlah berarti Wujud al-Haqq ikut berubah. Dalam hal ini, analogi yang dibuat adalah cahaya yang menembusi gelas sehingga menghasilkan aneka warna tetapi warna-warna itu sama sekali tidak mempengaruhi cahaya. (h.32-33)
Chittick (h. 33) menulis sekalipun pada dirinya sendiri adalah maya, tetapi pada kosmos dapat ditemukan wujud karena limpahan dari Wujud al-Haqq melalui Nafs al-Rahman. Pandangan dari Ibn 'Arabi ini diinspirasikan dari QS. Al-'Araf: 156). Hanya karena Kasih SyangNya melalui IlmuNya kosmos yang maya ini dapat meng-ada sehingga setiap mawjud '... Bisa merasa, menikmati dan mengalami realitas-realitas spesifiknya sendiri.'' (h.33). Kasih Sayang disini disebut dengan 'Nafs al-Rahman' yakni. ''... Substansi yang mendasari segala sesuatu.'' (h. 34) di dalamnyalah segala sesuatu menerima kadar, sifat atau karakte ristik tertentu. Melalui Nafs al-Rahman-lah Entitas Kekas menjadi entitas Mawjud, dimana Entitas Kekal tanpa harus kehilangan kekekalannya dan entitas tertentu tanpa harus menjadi mutlak.
Antara Nafs al-Rahman dengan Zat Mutlak diumpamakan Chittick (h. 32) antara nafas manusia denga diri manusia. Diri manusia tanpa nafas tidak dapat disebut manusia, tetapi adalah mayat. Demikian pula nafas tanpa diri manusia hanyalah udara. Kesatuan antara manusia dengan nafas itulah yang menyebabkan diri disebut 'manusia'. Sekalipun perumpamaan ini kurang tepat, tetapi tujuan Chittick adalah menerangkan bahwa Amr, Sifat dan Wujud adalah Satu dengan Zat.
Bagaimanakan yang maya seperti manusia dapat mengenal Yang Rill? Yakni melalui pengetahuan tentang diri dan realitas-realitas yang dapat dipersepsi ini. Pengetahuan ini ''... menunjukkan keintiman antara Realitas Absolut dari segala sesuatu yang berasal dariNya'' (h. 35). Al-Qur'an, koksmos dan diri manusia dalah tanda keberadaan Yang Mutlak (QS. 41: 53). Allah hanya dapat dikenali melalui Sifat-sifatNya. Tujuh Sifat utama yakni Hidup, Mengetahui, Menghendaki, Berkuasa, Berfirman, Pemurah dan Adil. Sifat-sifat ini termanifestasi dalam realitas alam dan diri manusia. Kesempurnaan Sifat-Sifat Allah keseluruhannya hanya pada diri manusia. (h. 36.)
Kata Chittick (h. 37), menurut Ibn 'Arabi Sifat-Sifat dan Nama-nama Allah adalah jembatan antara alam non-fenomenal dengan alan fenomenal, baik secara epistemologis maupun ontologis untuk memperoleh pengetahuan utuh tentang modalitas-modalitas wujud yang tanda-tandanya meliputi seluruh kosmos. Dan seluruh gejala yang tampak pada kosmos itu kesempurnaan pengenalannya hanya pada insan kamil. Adapun jumlah Sifat Allah adalah sebanyak sifat yang gejalanya dapat dilihat pada wujud yang menjelma (h. 38). Pada kosmos susunannya adalah ''... pada tingkatan kecanggihan (tafadhul) tergantung pada sejauh mana tingkat entitas mawjud menyuguhkan sifat-sifat Tuhan'' (h. 38). Selanjutnya Chittick menulis ''Setiap entitas memiliki 'kesiap-sediaan' (isti'dad) tertentu yang memungkinkan untuk menunjukkan sifat-sidat wujud pada tingkatan tertinggi atau terendah.'' dan keseluruhan Sifat Allah hanya hadir pada insan kamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar