Link Download

Sabtu, 16 Februari 2013

Ibn Arabi: Senandung Cinta dari Murcia

Allah begitu cepat menghidupkan hati saya. Allah begitu cepat memperkenalkan cinta kepada saya. Genap sepuluh tahun adalah umur saya mengenal cinta. Saya jaga, saya rawat saya pelihara diam-diam senyap-senyap di dalam hati. Tidak seorangpun saya beri tahu karena saya paham sekali tidak seorang pun memahami, tidak pula gadis yang saya cintai. Dua belas tahun kemudian, saya kemukan cinta kepadanya. Ternyata memang benar. Cinta saya tidak tertampung oleh kata. Dua belas hari selanjutnya dia mengirimkan surat undangan dominan hitam kepada saya. Saya terima dengan lapang dada. Cinta saya memang sangat tinggi. Terlalu abstak. Mustahil dikonkritkan dalam hubungan perkawinan. Sakit sekali memang. Tapi saya maknai itu semua. Syarat cinta adalah rindu. Bila bertemu setiap hari, apalagi tidur dan makan selalu bersama, syarat cinta menjadi kurang. Dan itu bagi cinta adalah deskriminasi. Hingga kini cinta ini tetap saja begini. Semakin hari dia semakin tumbuh. Memang ada sakit. Tetapi sakit adalah syarat lain dari cinta. Bila tidak sakit, bukan cinta namanya. Saya yakin dengan cinta ini. Ternyata Allah yang menghidupkan hati selalu punya rencana baik.
Tentang hati ini, bagaimanapun rasanya, selalu saya lihat dengan kacamata baik. Apalagi setelah mengetahui strategi pangeran cinta dari Murcia dalam menghidupkan hati manusia. Pertama dia meminta muridnya untuk jatuh cinta kepada lawan jenis. Setelah mereka pupuk cinta satu sama lain, diajarkan supaya membuang nafsu sama sekali. Lalu setelah murid muridnya punya hati yang hidup, terawat, bersih suci, maka dihilangkanlah quiditas bernama lawan jenis sehingga cinta hanya kepada Wujud.
Cinta saya, sejak lahirnya, hingga kapanpun sama sekali tidak mengandung nafsu. Itulah salah satu sebab kenapa saya tidak bermimpi untuk menikahinya. Kalau menikah, rindu hilang, nafsu harus dipaksa datang. Dan itu bukan cinta lagi namanya.
Strategi Ibn Arabi dalah menghidupkan hati adalah teknik yang canggih. jatuh cinta kepada apapun menggunakan fakultas yang sama dari jiwa. Cara Ibn Arabi awalnya adalah mengajarkan supaya jatuh cinta pada wujud eksternal yang termasuk differensia. Selanjutnya dibersihkan menjadi cinta quiditas dan terakhir adalah cinta kepada Wujud Mutlak. Misalnya saya jatuh cinta pada sebuah kursi. Awalnya saya mencintai sebuah kursi di hadapan saya yang dapat didinderai dengan kelima indera. Lalu cinta itu naik kepada cinta atas kekursian, yang tidak lagi mempunyai wujud fisik sehingga ketertarikan bukan lagi dengan indera tetapi telah naik kepada konsepsi mental. Terakhir adalah mencintai kepada Wujud Mutlak, yang mana quiditas kekursian hanyalah bagian daripada Eksistensi Wujud Wajib. pada tingkat cinta yang terakhir, yang mencintai bukan lagi konsepsi mental saya tetapi eksistensi saya yang mana dengan eksistensi cinta adalah satu. Dengan itu saya menyadari saya adalah cinta dan cinta adalah saya. Pada tingkat terakhir ini saya menjadi tiada dan cinta juga tiada dan yang ada hanya Cinta, hanya Wujud.
Ibn 'Arabi adalah ulama sufi dari Murcia yang telah mencapai maqam tinggi dalam derajat sufi. Dia mendapat karamah dengan mengetahui masa depan dan mengetahui hakikat Ruh. Sesuai dengan tradisi, dia menerima khirqah yaitu jubah tanda derajat sufi tertinggi dari Muhammad Ibn Qasim Al-Tamami Al-Fasi. Dalam pertualangannya dia banyak menemukan orang yang dalam pandangan orang biasa adalah orang aneh. Mereka adalah malami, yakni sufi yang sengaja bertindak aneh untuk menyembunyikan kesufiannya.
Saya melihat pandangan Ibn 'Arabi terhadap filsafat adalah sangat konsisten. Bagi sistem logika materil, dia dengan tegas menentangnya. Tetapi pada logika formal yang sistemnya adalah badhihiyat, Ibn 'Arabi menerimanya karena memang sistem tersebut adalah karunai Allah.
Teologi, dalam pandangan Ibn 'Arabi hanya berguna untuk menyelamatkan firi dari seranga kaum Rasionalis, tetapi tidak dapat memberikan penjelaaan yang mendalam tentang Tuhan. (Muhammad Al-Fayyadl, Yogyakart: LKiS, 2002, h. 55). Dalam pemaknaan saya, berarti guna teologi adalah seonggok lubang bagi burung unta untuk memasukkan kepala. Tetapi kepada beberapa teolog Ibn Arabi menaruh hormat; seperti kepada Fakhruddin Razi. Ibn Arabi pernah menyurati Razi yang isinya menganjurkan supaya meninggalkan jalan filsafat dan mendekati Tuhan denga tasawuf. Kepada filosof juga begitu, dia menghormati sebagian filosof termasuk Ibn Rusyd dan menentang keras sebagian lainnya.
Banyak dari pemikiran Abu Musa 'Asy'ari ditentang Ibn 'Arabi. Katanya teologi adalah suatu hal yang mustahil, sebab konseptualisasi sesuatu yang tidak dapat disepakati karena tidak diketahui oleh siapapun adalah mustahil. Teologi adalah konseptualisasi konsep atas konsep Tuhan. Konsep itu sendiri juga adalah sesuatu yang ambigu karena konsepnya tidak dapat diketahui. Dari teks suci orang-orang menemukan konsep tentang konsep Tuhan. Konsep teks Suci sendiri tidak pernah bisa ditafsirkan sama. Tidak bisa diberi rumus objektif tentang konsep tentang Tuhan. Maka teologi sejatinya adalah negatif.
Maka tentang keagungan Allah kita hanya bisa menggambarkannya dalam metafora. Itupun tentunya hanya sebagas majasi saja. Hakikat sebenarnya ghaibul ghuyub adanya. Tarjuman Al-Isywaq adalah senandung cinta. Ditulis Ibn 'Arabi pada usia lebih lima puluh. Permukaannya adalah sajak sajak cinta. Isinya adalah cerita tentang fana. Indahnya tidak bisa diumpama dengan apa-apa yang diindera. Maka disimbolkanlah dengan dara-dara jelita. Senandung cinta dari pecinta asal Murcia adalah tembang tentang kerinduan, adalah rintihan tentang sakitnya perpisahan, sebuat jerit tentang hasrat untuk kembail, menyatu dan satu. Hasrat ini bukan cinta buta. Ia adalah pengetahuan, keisyafan bahwa antara dia dengan kekasihnya adalah satu: menemukan kekasih dalam diri, menemukan diri dalam kekasih. Disadarinya cinta adalah semangat, cinta adalah gairan. Gelora cinta adalah harapan, gairah cinta adalah pengobat gundah.
Dibalik simbol-simbol tersimpan makna. Saya mencoba nyingkap isi, tidak puas menikmati aroma saja: harus dikecup dan dirasa; melebur bila bisa.
Malam gulita tanpa cahaya tidak menampakkan apa-apa. Tidak ada yang dapat ditunjuk, maka tiada yang dapat disebut. Tetapi ketika mentari melemparkan cahaya, maka tampaklah aneka rupa, segenap warna, sejuta pesona. Mereka semua menjadi tampak dan beraneka ragam hanya karena satu cahaya. Demikian pula Nur Muhammad. Hakikatnya hanya dia saja. Tetapi darinya mengada yang lainnya: dunia, akhirat, Jibril, ruh manusia dan segenap lainnya: Ragam adalah Satu, Satu adalah ragam.
Sufi adalah kekasih Allah. Hanya mereka saja yang memiliki kerinduan sebenar benar-rindu. Hanya mereka yang punya hati yang hidup yang berhak menerima cinta. Hanya mereka yang memiliki cinta yang bisa memahami hakikat rindu. Kenapa haram bagi sufi api neraka? Karena mereka telah terbakar saat pertama kali terpisah ke dunia fana. Akan selalu begitu hingga kematian tiba. Kapada asal mereka berhasrat, untuk kembali mereka berahi.
Jalan sufi adalah jalan bagi orang-orang tertentu. Tidak banyak manusia yang terpikir untuk mengikuti. Banyak manusia yang mencoba ikut tetapi terlempar di tengah jalan. Hanya mereka yang diberi karunia dan hidayah saja yang dapat mencapai maqam. Mereka yang telah melihat tempatnya akan melihat segala fenomena sebagai suatu keheningan, semuanya adalah tanda dari Dia Yang Agung.
Pecinta dari Murcia itu tidak berdaya menggambarkan Dia yang Maha Indah. Sarana yang dipakai hanyalah tamsilan dari yang indah-indah dalam mahiyah seperti wanita dan bunga. Dalam cinta dia tak berdaya; malah dirinya fana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar