Baba tidak pernah dapat didahului matahari. Dia jauh lebih unggul dalam menaklukkan bukut dan ngarai daripada cahaya matahari dalam hal waktu. Kalau saja Baba tiada, pasti bukut ini tak betah lagi berdiri. Dia akan mengeluh lalu melebur ke laut. Kalau saja Baba tiada, siang nanti takkan ada secuil awan. Angin akan malas menghimpun awan. Maka hujan takkan turun. Tetapi Baba masih ada. Dia setia. Maka angin masih setia menghimpun awan pada siang. Dan pada sore hari awan telah menggulung, hitam dan lebat. Maka setiap ,enjelang malam hujan selalu turun. Turun dengan sangat derasnya. Dia membuat tanah menjadi hidup. Dia selalu memberi pesan kepada gua-gua yang ada di perut bumi melalui tetesan air jernih melalui celah-celah tanah. Pesan itu dihimpun menjadi mata air, lalu melalui sungai-sungai yang penuh air berlari ke bibir pantai dan menyampaikan pesan ke samudra: pesan bahwa Baba masih ada. Pesan itu diterima ikan-ikan, rumput laut, batu karang dan udang-udang yang bersembunyi di belakang dan semua makhluk di dalam laut. Semuanya gembira, semua bahagia: bahwa Baba masih setia.
Baba masih setia. Baba selalu datang ke bukit itu. Di sana dia menemukan dirinya satu dengan burung-burung. Dengan bukit-bukit, dengan pohon-pohon yang banyak, dengan lembah dan ngarai. Dengan danau dan waduk. Baba satu dengan air. Dia satu dengan angin. Dia satu dengan samudra, dengan bumi, dengan seru sekalian semesta. Di sana Baba tidak menemukan air, tiada danau, tidak ada bukit, tidak pula pohon-pohon. Tidak ada laut. Baba juga tiada. Semuanya fana, lenyap. Yang ada hanya 'Ada'. Yang ada hanya 'Satu'.
Baba sadar bahwa pengalamannya itu adalah nyata. Bahkan hanya pengalaman itu saja yang nyata. Dengan itu Baba tahu bahwa segala warna, semua bentuk, yang indah-indah dan molek adalah kreasi daripada mentalnya. Baba pahan bahwa realitas itu, dia sebagaimana adanya, hanya bisa ia ketahui melalui pengalamannya yang tinggi.
Saat matahari mulai sempurna bentuk. Sinarnya juga sudah sempurna. Bersamaan matahari terus naik, Baba turun. Dia menyusuri jalan setapak diantara lembah dan bukit. Dia melewati alur sungai kecil yang jernih airnya dari kaki gunung. Di padang rumput yang ia lewati, baba menyapa rusa dan tapir. Badak yang sedang mandi di rawa berhenti sejenak dan menunduk ketika Baba lewat. Seekor harimau betina yang sedang bermain dengan dua ekor anaknya yang baru dilahirkan tiga bulan lalu berhenti csejenak dari canda dan hening saat Baba berlalu.
Tiba di bhavan Baba disambut dua orang murid: Yarman dan Sarvin. Mereka berdua telah mempersiapkan kitab yang akan beliau telaah sendiri selama satu jam di dalam biliknya. Seperti biasa, setelah satu jam kedua murid senior itu masuk dan menerima pengajaran. Tradisi pengajaran berjalan melalui lisan. Hanya ada beberapa kitab, semuanya tua dan kuno. Ditulis oleh para pendahulu yang tinggi-tinggi ilmunya. Hanya dibaca dan dikaji oleh pengajar yang dianggap telah layak menerima kitab. Untuk saat ini, hanya Baba yang layak mewarisi kitab-kitab ajaran itu. Sebagaimana Baba dahulu, untuk masa itu, hanya Yarman dan Sarvin yang tampaknya akan layak untuk mewarisi kitab-kitab yang kini dijaga Baba.
Murid-murid Baba setingkat Yarman dan Sarvin sebelumnya ada delapan, tetapi enam lainnya telah pergi mengembara dan menetap di negeri-negeri di luar Jeumpa. Di tempat-tempat yang jauh itu mereka mengajar dan memimpin bhavan. Untuk saat itu, tampaknya hanya satu, dan memang harus satu orang diantara Yarman dan Sarvin yang akan memimpin bhavan yang kini dipimpin Baba.
Dengan tekun kedua murid itu mendengar pelajaran-pelajaran yang dengan khidmat disampaikan melalui lisab Baba. Kedua murid itulah yang kelak akan mencapai fana sebagaimana arifin-arifin sebelumnya yang telah menerima pelajaran-pelajaran tertinggi dan telah melewati latihan-latihan yang ketat. Pelajaran-pelajaran dan pelatihan-pelatihan memiliki banyak tingkatan-tingkatan dan setiap tingkatan ditempuh perlahan-perlahan menurut kesiapan murid menerima pelajaran dan pelatihan. Setiap anak yang terlahir di negeri Jeumpa setelah disapih ibunya dan telah berusia dua tahun wajib dihantar ke bhavan. Bhavan bagi permulaan terdapat di berbagai kawasan dalam satu negeri. Bhavan tertinggi hanya ada satu pada setiap negeri. Anak-anak yang diantar ke Bhavan biasanya adalah anak laki-laki. Tetapi ada juga anak perempuan. Bhavan laki-laki dan perempuan selalu terpisah. Guru di bhavan laki-laki hanya laki-laki dan guru bagi perempuan hanya perempuan. Tidak pernah dalam kisah bhavan laki-laki dan perempuan berdekatan. Semua anak diberi latihan dan pelajaran sesuai usia dan kemampuan. Tidak dibenarkan keluar bhavan sebelum akil baligh. Bagi yang telah baligh dicarikan jodoh sesuai dengan tingkatan pengetahuan. Mereka sama sekali tidak mengenal calon istri atau calon suami. Pandangan pertama setiap pasangan adalah pada malam setelah pernikahan.
Bagi yang telah menikah disediakan fasilitas untuk berharkat. Ada yang menjadi petani, ada pula nelayan, ada yang profesinya ke hutan sebagai pemburu dan pencari kayu, ada sebagai agen barang-barang dan kuli di pekan. Sesiapa yang telah berkeluarga tetap dianjurkan ke bhavan untu menerima pelajaran. Tetapi bagi yang baik menerima pelajaran dan baik dalam latihan paling dianjurkan berumah di sekitar bhavan dan pekerjaannya hanya terus menerima pelajaran dari guru yang lebih tinggi dan memberi pelajaran bagi murid yang lebih di bawan pelajarannya. Yarman dan Sarvin adalah dua murid yang baik dalam pelajaran dan latihan. Mereka tinggal dan berkeluarga di bhavan.
Murid-murid yang tangkas dan punya kekuatan fisik memadai tetapi tidak mudah dalam menerima pelajaran semakin diasan dia punya fisik dan terus dilati dalam menggunakan aneka senjata diorganisir dan dijadikan pasukan. Dalam setiap bhavan berlaku demikian. Murid-murid bhavan yang demikian dijadikan pasukan kawasan dan yang lebih baik dan terpilih dijadikan pasukan negeri.
Baba sendiri adalah lain. Di waktu muda, sekalipun dia adalah murid yang mudah dalam menerima pelajaran dan sangat disiplin, dia bertekad menjadi prajurit. Perpaduan pelajaran yang baik dan disiplin tinggi telah mengantarkan Baba ke maqam fana. Dia adalah manusia yang paling disegani di seantero negeri, bahkan di seluruh daratan tempat Baba hidup dan menghidupkan. Di negerinya, Baba ping disegani. Bahkan Raja Jeumpa saja enggan melawan. Tetapi Baba sedang menunggu seseorang yang lebih dari dirinya sekalipun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar