Link Download

Rabu, 21 November 2012

Hamzah


Para pelajar dan pengajar bidang Sastra di Nusantara mengenal Hamzah Fansuri sebagai penyair. Puisi Hamzah adalah puisi pertama dalam bahasa Melayu yang bersifat empat baris dan berrima aaaa1. Karakter puisi seperti ini adalah kobinasi rubaiyat Persia dengan pantun Melayu.  Kekayaan estetika puisi Hamzah mempengaruhi penyair sesudahnya hingga masa kini. Karakter puisi Ali Hasjmy dan Amir Hamzah2 jelas menunjukkan pengaruh tersebut.
Di mata kalangan ahli Bahasa, Hamzah diakui memberi banyak sentuhan terhadap bahasa Melayu. Dia menyerap banyak kata dari bahasa Arab dan Persia ke dalam bahasa Melayu. Serapan ini bukan semata untuk memperkaya nuansa estetika dalam karyanya, tetapi juga karena banyak kata yang dimiliki bahasa Melayu tidak mapan untuk mewakilkan maksud yang ingin disampaikan. Berkat sentuhan Hamzah, bahasa Melayu telah berubah5 dari sekedar bahasa puitik menjadi bahasa ilmiah. Ini menjadi salah satu alasan bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi negara seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.  
Di kalangan tradisionalis Muslim, tokoh kita ini dikenal sebagai seorang sufi. Sufi adalah ajaran yang diakui berasal dari Rasulullah Saw3.Sufi adalah mereka yang menempuh jalan untuk mendekatkan diri Allah4. Aliran sufi ajaran Hamzah dianggap sesat karena sulitnya masyarakat memahami ajaran metafisikanya sehingga ajaran-ajarannya diamalkan secara sulitnya keliru5. Tuduhan sesat secara tegas dilontarkan oleh Nuruddin Ar-Raniri dengan banyak argumen6.
                    Sekalipun dilihat sebagai ajaran seorang sufi, namun karya-karya Hamzah disadari bahwa seluruh konten pemikirannya mengandung nuansa filsafat yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan dua karya Syed Muhammad Naquib Al-Attas yakni Commentary of Hujjatul Shiddiq li Daf'il Zindiq on Nuruddin Ar-Raniri dan The Mysticism of Hamzah Fansuri yang mengkaji persoalan ontologi dengan mendalam. Melalui dua karya ini kita dapat menemukan bukti bahwa konsep ontologi Hamzah sangat sensitif. Sensitivitas ontologi tidak hanya terjadi pada pemikiran Hamzah tetapi juga pada banyak sufi-filosof lainnya seperti Syihabuddin Suhrawardi, Muhyiddin Ibn Arabi dan Mulla Shadra.
Keseluruhan pemikiran Hamzah dapat digolongkan ke dalam tiga tema yakni ketuhanan, kemanusiaan dan kosmologi. Ketiga tema ini memang menjadi tritunggal pemikiran semua filosof. Sekalipun pada tokoh kita ini tidak ditemukan karya-karyanya yang membahas logika dan epistemologi secara eksplisit seperti pada karya-karya Ibn Sina dan Suhrawardi, namun dalam keseluruhan karya Hamzah yang berbentuk puisi dan prosa, mengandung informasi tentang ontologi yang sangat mendalam. Lagi pula, para sebagian sarjana filsafat Islam menolak logika dan epistemologi adalah bagian dari filsafat Islam. Menurut mereka, konsenterasi filsafat Islam adalah ontologi. Logika dan Epistemilogi hanya dianggap sebagai pintu masuk dan analogi penjelas bagi ontologi. Karena itu, Hamzah lebih suka menjelaskan Realitas Wujud melalui puisi karena “Puisi memiliki banyak keunggulan sebagai media ekspresi pengalaman rohani karena kepersonalan, keunikan dan keuniversalannya dapat terpelihara dengan baik”7.
Gerak jiwa manusia bila dapat disadari dan dipahami dengan baik dapat dijadikan pedoman dan inspirasi untuk penerapan sistem pendidikan. Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang melihat manusia makhluk yang terus bergerak8 menuju kesempurnaan13. Hamzah sendiri mentamsilkan manusia seperti anak dagang, yakni mereka yang menuntut ilmu sebagai proses penyucian diri. Hamzah juga mengibaratkan manusia seperti perahu yang bergerak menuju sebuah pantai. Pada karya lainnya dia mengumpamakan manusia seperti seekor burung yang dari tempat rendah menuju tempat paling tinggi.
Tamsilan-tamsilan Hamzah cukup penting dan menarik untuk dikaji. Kita juga akan berusaha menemukan konsep gerak jiwa manusia sebagai kontribusi bagi sistem pendidikan. Di zaman ini, kita melihat para penyelenggara pendidikan terlalu sibuk mencari pedoman penyelenggaraan pendidikan dari Barat yang telah terbukti gagal memberi makna terhadap hakikat manusia. Dengan karya ini, diharapkan kita dapat menemukan sebuah pedoman penyelenggaraan pendidikan yang utuh dan matang.  

Note:
1.        Abdul Hadi W.M., Tasawuf Yang Tertindas: Kajian Hermeunetik Terhadap Karya-karya Hamah Fansuri, (Jakarta: Paramadina, 2001, h. 206)
2.        Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (Bandung: Mizan 1990, h.69)
3.        Martin Lings, Ada Apa dengan Sufi, (Yogyakrta: Pustaka Sufi, 2004 h.134)
4.        Mawlana Abd ar-Rahman Jami, Pancaran Ilahi Kaum Sufi, (Yogyakrta: Pustaka Sufi, 2003, h.xxv)
5.        Syed Muhammad Naquib Al-Attas,  A Commentary on the Hujjat Al-Siddiq of Nur Al-Din Al-Raniri, (Kuala Lumpur; Ministry of Culture, 1986: 232)
6.        Syed Muhammad Naquib Al-Attas, The Mysticism of Hamzah Fansuri, (Kuala Lumpur: University of Malaya Press: 1970: 31)

7.        Abdul Hadi W.M., Rumi: Sufi dan Penyair, (Bandung: Pustaka, 1985: h. viii) 
8.        Syed Muhammad Naquib Al-8ttas, Prolegomen to the Metaphysics of Islam (Kuala  Lumpur: ISTAC,2001, h.143)
9.        Wan Mohammad Nor Wan Daud, Konsep Pengetahuan dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1997, h.18) 
10.      Ibn Sina melihat jiwa sebagai entitas yang menjadi modal pergerakan manusia menuju kesempurnaan. Lihat: Dr. Muhammad 'Utsman Najatii, Jiwa dalaPandangan Para Filosof Muslim, (Bandung: Pustaka Hidayah: 2002 h.144)
11.      Sa'id Hawwa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: 2005, h. 418)
12.      Jiwa takkan mati bila jasad hancur . Lihat: Fazlur Rahman, Avicenna's Psychology, Oxford: Oxford University Press, 1952, h.58)
13.      Murtadha Mutahhari,  Manusia Seutuhnya, (Jakarta: Shadra Press, 2012,  h.8)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar