
Konsep penjajahan
yang dimainkan di Inggris zaman pencerahan adalah seorang tuan mempekerjakan
orang untuk tanahnya dan pekerja menyerahkan hasil garapan tahan itu pada tuan.
Tuan memberi upah pada batas pekerja dapat melangsungkan hidupnya. Inilah yang
tidak diinginkan Marx. Tapi ini terus terjadi sampai hari ini. Buruh selalu
digaji sebatas bertahan hidup. Perusahaan mengaku tidak memperbudak malah menyelamatkan
buruh. Korporasi tidak berfungsi sebagai negara yang punya kewajiban
mensejahterakan rakyatnya. Korporasi tidak memaksakan buruh bekerja. Mereka
bekerja bila setuju dan boleh berhenti bila tidak sepakat dengan perusahaan.
Manusia yang tidak punya modal yang terpaksa jadi buruh dengan gaji untuk makan
saja tidak punya pilihan dan itu bukan urusan perusahaan.
Marx adalah
mahasiswa cerdas. Dia belajar filsafat dengan tekun, kepekaan sosialnya
luarbiasa. Desertasinya adalah tentang perbandingan filsafat alam filosof
klasik Yunani antara Demokritus dan Epicurus. Sekali lagi, ia punya kepekaan
sosial yang tinggi. Dia melihat semua gerak manusia adalah untuk memenuhi
hasrat materi, khususnya untuk individu. Dia mengatakan politik dan hukum
adalah perangkat yang dipakai untuk meneguhkan ekonomi pribadi itu. Dan hingga
kini terbukti politikus dan pengatur hukum digunakan untuk mengatur kemapanan
dan kenyamanan gerak korporat. Perangkat itu membutuhkan superstruktur seperti
seni, agama, moralitas, puisi dan filsafat yang sebenarnya sebagai instrumen
peneguhan kapital. Superstruktur itu
membentuk kultur, kultur diteguhkan melalui hukum dan politik, orientasi
utamanya adalah kapitas segelintir orang kaya. Gerak kultur, politik itu terus
berdinamika untuk meneguhkan posisi korporat. Inilah yang dikhawatirkan Marx.
Kritikus Marx mengatakan itu adalah hukum alam yang tidak bisa dihindar.
Marx telah
membayangkan kapitalisme akan runtuh sebeb kepemilikan segelintir orang akan
menyerap segenap milik orang banyak. Peringatan Marx ini justeru digunakan
pihak kapitalis dengan menjual modal (saham) bagi orang banyak sehingga
perputaran ekonomi terus berlanjut. Kalau orang banyak itu kering kerontang
pastilah produksi takkan terbeli dan perusahaan akan ambuk juga. Sistem
penjualan saham sebenarnya hanya stretegi untuk terus dapat membuat produksi
berjalan.
Marx mengecam
pihak agama yang tidak ikut terjun ke pasar. Dia khawatir mereka akan tergerus
karena terus menerus termakan doktrin agama yang menganggap pasar atau
aktivitas perdagangan banyak maksiatnya. Demikian juga bangsawan yang terus
berdiam. Mereka harus terpaksa menjual tanah mereka sedikit demi sedikit untuk
korporasi yang terus bergerak. Bukti ini kita lihat karena para bangsawan itu
punya banyak aset tapi tidak dapat menggerakkannya sekencang produksi pasar.
Ketika Nabi Besar
Saw. mengatakan akhir zaman tuan akan bekerja pada budak ini telah terjadi.
Lihatlah pemodal memiliki banyak infrastuktur untuk disewakan kepada orang
banyak, misalnya traktor, jasa pembangunan, jalan tol dan sebagainya.
Dalam masyarakat
kapitalis, Marx menyayangkan manusia diposisikan seperi mesin. Manusia bukanlah
untuk bekerja di bawah tekanan. Manusia itu berkreativitas, itulah fitrahnya.
Karena itu kita harus melihat Marx dengan mata yang jernih dan objektif.
Kekeliruan utama para pengikut Marx adalah terlalu panik dengan warning
masyarakat kapitalis yang digambarkan Marx.
Marx lahir di
Prussia pada 1818 dan meninggal di London 64 tahun kemudian. Marx adalah putra seorang
Yahudi yang awalnya berprofesi sebagai rabi kemudian menjadi pengacara. Dengan
penguasaannya atas filsafat sebelumnya, utamanya filsafat sejarah Hegel, dia
sangat jeli dan dengan tepat memprediksi masa depan. Bahkan konsep kapitalisme
yang ia warning saban hari semakin benar adanya meski dalam bungkus baru
seperti pasar saham dan e-market yang baru kita kenal belakangan ini. Bahkan
pasar masa depan bukanlah dengan pembangunan mal-mal melainkan transaksi
elektronik.
Tampaknya Marx
memang harus mengikuti hukum menjadi seorang pemikir yang sangat peka terhadap
kondisi masyarakat, ''kutukan'' seorang filsuf. Dia harus segera meninggalkan
Jerman menuju Prancis karena pemikirannya. Marx pernah ditawarkan menjadi
professor tapi dia menolaknya karena ancaman padanya atas pemikirannya. Di
Prancis dia disokong Engles. Engles lebih dari itu juga sebagai orakel bagi
pemikiran Marx sekalipun dia banyak salah memahami pemikiran sahabatnya itu.
Akhirnya
pemerintah Prancis mengusir Marx karena Prussia sudah dibuat terlalu resah
olehnya. Di London dia hidup tak karuan. Dia bahkan harus menjadi gelandangan.
Duka semakin parah dengan meninggalnya semua anak dan isterinya. Demikian kisah
seorang pejuang kemanusiaan. Kalau superhero harus menghadapi musuh yang semakin
kuat seiring bertambahnya kekuatannya, maka seorang pemikir pasti berhadapan
dengan realitas yang semakin kejam seiring besarnya pemikirannya. Demikianlah
sunnah seorang pahlawan di dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar