Link Download

Jumat, 03 April 2015

Jalan Raja

Seorang abid di suatu negeri telah berusia dua ratus tahun namun dia belum memiliki anak. Suatu hari si abid melihat seekor sapi yang sudah sangat tua, namun dapat beranak. Dia mengeluh Kepada Allah. 
''Ya Allah, bila sapi yang sudah sangat tua saja dapat memiliki anak, maka perkenankanlah hambamu yang tidak pernah lupa mengingatmu ini pula dapat mempunya keturunan.''
Lalu sapi itu tiba-tiba berbicara kepadanya.
''Jangan khawatir. Dirimu juga akan memperoleh keturunan. Kelak kamu akan dikaruniai seorang anak-laki-laki yang sangat tangguh. Rupanya juga akan sangat tampan. Anakmu nanti akan memperoleh banyak kelebihan.''
Ternyata sapi itu adalah malaikat yang menjelmakan diri.
Lalu si abid dikaruniai seorang anak sesuai dengan yang dijanjikan malaikat. Bila umumnya anak bayi berkulit putih atau coklat saat lahir. Anak si abid kulitnya merah menyala.
Bayi itu tumbuh sehat dan perkasa. Badannya kekar. Otaknya cerdas. Tetapi dia sangat nakal. Dia selalu menyanggah orangtuanya. Setelah tumbuh remaja, anak itu berofosesi sebagai penyamun. Dia menjadi kepala perampo dengan menjarah kafilah-kafilah dagang.
Pada suatu hari ketika dia merampok sebuah kafilah, dia menyerukan kepada mereka.
''Serahkan seluruh harta bawaan kalian atau nyawa kalian'' bentaknya kepada kafilah.
Salah seorang yang alim dari kafilah itu menjawab.
''Bagaimana kami hendak menyerahkannya. Barang-barang ini semua milik Allah. Nyawa kami pula milik Allah.''
Mendengar tanggapan demikian si kepala perampok terkejut. Tanpa dia sadari senjata yang dia genggam kuat jatuh. Dia merasakan suatu perasaan yang tidak bisa dipahaminya.
''Kalau begitu aku ingin ikut denganmu.'' kata si kepala penyamun.
''Saya tidak mampu mengupah Anda'' si alim.
''Aku tidak minta bayaran. Aku hanya ingin mengikutimu kemana kau pergi. Aku akan bersedia bekerja apapun untukmu dengan cuma-cuma.''
Karena terus dimohon, si alim menuruti inginan pemuda itu. Dia ikut si alim. Dia bekerja apapun yang diminta dan tanpa di minta untuk si alim. Pemuda itu memang sangat kuat. Dia mampu mengangkat sendiri dengan enteng barang yang berat diangkat oleh beberapa pria lain.
Demikian dia terus bekerja untuk si alim dalam waktu yang lama hingga suatu hari si alim berkata padanya.
''Kamu sudah semakin dewasa. Saya tidak sanggup lagi memberimu makan. Kamu juga membutuhkan kekebasan. Karena itu kubiarkan engkau pergi''
Maka ikutlah pemuda itu dengan sebuah kafilah dan bekerja untuk mereka. Kali ini tempat si pemuda bekerja tidak terlalu jauh dari kerajaan.
Semangat kerja dan otot yang kuat serta kelebihan lain yang dimiliki membuat orang dalam istana tertarik dan menariknya menjadi pengawal istana. Secara perlahan karir militernya terus naik sampai dia menjadi panglima perang yang dekat dengan raja dan pejabat-pejabat tinggi lainnya di kerajaan.
Pemuda yang telah menjadi panglima perang kerajaan ini sangat dekat dengan raja. Raja sering membicarakan persoalan penting baik tentang urusan pribadi maupun kerajaan kepadanya.
Pada suatu malam, raja bermimpi di istananya tumbuh sebuah pohon yang sangat lebat daunnya. Rindangnya pohon membuat semua orang pergi berteduh ke bawahnya. Namun karena pohon ini raja dibunuh oleh seseorang. Lalu pembunuhnya mengambil alih posisinya.
Setelah terbangun, raja bercerita kepada panglima perang.
''Jangan sampaikan mimpimu ini kepada sesiapapun, wahai Tuan Raja'' pinta panglima. Raja menurutinya. Rajapun yakin mimpi ini tidak boleh disebarkan.
Sambil itu panglima menyusun siasat yang rapi untuk membunuh raja guna mengambil alih kekuasaannnya.
Pada suatu hari dibunuhlah sang raja oleh panglima. Lalu panglima memakai pakaian raja. Setelah dia lakukan itu, perdana menteri masuk dan melihat raja telah berganti. Perdana menteri terkejut. Raja baru itu mengancam perdana menteri.
''Kau memilih tunduk kepadaku atau nyawamu melayang?''
Perdanan menteri memilih opsi pertama.
''Kalau begitu umumkan kepada semua rakyat bahwa raja telah berganti. Sesiapa yang membangkang, bunuhlah.''
Setelah semua orang dalam kerajaan dan rakyat mengakui raja baru. Maka sang raja menjalankan tugasnya sebagai raja yang bijak dan penyayang.
Waktu itu, di negerinya para penyihir banyak dan posisi mereka seperti guru besar. Disegani dan dihormati. Salah seorang penyihir besar adalah sang perdanan mentri.
Suatu hari raja meminta perdanan menteri untuk mengangkat air sungai ke daratan. Ternyata dia tidak mampu.
''Apa pula kudengar ilmu sihirmu sangat hebat. Itu saja tidak mampu'' raja menyindir kemampuan ilmu sihir perdana menteri.
Tiada yang tahu. Rupanya raja sanga dekat denga Allah. Dia menuruti apapun keinginan raja. Tetapi raja diberi syarat supaya mengikuti seorang lelaki yang akan muncul di lingkungan kerajaannya kelak ketia dia menyeru.
Kali ini permintaan raja mengangkat air sungai ke daratan dipenuhi. Sang perdana menteri takjub. Namun dia tetap sakit hati atas sindiran raja.
Sang perdana menteri sangat licik. Dia selalu memuji raja dengan sangat berlebihan. Dia memprovokasi raja supaya mndeklarasikan dirinya sebagai Tuhan. Raja terpengaruh dan mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan.
''Bukankah Tuan Raja mampu melakukan apapun yang Tuan inginkan'' demikian bisikan perdana menteri.
Raja terpengaruh dan melantik dirinya menjadi Tuhan. Apapun yang dibutuhkan dirinya, orang dalam istana dan rakyat dapat dia kabulkan. Tiada yang tahu, ternyata semua itu dipintanya kepada Allah. Raja mengaku akan mengikuti lelaki yang nantinya datang menyerunya.
Namun raja tidak mampu memenuhi persyaratan dari Allah. Ternyata lelaki yang menyerunya adalah anak yang dia besarkan sendiri. Padahal dia telah memerintahkan pengawalnya untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir supaya dia tidak perku mengikuti persyaratan Allah.
Ketika merasa posisinya terancam, terlebih ketika banyak pengikut setianya memilih tidak lagi tunduk kepadanya, akhirnya raja beserta pengawalnya yang masih setia memburu pengingkarnya dan lelaki yang menyerunya itu.
Lelaki yang diburu terjebak di depan pantai mampu membelah lautan dengan tongkatnya. Lalu mereka lari ketengah lautan yang terbelah. Raja beserta pengawalnya mengejar. Namun ketika lelaki itu beserta pengikutnya telah tiba di seberang, saat raja beserta pengawalnya masih diantara lautan yang terbelah, tiba-tiba lautan itu tetutup kembali. Lalu raja beserta pengawalnya tenggelam.
Raja tidak sadar bahwa memasuki lautan yang dibelah oleh lelaki itu berarti masuk kedalah sistem yang dibuat oleh lelaki itu. Dalam dunia ilmu pengetahuan, ketika seseorang ingin menyanggah sebuah sistem yang dibangun orang lain, maka tidak boleh masuk kedalam sistem yang dibangun orang yang akan disanggah. Kekeliruan seperti yang dibuat raja banyak diikuti oleh teolog Islam. Mereka mencoba menyanggahsistem filsafat dengan masuk ke dalam sistem yang dibangun filsafat. Yang terjadi adalah para teolog terjebak di dalah sistem itu.
Ketika ingin keluar dari sistem logika filsafat, teolog kesulitan menyusun kesimpulan yang mereka inginkan. Akhirnya Teolof yang terjebak berseru bahwa kesimpulannya benar. Kesimpulannya memang benar, tetapi dengan mengikuti sistem filsafat, teolog tidak menemukan kesesuaian kesimpulannya dengan sistem yang diikuti. Keinsyafan raja memang benar, tetapi kekeliruannya adalah mengikuti jalan yang dibuat lelaki itu.
Akibatnya teolog dihukum oleh orang yang melihat segalanya secara objektif setelah mereka.
Ajaran teolog maupun jasad raja tetap kekal, sebagai pelajaran bagi orang setelah mereka.
Sang raja telah melalukan proses amal dengan sangat baik. Dia berproses menjadi raja dengan pengabdian dan kerja keras tanpa mengharap hasil. Teolog juga telah sangat Sistematis beribadah dan mengkaji pengetahuan
Sang raja juga tidak mengharapkan sesuatu dari sihir tetapi dia meninta hanya kepada Allah. Namun ketia dia mengikuti sesuatu yang diretas orang yang dianggapnya harus disanggah, ia terjebak.
Teolog benar ketika menyimpulkan logika formal tidak mapan membuktika eksistensi Tuhan. Tetapi ketika mereka memilih masuk kedalam sistem logika, mereka terjebak.
Umumnya teologi yang disusun berdasarkan logika sangat bagus pada jalan-jalan awal. Tetapi ketika ingin mengarah kepada kesimpulan, mereka tejebak. Karena itu para teolog selalu menyanggah sistem logika melalui melalui logika lalu melakukan lompatan ketika menyimpulkan.
Bagi orang-orang umum yang memang tidak familiar dengan sistem logika, mereka menerima saja jalan dan kesimpulan teolog. Toh, mereka hanya peduli dengan kesimpulannya. Tetapi mereka yang familiar dengan logika mungkin akan menertawakan jalan para teolog.
Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar