Aku tidak mudah jatuh cinta
Tapi saat getar-getar cinta itu mulai terasa
Aku seperti jejaka yang setiap harinya bangun jam lima senja, di mata dara-dara
Hina-dina
Dibenci
Diasingkan
Tak dihargai
Terbuang
Merana seperti bayi elang yang ditinggal mati induknya di sarang yang teletak tinggi di bukit terjal jauh di angkasa
Menunggu sesuatu yang tidak akan kembali
Mengarapkan hidup berlanjut dan terbang tinggi menyongsong langit yang tinggi
Menembus awan dan menjadikan bukit tertinggi hanya sebagai persinggahan
Tapi dia tidak menyadari setan maut akan segera bertepi kepuncak bukit terjal itu dan segera membawa bayi elang malang itu pergi
Duh, bayi elang yang malang
Maka cintaku adalah harapan yang membumbung tinggi
Cintaku adalah seluruh jiwaku
Terletak diantara daging dan darah jauh di dalam sumsum tulang
Cintaku punya imajinasi yang tinggi
Setiap senja tiba cintaku duduk munum kopi di atas permadani awan tebal sembari menyaksikan indahya matahari senja
Matahari senja adalah gagah perkasa
Tapi dia tidak bisa berlama-lama
Sinar perkasa itu harus tundunk pada kekuatan raksasa sang waktu
Aku merenungkan pengorbanan sang matahari
Gagah perkasa namun tunduk pada sang waktu cinta
Aku membayangkan pengorbanan matahari demi cintanya pada sang waktu
Harus mengurungkan sinarnya
Meredamkan cahaya
Berkorban demi bersemainya cinta-cinta yang lain di bawah awan
Pengorbanan matahari harus direnungkan semua pemain cinta pada malam hari
Aku memandangi sepasang srigala di hutan belantara yang mengurungkan taring dan cakarnya demi bermain cinta
Di sebuah lorong di satu sudut kota: sepi, angin mendesir
Kutemukan seorang pria yang siangnya menjadi tukang tambal ban sepeda dan seorang perempuan yang kala matahari tersenyum berperan sebagai guru mengaji
Mereka berdua sedang larut dalam cinta
Cinta yang sepi dan tersembunyi namun akan melahirkan seorang ksatria Hanoman
Duhai segala jiwa yang bercinta setiap malam-malamnya,
menyembahlah kamu sekalian pada matahari setiap tibanya di pagi
hari
Kalau bukan karena pengorbanan cinta sang matahari,
kalau bukan karena sang raja cahaya mengurungkan sinarnya,
aku menduga kalian takkan mengenal yang namanya cinta
Berterimakasihlah kalian semua pada sang surya
Dialah pecinta sejati
Pecinta sejati adalah yang mengorbankan cinta dan rela menghancurleburkan jiwanya demi bersemainya cinta-cinta di muka bumi
Aku yang tinggi
Aku yang sepi
Telah melihat bagaimana pengkhianatan kalian yang banyak pada cinta-cinta kalian
Kalian menyakiti hati sang dewa matahari
Dia bahkan telah mengutus bulan agar kalian tetap dapat menari
Disini dengan gerak yang syahdu sekali,
aku berdiri dan merunduk sedikit pada sang matahari
Sebelah tanganku di dada dan satunya lagi terlentang kesamping Sebagai hormatku pada sang pecinta sejati
Aku dan matahari punya sejarah yang tidak jauh beda
Mentra 58, 2 Des. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar