Seulayang lon manyang
Taloo pih panyang
Geuneurap ngon awan
Tapi angan-angan
(Liza Aulia)
Aku mencintai suamiku.
Dia adalah segalanya bagiku.
Kulakukan apapun untuknya.
Kuberikan segalanya baginya.
Karena dalamnya cintaku padanya maka kukenal di, bukan hanya nama dan wajahnya, bahkan dari raut wajanya kutahu ada suatu gejolak di hatinya.
Pada suatu sore di suatu padang ilalang yang terbentang pada wajahnya ku terbayang.
Seketika aku sadar dialah manusia yang dinantikan segenap bangsa. Ternyata dia adalah utusan Tuhan untuk merubah nasib manusia.
Aku mencintainya, berpisah darinya adalah neraka bagiku.
Duhai suamiku, kalau segunung emas ditawarkan padaku lalu ditukar dengan lenyapnya suamiku dari sisiku maka satu juta gunung emaspun takkan membuatkan aku bergeming.
Pernah kukatakan padanya kalau diumpama planet bumi beserta segala isi dan dirimu hai aku punya suami disuruh Tuhan untuk memilih maka aku memilih kamu tanpa sedikitpun ragu.
Oh suamiku, teringat aku dengan pertanyaanmu padaku
"Istriku, setelah engkau diberi aku lalu bumi lenyap darimu, dimana kita hendak tinggal."
Lantas entah darimana aku mendapat jawaban.
"Aku mengadu pada Tuhan untuk diberi surga sebab istri yang paling mencintai suaminya tidak mungkin dimukimkan di neraka".
Lantas kita tertawa bersama.
Suamiku, aku takkan bisa melipakan saat-saat menyenangkan itu.
Saat itu ombang sedang mengamuk pada sore hari di pantai Ujong Blang Lhoksumawe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar