Link Download

Kamis, 08 Oktober 2015

Zarathustra dan Zoroaster


Nabi Persia Zarathustra lahir pada abad keenam sebelum masehi. Pria dari keturunan suku Media ini merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di negerinya seperti paganisme, animisme, politeisme. Filosof Persia ini memiliki kelebihan dapat membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Pada usia tigapuluh dia mengaku memperoleh penyingkapan spiritual dan melihat cahaya Ahura Mazda. Sejak itu dia mendakwahkan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya. Dalam dakwahnya ia ditentang banyak orang. Selanjutnya dia pindah ke Chorasma dan mendapat dikungan di dana sehingga ajarannya dapat berkembang. Ketika Islam datang, ajarAn Zoroaster mengalami kemunduran dan para pengukutnya pindah ke India.
Ahura Mazda adalah Tuhan yang Satu yang harus disembah yang dari-Nya segala sesuatu berasal. Dalam kehidupan terdapat dua kekuatan yakni Angra Mainyu sebagai kejahatan dan Spenta Mainyu sebagai kebaikan. Manusia harus cenderung kepada kebaikan sebab Ahura Mazda akan membantunya dan melenyapkan kejahatan. Meski hanya mengakui satu Dewa yakni Ahura Mazda sebagai Dewa Tertinggi, ajarran Zoroaster juga mengakui beberapa dewa lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu seperti, Asha Vahista, penguasa api yang mengatur ketertiban; Voha Manah dewa sapi sebagai nurani yang baik; Keshatra Vairya adalah penguasa segala logam; Spenta Armaity sebagai penguasa bumi dan tanah; Haurvatat dan Amertat yakni penguasa air dan tumbuhan.
Dalam ajaran Zoroaster, bimi diakui berusia duabelasribu tahun, dibagi empat periode masing-masing tiga ribu tahun. Periode pertama penciptaan alam oleh Ahura Mazda dan Ahriman berusaha menghancurkannya. Periode kedua pertarungan Angra Mainyu dengan Ahura Mazda sehingga terjadilah gelap dan teran dan siang dan malam. Periode ketiga kelahiran Zarathustra dan pengajarran Ahura Mazda kepada manusia. Munculnya tiga keturunan Zarathustra setiap seribu tahun disebut Saoshayant yang melawan Ahriman sehingga terwujudnya kedamaian.
Dalam ajaran ini, tiga hari setelah kematian jiwa manusia masih bersama badan dan baru hari keempat dia mengalami perhitungan atas perbuatannya selama di dunia. Jiwa harus melewati jembatan Cinyat untuk sampai ke surga. Bila amalnya baik, maka lebarlah jembatan itu, sebaliknya bila amalnya buruk maka sempitlah jembatannya. Bila terjatuh dari jembatan, masuklah dia ke neraka. Bila berhasil melewati, maka dia memperoleh kedamaian surga selama-lamanya.
Jenazah dalam ajaran Zoroastrian dilarang untuk dibakar maupun dikuburkan karena dianggap dapat menodai udara, tanah ataupun air. Prosesi jenazah dilakukan dengan membiarkan jenazah tiga hari di rumah. Lalu hari keempat dibawa ke Dakhma atau menara ketenangan untuk diletakkan diatasnya dan dibiarkan dimakan burung. Kemudia tulang benulang dimasukkan ke dalam sumur. Di Dakhma terdapat tempat terpisah antara jenazah laki-laki, perempuan dan anak-anak. Anak berusia tujuh tahun diwajibkan melaksanakan Naojote, yakni nao yang berarti baru dan jote persembahan doa. Dalam ritual ini dia diberikan Kusti yakni pakaian suci untuk dikenakan seumur hidupnya. Naojote adalah tanda bahwa seseorang telah wajib melaksanakan ajarran Zoroaster.
Penganut ajaran ini beribadah di dalam kuil yang terus-menerus dinyalakan api. Adapun apai adalah lambang kesucian dan kehadiran Tuhan. Tetapi upacara keagamaan dapat dialakukan dimanapun. Biasanya dilakukan pada hari-hari besar seperti pengenangan atas orang-orang yang telah meninggal maupun perayaan ulang tahun Zarathustra.
Kitab Suci Zoroaster adalah Avesta. Kitab ini dibagi empat, yakni: Yasna, yang merupakan kulpulan doa yang meliputi Ghata yakni pujian Zarathustra saat berjumpa Tuhan; Viaparat yakni pujian penuh hormat kepada Tuhan; Videvdat atau Vendidad, yakni kumpulan tulisan tentang pemurnian, dan; Khode Avesta yakni kumpulan doa sehari hari yang meliputi Yashts yang merupakan puji-pujian kepahlawanan.
Terdapat tiga mazhab dalam Zoroaster, yang berbeda perayaan tahun baru: Shenshahi, pada musim gugur antara Agustus-September; Qadimi pada musim panas antara Juli-Agustus, dan Fasli pada musim semi, setiap 21 Maret.
Zoroastrianisme bukanlah ajaran yang memiliki misi dakwah ekstrim. Tetapi mereka membuka pekuang bagi siapa saja yang ingin mempelajari atau menganut ajaran ini. Belakangan penganut Zoriasntian bermigrasi ke negeri-negeri yang jauh hingga kota-kota besar di Amerika Serikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar