Link Download

Kamis, 08 Oktober 2015

Kosmosentris Yunani



 Pelajaran penting yang diambil dari pemikikan Thales bukanlah mengenai akurasi air sebagai sumber segala sesuatu, sekalipun secara realitas dalam pandangan tertentu itu Dapat dibenarkan. Yang penting adalah, Thales telah meretas jalan baru dalam upaya perolehan pengetahuan dengan menentang mitologi. Dia mengajarkan bahwa substansi itu harus ril. Thales mengambil inspirasi air sebagai substansi alam kemungkinan karena pengalamannya yang tidak pernah jauh dari air. Dia adalah saudagar yang membawa barang dagangan dari Yunani ke Mesir, demikian sebaliknya. Sehingga banyak hidupnya dihabiskan di tengah laut. Saat menunggu angin baik untuk melaut, Thales tingga di sungai dekat sungai npNil. Dia melihat air sungai itu menghidupi seluruh makhluk hidup di negeri Mesir.
 Thales menguasai ilmu navigasi dengan baik sehingga dia dapat menjadi pelayar yang ulung. Dia juga belajar matematika dan geometri dengan baik sehingga mampu membuat pengukuran waktu terjadinya banjir Nil dan gerhana.
 Para peneliti mengatakan Thales seorang animistis karena mempercayai eksistensi jiwa oleh setiap entitas. Padahal para filosof setelahnya hingga kini banyak juga yang mengakui eksistensi jiwa oleh setiap entitas, tetapi tidak disebut sebagai animistis. Bahkan Aristoteles sendiri memasukkan jiwa sebagai bagian dari substansi atas entitas tertentu. Mungkin alasannya karena para filosof setelah Aristoteles memiliki kodifikasi yang baik atas filsafatnya sehingga argumen eksistensi jiwa atas entitas dapat dijelaskan dengan baik. Berbeda dengan Thales yang ajarannya secarra lisan. Lalu diajarkan turun-temurun secara lisan hingga dihumpun oleh Aristoteles dalam bentuk tulisan.
   Sebagai seorang guru, Thales sangat berhasil ketika muridnya bernama Anaximandros yang lahir pada 610 SM dan meninggal pada 547 SM berhasil merumuskan sistem filsafat yang sangat cemerlang. Gagasan Thales bahwa semesta terbentuk dari substansi tunggul tidak hanya diikuti oleh Anaxamandros tetapi juga oleh para filosof Yunani zaman kosmosentris lainnya.
 Tetapi murid Thales yang lebih muda limabelas tahun darinya ini memiliki pandangan lain tentang substansi tunggal. Anaxamandros mengkritik gurunya dengan mengatakan bahwa penyebab utama setiap entitas alam mustahil adalah bagian dari alam. Alasannya karena setiap entitas di alam itu terbatas. Cair-beku, panas-dingin, gelap-terang, dan sebagainya. Mana mungkin yang sama-sama terbatas menjadi penyebab utama. Karena itu dia menawarkan Apeiron sebagai penyebab segala entitas di alam. Apeiron menurutnya adalah eksistensi yang tidak berasal dari bagian manapun dari entitas alam. Apeiron melampaui apapun dan tidak terbatas. Dia juga tidak berawal dan tidak berakhir.
 Menurut folosof yang meninggal dua tahun lebih cepat dari Thales ini, semesta awalnya terjadi dari uap yang beputas. Lalu perlahan menjadi bumi. Manusia awalnya dari ikan. Karena manusia pertama takkan bisa besar tanpa perawatan kecuali dia seperti ikan.
 Teori-teori ini tidak perlu dipertimbangkan akurasinya dalam kacamata sains mutakhir. Dia hanya perlu diapresiasi atas pandangan yang sangat cemerlang dan sistematis tentang alam. Model argumentasi yang realistis dan sistematis seperti ini menjadi inspirasi bagi filosof setelahnya, termasuk Muridnya Anaximenes (585-524 SM).
 Anaximenes sepakat dengan gurunya bahwa asal muasal segala entitas itu tidak terbatas. Tetapi dia tidak sepakat sala muasal itu bukan bagian dari entitas alam. Karena itu pilihannya jatuh pada udara. Diinspirasikan gurnya, ia menyusun argumen yang sangat sistematis tentang pandangannya ini. Udara terdapat di mana-mana, selalu bergerak dan menjadi unsur terpenting untuk hidup. Udara juga menurutnya adalah asal kejadian segala entitas. (Atang Abdul Hakim & Beni Ahmad Saebeni, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 155) Dengan fondasi ini, Anaximenes dapat menyusun teori-teori kejadian alam secara sistematis.
    

Untuk Pythagoras

 Sekalipun berasal dari Italia, tetapi karena monisme yunani telah berhasil menyebarkan ajaran monisme hingga bersentuhan dengan tempat Pythagoras (antara 580-570 SM)berdomisili. Karena alasan alur periode dan persinggungannya, maka Pythagoras dibahas bersama kaum monis Yunani.
 Dia mengatakan segala entitas konkrit di alam adalah manifestasi dari angka yang abstrak. Idealismenya tampaknya dipengaruhi oleh Anaximandros sementara realismenya oleh Anaximenes. Tetapi melampaui itu, ajaran Pythagoras sangat spiritualis. 

******

 Meskipun dikenal luas dan pengaruhnya sangat mendalam bagi masyarakat Italia dan Yunani setelahnya, tetapi tidak bagi Herakleitos (540-480 SM). Dia sangat kritis. Ia dianggap menolak semua tradisi filsafat sebelumnya. Tetapi tidak sepenuhnya demikian. Dia tetap menerima asal usul segala sesuatu adalah dari satu. Jadi, dia juga mengambil inspirasi dari filosof sebelumnya, dan dia dapat digolongkan monis juga.
 Menurut Herakleitos, asal usul segala sesuatu itu adalah suatu yang aktif secara mutlak. Sehingga efeknya adalah, pada alam tidak ada yang pasif, segalanya bergerak. Tidak pernah setiap entitas itu sama setiap momennya. Karena itu ia mengatakan bahwa tidak mungkin seseorang melewati sungai yang sama pada momen yang berbeda. Sebab bila bisa melewati sungai yang sama pada momen yang berbeda, berarti setiap momen, matahari adalah matahari yang baru.
 Sekalipun banyak perbedaan dengan filosof sebelumnya, tetapi dari ajaran-ajarannya tetap saja tampak indikasi pengaruh filosof sebelumnya pada ajaran Herakleitos. Sebab sebelumnya Anaximenes telah menerangkan bahwa asal usul segala sesuaitu itu harus sesuatu yang aktif, bergerak terus-menerus.     Progresivitas substansi yang menyebabkan bergeraknya segala entitas alam, dalam prinsip logika: hanya yang memiliki yang dapat memberikan, sejalan dengan prinsip ajaran Anaximenes. Tetapi memiliki masalah lain. Misalnya seperti yang dapat dipertanyakan dalam filsafat Perminides (540 SM). Bila substansi segala entitas itu terus bergerak, maka konsekuensinya adalah perpindahan dari ada menuju tiada dan juga dari tiada menuju ada. Karena itu, Perminides menolak argumentasi substansi Anaximenes. Menurutnya sebstansi segala entitas itu haruslah tetap. Dia itu adalah keberadaan mutlak yang tidak bergerak. Pandangan Perminides ini mirip dengan Apeironnya Anaximandros.
 Perminides adalah filosof yang sangat mengutamakan sistem penalaran logis. Sistem ini banyak menginspirasi Plato dalam menulis tentang dialog Sokrates. Sistem eksistensi yang tetap inilah yang tampaknya menginspirasi Leukippos. Filosof yang lahir sekitar 540SM inilah yang pertama kali mencetus teori atom. Tetapi teori atom ini adalah sebuah sintesa dari filsafat Herakleitos dan perminides. Atom menurut Leukippos adalah tetap tetapi terus bergerak. (Hakim, Saebani, h. 168)
 Teori atom Leukippon dikembangan secara lebih sistematis oleh muridnya, Demokritos. Filosof ini banyak melakukan perjalanan ke Timur termasuk Persia. Menurutnya atom adalah unsur terkecil yang tidak dapat dibagi yang menyebar di seluruh alam. Disemangati oleh Zoroaster dan menyerap teori Herakleitos, ia menyatakan bahwa atom api adalah atom paling halus yang disebutnya sebagai jiwa yang terkandung dalam setiap entitas materi. Sehingga api ini berada di seluruh alam sekalipun tidak dapat diinderai.      Bila Demokritos melakukan upaya semacam sebuah sintesa dalam menjembatani dia sistem pemikiran yang bertentangan, maka Zeno punya cara lain dalam menanggapi suatu pertentangan. Filosof kelahiran Elia ini menyatakan bahwa antar pemikiran yang bertolak belakang bisa benar keduanya tergantung sudut pandang. Misalnya ketika filosof kelahiran 490 ini menanggapi penentangan terhadap pemikiran gurunya, Perminides.
 Sistem berfikir demikian membuat Zeno dapat dianggap sebagai pemikir pertama yang menggagas sistem relativitas berfikir. Bila dilihat sepintas, sistem pemikiran Zeno mirip semacam sebuah lelucan atau olok-olok. Tetapi bila ditinjau secara mendalam, maka keterangan-keterangannya masuk akal dan menunjukkan kelemahan-kelemahan mutlak logika.
 Misalnya, Zeno menyatakan gerak itu memang ada, tetapi untuk bergerak, sebuah anak panah harus berhenti di dalam sebuah titik. Untuk mencapai sebuat titik, maka anak panah harus mencapai setengah titik. Demikian seterusnya tak terhingga, sehingga gerak itu mustahil karena mustahil satu benda berada di dua tempat dalam waktu bersamaan sebab gerak itu pastilah bersama waktu. Sehingga, gerak itu hanya perspektif, citra atau sensasi saja.
 Zeno tampaknya banyak menyerap sistem berlogika dari gurunya. Sehingga zamannya dapat disebut sebagai zaman kematangan logika. Tetapi tenyata dalam kematangannya, logika menjadi semakin sulit untuk mencapai kebenaran. Sebab, ternyata menjawab realitas itu subjektif. Keruwetan logika inilah yang tampaknya membuat Georgias melahirkan ambiguitas dalam setiap penyimpulan argumentasinya. Filosof kelahiran 420 SM ini menyatakan realitas itu ada sekalogus tiada. Realitas juga tunggal sekaligus plural. Pandangan yang mirim pandangan kaum mistis ini tampak memiliki akar yang sama yakni betapa logika tidak mapan dijadikan sebagai andalan untuk memastikan kebenaran. Konsekuansi pasti dari keterbatasan logika adalah tidak mapannya kata-kata sebagai sarana transformasi. Lagi, lagi pandangan ini mirip dengan kaum mistik. Titik temu antar subjek akhirnya harus kembali kepada kepercayaan, bukan argumentasi. Mungkin inilah yang dimaksud Imam Ali ''Yang menyukaimu tidak butuh argumentasimu. Yang membencimu tidak akan percaya argumentasimu.''
  Kematangan logika menjadi titik awal bencana. Alasannya orang-orang menjadi pesimis bahwa kebenaran itu mustahil dapat ditemukan. Akhir dari kosmosentrisme atau Monisme Yunani yang berlanjut ke zaman Sofis membuat sebagian orang yang menguasai logika menjadi apatis sehingga mereka begitu mudah membuat orang yang rendah pemahamannya tentang logika menjadi bulan-bulanan.
 Sebabnya, prinsip sofis adalah hanya subjektivitas manusia saja kutub kebenaran, kebenaran objektif itu tidak ada, kebenaran itu sifatnya temporar dan kebenaran itu tidak berada pada diri sendiri sebab akan dengan mudah digugat oleh subjek lain. Permainan melalui retorika bukanlah niat buruk sofis untuk mempermainkan orang-orang, tetapi karena demikianlah hakikat yang mereka pahami.
 Hippias, seorang ahli pikir zaman sofis akahirnya mengeluarkan pernyataan bahwa budaya itu menentang hukum alam. Alasan pandangan ini jelas. Sebab instrumen manusia untuk mengetahui realitas tidak mapan. 
 Pandangan yang memiliki basis serupa juga dilontarkan oleh Georgias. Dia mengatakan realitas itu tiada, kalaupun ada tak dapat diketahui, kalaupun diketahui takkan dapat disampaikan pada orang lain.
  Dalam perkembangan selanjutnya, kaum sofis menjadi semakin tak beres. Mereka memanfaatkan orang umum untuk memperkaya diri dan mencari popularitas. Dominasi sofisme terus berlanjut hingga datangnya Plato melalui Sokrates.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar