Link Download

Rabu, 09 Oktober 2013

Ibn Arabi Melihat


Allah menciptakan Ibn 'Arabi dengan RahasiaNya. Boleh saja dia menyandang anggota sebagaimana kita, tetapi dibaliknya adalah hakikat dia yang sebenarnya. Ah, tapi tampaknya Ibn 'Arabi terlalu sombong. Sekalipun dia melihat, seharusnya tidak perlu menindir yang buta. Karena tidak sempat bersibuk-sibuk dengan hal-hal partikular, maka terkesanlah dia sombong. Padahal dia tidak menyadari dan memang tidak terlalu peduli orientasi-orientasi partikular. Orang seperti itu tidak menerima etika-etika murahan sebagaimana yang berlaku secara umum di tengah masyarakat. Lihatlah orang orang yang bermain drama di lingkungan Anda. Setiap berpapasan mengembangkan bibir, mengunjuk gigi-gigi sekalipun saya bisa melihat dari mata bahwa orang itu busuk hatinya. Nanti kalau Anda punya kelebihan, menggerutu hatinya. Bila nanti Anda dapat musibah, berbahagia. Kapeda orang-orang seperti inilah Ibn 'Arabi tidak peduli. Dan dari kacamata orang-orang seperti inilah Ibn 'Arabi tampak sombong dalam statement-statementnya. Sementara bagi orang-orang yang juga tinggi kualitasnya, mereka dapat memahami gaya Ibn 'Arabi itu. Saya kira tidak perlu kita menganggap sombong seseorang yang menyampaikan sesuatu yang benar. Kalau harus begitu, Nabi Besar Saw. akan terlihat lebih sombong. Beliau mengatakan dirinya Rasul, utusan terakhir.sementara Ibn 'Arabi mengatakan ''Di setiap abad ada orang terpilih/ dan untuk abad yang tersisa, akulah yang terpilih''. (Stephen Hirtenstein, Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud, Jakarta: Kencana, 2001, h. 7)
Terdapat laporan-laporan yang terdokumentasi melalui tulisan-tulisan dari orang-orang yang pernah hidup sezaman dengan Ibn 'Arabi menyatakan bahwa beliau adalah orang yang sangat dalam penglihatan spiritualnya, akalnya cemerlang, yang 89998@terejawantah melalui tingkah lakunya yang mulia dan bersahaja. Ibn 'Arabi juga punya kepekaan tinggi terhadap karya seni. Dia mampu menngamati sebuah karya lukis dengan sangat detil sehingga mudah menemukan kesalaha-kesalahan yang dikandungnya. Sekalipun mengakui alam semesta sebagai proyeksi pikiran semata, namun beliau suka menikmati fenomena keindahannya.
Dalam pandangan Ibn 'Arabi Ahad adalah sebutan yang paling tepat untuk mengebutkan DiriNya. Wali dengan Allah adalah seperti satu dikali satu. Wali melihat dengan yang dilihat menjadi hapus. Yang ada hanya Satu. Lihatlah angka-angkat sejatinya yang ril hanya satu. Setiap angka itu adalah satu. Selain satu hanya sematan-sematan semata. Tampaknya saja banyak, hakikatnya tetap satu. Bila menegasikan satu atau selain satu maka adalah ketiadaan atau mustahil. Pada huruf-huruf selain satu, selalu terkandung satu, sekalipun dia tidak dengan mudah dapat diidentifikasi lagi karena tersembunyi dibalik quiditas angka tersebut. Umpamakan angka selain angka satu sebagai diri seorang manusia. Identitas dan kedirian seseorang sehingga dia disebut dengan sosok, seorang, katakan Zaid. Zaid adalah kumpulangambar yang dihimpun di dalam memori ingatannya yang ia himpun melalui indranya sepanjang hidupnya dan kesan-kesan di dalam jiwanya dari pengalaman-pengalamannya. Orang lain juga mengenal sosok Zaid sebagai citra dengan watak begini-begitu. Bila Zaid melepaskan memori-memori dan kesan-kesannya maka Zaid tidak akan lagi menemukan dirinya, yang ia temukan hanya ada (wujud). Demikian juga orang-orang, bila mereka melepaskan segala watak yang menjadi sematan bagi Zaid, maka mereka tidak lagi menemukan Zaid, yang mereka temukan hanya ada.
Demi Allah. Sebenarnya saya tidak peduli dengan pemikiran-pemikiran siapapun. Tetapi setelah membaca karya Ibn 'Arabi, saya mengatakan prinsip saya sama dengan yang beliau lukiskan dalam karyanya. Ketika dikatakan yang ada hanya Wujud, Dia Absolut, sementara pluralitas maujud hanyalah proyeksi mental, saya sepakat dengan pemikiran ini. Pernyataan ini adalah pernyataan yang hanya mampu dilukiskan oleh orang-orang yang telah dikaruniai penyingkapan oleh Allah Swt.
Saya kira, semua orang dapat memahami baha hanya Wujud saja yang nyata. Sementara maujud-maujud itu hanyalah pantulan dari Wujud Mutlak, tetapi karena banyak sekali orang yang mengotori hatinya, maka Wujud menjadi tersamarkan baginya. Bagi orang-orang yang kotor hatinya akan mengatakan mereka memahami Tuhan. Menurut mereka alam mereka lihat. Namun bagi orang suluk, mereka melihat dan merasakannya. Alam bagi orang suluk adalah sesuatu yang dipahami. Alasannya karena orang-orang yang jauh dengan Allah itu masih menyati dengan alam, mereka larut bersama proyeksi mental mereka sendiri. Sementara bagi orang suci pilihan Allah, karena nereka tidak memiliki keterikatan dan kecenderungan apapun dengan alam, maka mereka dapat melepaskan diri darinya dan membumbung tinggi sehingga dapat mengamati alam secare keseluruhan hingga ke sendi-sendi dan sifat alamiahnya. Mereka memahami alam secara langsung.
Allah mencipta manusia dari tanah lalu RuhNya ditiupkan. ruh adalah Sifat Ilahi, cahaya, halus dan Satu. Sementara tanah adalah perlambangan kegelapan, kasar dan keragaman. Ini maksudnya manusia sebelumnya tiada, hanya sebagai rahasia atau potensi dari Ilahi. Selanjutnya melalui manifestasiNya manusia mewujud. Tuhan berkata ''Separuh Aku dirimu.''. Mengenai asal usul penciptaan manusia ini, Ibn 'Arabi melambangan dua unsur kejadian manusia ini sebagai ayah dan ibu. Ayah adalah lambang bagi spiritualitas yang suci dan ibu sebagai lambang yang rendah. Ayah semua manusia adalah Adam. Adam adalah lambang kesucian pertama yang melahirkan sesuatu selain dirinya (Hawa:huwa). Maka ibu yang rendah itu adalah turunan dari Adam yang tinggi itu juga.
Terkait tentang manusia, ketahuilah bahwa antara manusia (insan) dengan bentuk manusia dalah dua hal yang berbeda. Semua orang berhak menyandang bentuk manusia di alam ini. Namun pada hakikatnya bisa saja mereka babi, kera atau rupa-rupa yang belum pernah kita temui di hutan rimba dan kebun binatang. Hakikat rupa setiap orang adalah tergantung pada apa yang ada di dalam hatinya dan aktualisasi sikap dan tindakan. Wujud insan yang sebenarnya adalah wujud kesempurnaan hati dan sifat yang terpuji (muhammad). insan adalah proses setiap orang yang ingin bergerak menuju Allah. Semua manusia punya potensi tersebut. Namun kebanyakan orang malah bergerak kebawah, ke tempat sifat yang lebih parah diripada tindakan binatang-binatang. Orang sepeti ini akan sangat kesulitan ketika semua diri harus kembali. Dan sangat banyak yang gagal. Rupa-rupa selain insan semua secara iklash akan menyesali tindakan-tindakan buruknya di dunia. Dan kesan dari penyesalan itu adalah api yang sangat panas ata oleh ulama disebut neraka.
Ibn 'Arabi tidak memiliki guru untuk urusan spiritualnya. Untuk studi lain seperti Al-Qur'an dan Hadits, dia belajar kepada pamannya yang alim dan banyak berzikir. Pada usia, menurut saya enam belas tahun, Ibn 'Arabi bertandang ke kediaman Ibn Rusyd. Qadhi Andalusia itu ingin bertemu dengannya. Sang qadhi bertanya kepada 'Ibn 'Arabi: apakah panalaran rasional dapat menghantarkan pada pengenalan kepada Allah. ibn 'Arabi menjawab 'ya'. Yakni bisa mengetahui konsepnya tetapi itu sama sekali tidak berguna karena setelah mati, konsep-konsep pengetahuan yang disimpan di dalam kepala akan ikut lenyap. Dan itu artinya konsep-konsep itu sama sekali tidak berguna.
Pada usia delapan belas Ibn 'Arabi meninggalkan tanah air dan orang-orang tercinta menuju perjalanan lahir dan batinnya. Dia meninggalkan segala keduniaan. Padahal posisi orang tuanya adalah baik karena mereka adalah keluarga tentara kerajaan. Ibn 'Arabi hanya dibimbing oleh guru-guru spiritualnya yang biasa hadir dalam citra visi spiritual. Guru-gurunya itu adalah Nabi Isa, Nabi Musa dan Khaidir. Beliau juga pernah bermimpi berjumpa Nabi Besar Saw. Citra ini memberinya ilham untuk menyempurnakan amal seperti Rasul Saw. karena satu-satunya jalan kepada Allah adalah Sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar