Link Download

Jumat, 07 Juni 2013

Konsep Wujud Hamzah Fansuri

'Wujud' adalah kata dari bahasa Arab yang diadopsi ke dalam bahasa Melayu. Banyak kosa kata Arab lainnya yang dimasukkan ke dalam bahasa Melayu. Alasan utamanya karena banyak kata yang tersedia dari bahasa Melayu yang dianggap tidak mapan atau menjadi beda makna bila dipakai untuk menterjemahkan kosa kata Arab. Misalnya kata 'rela' tidak sesuai untuk dipakai sebagai terjemahan kata 'iklahs' yang dimiliki bahasa Arab. Adapun kata 'wujud' yang memiliki arti terdekat dengan kosakata melayu adalah 'ada'. Tetapi kata 'ada' tidak sepenuhnya sama dengan kata 'wujud'.
Dalam pandangan Hamzah, Allah adalah Wujud; dan ''Memberikan wujûd pada sekalian alam. Bila Allah tidak berwujud bagaimana memberi wujud kepada sekalian alam. Maka Hamzah menyatakan wujud Allah adalah wajibul wujud, sementara wujud alam adalah mumkinul wujud. Kata Hamzah, bagi para ulama (teolog), wujud Allah dengan wujud makhluk terdiri dari dua entitas berbeda. Sementara bagai kaum sufi, wujud Allah dan wujud makhluk adalah sama. Perumpamaan yang diambil adalah cahaya matahari dan sinar bulan, meski nama nya berbeda, hakikatnya sama yakni adalah cahaya matahari juga. Sementara alam ini bagi kaum sufi bukanlah wujud hakiki karena sifatnya seperti bayang-bayang di dalam cermin: rupanya ada, hakikatnya tiada. (The Mysticism, h. 242).
ChahayaNya AtharNya tiada akan padam
Memberikan wujud pada sekalian alam
Menjadikan makhluk siang dan malam
Ila abadi'l abad tiadakan karam

Adapun sifat dengan zat Allah dalam pandangan sufi adalah satu. Hamzah mengatakan alam semesta adalah Rahman Allah. (h. 263). Maka alam ini adalah Dia juga. Dalam menjelaskan makna Allah Berkehendak (Murid), Hamzah menjelaskan perbedaan antara pandangan ulama (teolog) dengan ahli suluk (sufi dan filosof). Dalam pandangan ulama, realitas alam semesta adalah baharu. Artinya, pernah ada masa sebelum Allah mengata 'kun' kepadanya, dia belum ada. Tetapi persoalannya adalah, pendapat ulama menjadi ambigu karena bunyi ayatnya adalah ' ...idhà aradhà shay'an aa yaquùna lahu 'kul' fayakun.'' seharusnya bila belum ada, tidak dikatakan 'lahu'. Sementara ahli suluk berkeyakinan bahwa syay'i itu mawjud kerena dia telah ada bersama Allah sebagai IlmuNya meskipun hanya sebagai batin belum zahir. Dalam hal ini, sufi dan filosof mengakui bahwa setiap pengetahuan sifatnya adalah konfirmasi, bukan informasi. Pengetahuan adalah perluasan diri si pengetahu. Argumentasi ini ingin membuktikan bahwa zat dengan sifat tiada bercerai dengan zat. Sifat telah ada bersama zat.
Rahman sebagai salah satu sifat Allah memberi wujud kepada segenap alam. Dengan itu alam sebagai sifat Allah telah ada bersama zat, bahkan tanpa permulaan. Maka segala realitas alam bagi kita, sekalipun dalam citra kita dianggap sebagai informasi, sebenarnya adalah konfirmasi sebab manusia dan alam adalah dari rahman Allah. Mengenal diri dengan sebenar-benar kenal sejatinya adalah mwngenal wujud. Kenal ini dalam pandangan ahl suluk adalah ma'rifat. Kenal ini bukan melalui indera dan persepsi mental tetapi dengan hati. Jalannya adalah melalui syaria't dan thariqat. Mengenal wujud adalah salah satu ajaran terpenting daripada filsafat hamzah. Ajaran filsafatnya terlihat dalam 'asrar arifin' yang menjadi sasaran pemelitian. Karya ini adalah salah satu dari tiga karya hamzah berbentuk prosa. Karya prosal lainnya adalah 'al-Muntahi yang isinya berbicara tentang pandangan wahdatu wujud kaum sufi sebelumnya. Sementara prosa lainnya 'syarabul asyiqin' berbicara tentang empat jalan mengenal wujud yakni syariat, tharikat, hakikat dan ma'rifat. pemikiran asli Hamzah adalah tentang martabat tujuh yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Pemikiran ini diteruskan oleh muridnya Syamsuddin Al-Sumatra-i dan diikuti oleh banyak sufi Nusantara setelahnya. 
Wujud adalah istilah terpenting dalam kajian filsafat. Untuk memahami pokok pemikiran seorang filosof, kita wajid memahami konsep wujud yang ia pakai. Bila tidak memahami konsep wujud yang dimaksud seorang filosof, maka kita tidak akan memahami apapun dari gagasannya. Pemahaman konsep wujud seorang filosof adalah syarat pertama dan paling utama dalam mengkaji pemikiranya. Seorang filosof dan sufi terbesar Nusantara yang menjadi tokoh kajian ini adalah pemikir yang paling kontrofersial karena paling disalahpahami. Sebab kesalahpemahaman ini ini mutlak karena para penentangnya tidak meneliti secara mendalam dan menyeluruh konsep-konsep gagasannya. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara menyeluruh dan mendalam konsep wujud yang dipakai Hamzah Fansuri dalam 'Asrar 'Arifín' untuk memahami secara utuh pemikirannya.
Kajian ini menjadi menarik karena meski Hamzah Fansuri tidak mengemukakan secara eksplisit bahwa gagasannya itu adalah wahdatul wujud, tetapi melalui kajian terhadap konsep wujud, istilah-istilah kunci dan analogi-analogi atau argumentasi yang dikemukakan, pemulis ingin membuktikan bahwa ajaran Hamzah Fansuri adalah wahdatul wujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar