Link Download

Sabtu, 16 Februari 2013

Aktif Akal

Hal di hadapan kita memiliki aksiden. Itu pasti. Tetapi apakah dia memiliki substansi? Dia memiliki bentuk, jasad dan materi. Itu pasti. Tetapi orang berbeda pendapat apakah dia memiliki jiwa. Mungkin pada manusia dan hewan semua pemikir menerimanya. Banyak juga pemikir menerima tumbuhan juga memiliki jiwa. Tetapi pemikir menolak hewan memiliki akal. Masalah kita jadinya adalah tentang kesepakatan 'apa itu akal'. Umumnya pemikir menyepakati akal adalah khas milik manusia. Bahkan mereka menilai akal adalah pembeda utama antara manusia dengan hewan. Dengan menganut kesepakatan ini, jadinya kita tidak dapat menyatakan bahwa hewan memiliki akal. Kepada manusia, dalam pandangan saya, akal adalah khas milik manusia akibat himpunan materi yang khusus membentuk manusia dengan bentuk khasnya. Akal yang saya maksudkan bukan fakultas yang memberi defenisi bagi quiditas. Kalau fakultas defenisi saya kira hewan juga memilikinya. Tetapi akal yang saya maksudkan, yang hanya dimiliki manusia adalah akal yang menjadi sarana naik kembali manusia dari alam materi ke alam Ilahiyah. Akal ini sendiri adalah tajalliyat Tuhan. Akal ini sering disebut Ruh.
Ruh bergradasi ketika mengurus persoalan bawah seperti persepsi, imajinasi dan konsepsi. Bagi mereka yang konsisten dengan ajaran Aristotelian-Peripatetik, pandangan Sadra yang menyatakan ketika mengetahui seseorang, maka itu adalah penyatuan antara subjek dan objek, dilihat sebagai penyatuan bentuk benda dengan fakultas tertentu dari jiwa. Padahal, maksud terdalam dari ajaran Sadra adalah ingn membuktikan bahwa realitas eksternal memiliki eksistensi yang sama seperti jiwa. Bahkan ketika kata 'menyatu' kita pakai tetap saja tidak cocok sebab mengindikasikan adalnya dua hal yang selanjutnya bersatu. Pandangan Sadra tentang kesatuan subjek dan objek syaratnya adalah pada objek bukan tiga dimensi dan bukan quiditasnya yang dilihat tetapi eksistensinya. Demikian juga subjek, bukan pengandalan pesepsi, bukan imajinasi dan bukan konsepsi, tetapi eksistensinya. Eksistensialisme Shadra hanya dapat dipahami dengan baik bila kita pahan dengan benar maksud sebenarnya dari Shadra. lebih penting dari itu adalah Kurinia dan Taufiq dari Allah.
Memahami Sadra tidak bisa seperti mengikuti Ibn Sina. Bila modal yang dibawa untuk emahami Sdra adalah epistemologi peripatetik, maka nasib kita akan seperti Fazlur Rahman. Instrumen-instrumen atau kaidah-kaidah logika adalah kaidah untuk memahami realitas yang terbatas yang masing-masingnya memiliki quiditas. Untuk membuktikan Eksistens, instrumen konsepsi akal tidak akan mapan. Hal ini pernah ditegaskan oleh Suhrawardi. Filsafat adalah jalan berisik menuju Kesunyian. Menjadi berisik karena kesimpang-siuran instrumen defenisi untuk menjelaskan hal yang tidak pernah dilihat. Filsafat Barat menjadi kacau karena seseorang yang belum melihat menginformasikan seseuatu kepada yang juga belum melihat. Dalam filsafat Islam juga terdapat masalah; ketika orang yang sudah melihat harus menginformasikan kepada orang yang belum melihat. Ketika melihat, Shadra tidak mengatakan kita telah meninggalkan fakultas-fakultas lain seperti imajinasi dan konsepsi sebagaimana pandanga Ibn Sina, karena dalam pandangan Sadra, jiwa meliputi fakultas-fakultasnya. Bila mengikuti teori Ibn Sina, konsekuensinya adalah jiwa itu parsial bagi fakultas-fakultasnya, dan ini dirolak Sadra.
Prinsi pandangan Sadra berasal dari pandangannya bahwa sesuatu itu tidak berubah tetapi berevolusi. Ketika A menjadi B, maka pada B tetap mengandung A. Tetapi pada Ibn Sina, ketika A menjadi B, maka A telah musnah dan digantikan oleh B. Sadra membuktikan teorinya dengan pernyataannya tentang keniscayaan gerak substantif.
Terakhir yang ingin ditegaskan adalah, filsafat Sadra sama sekali tidak sama dengan aliran, ajaran dan pendekatan apalagi orientasi apapun dari semua filsafat Barat tanpa kecuali. saya nyatakan di sini bahwa semua filsafat Barat adalah zulmah, kegelapan. Mereka tidak punya orientasi apapun dan mereka tidak pernah mempu menerawang apalagi melihat kecuali apa yang dapat mereka inderai. Kualitas mereka tidak beda dengan bicah umur empat tahun yang telah memiliki kesempurnaan indera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar