Link Download

Kamis, 27 Desember 2012

Epistemologi

Di dalam Al-Qur'an, Allah menewahyukan bahwa manusia diciptakan dari 'alaq. Belakangan dalam dunia sains diketahui bahwa memang benar sperma itu menempel pada dinding rahim utuk selanjutnya berproses menjadi zigot, dan seterusnya menjadi janin bayi. Kata asing di atas dalam bahasa Inggris disebut dengan 'attachment'. Dalam bahasa Persatuan Nusantara saya tidak punya kata khusus untuk mengartikannya. Kata 'melampirkan' atau sejenisnya sama sekali tidak sesuai. Tetapi saya coba untuk menggambarkan bahwa maksudnya lebih mirip seperti sepotong bambu yang dipisahkan dari peureudee-nya. Sepotong bambu itu anggap dibuat seruling. Karena itu, seruling dalam bahasa Persia disebut 'nawn'. Kata 'nawn' dipakai oleh sufi untuk menggambarkan diri mereka yang terpisah dari sebuah ''Peureude'' dalam kesatuan, laksana laut yang menjadi ombak. Hamzah Fansuri dalam liriknya mengatakan dirinya mendapatkan wujud di 'Syahr Nawn', yakni alam materi ini, yang bersama jasad manusia juga, adalah, attachment, nawn dan 'alaq. 
Semakin dewasa seorang manusia, semakin banyak konsep yang ada dalam pikirannya. Semakin manusia banyak konsep, semakin dia jauh dari ''Peureudee''. Inilah yang dimaksud dengan kejatuhan atau tanzih. Karena itu, pengetahuan akan konsep tidak dapat menghantarkan manusia pada kebahagiaan. Kebahagiaan hakiki tidak bertempat pada konsep atau reference-nya, yakni benda. Kebahagiaan itu tidak memiliki massa maupun bentuk. kebahagiaan memang memiliki properties, tetapi bukan konsep atau materi.
Manusia, sebagaimana alam semesta, dianalogikan Hamzah Fansuri sebagai cangkir atau piring yang dibuat dari tanah. Tanah itu analoginya adalah ''Perureudee''atau 'Asal'. ibn Sina mengatakan jasad manusia dikendalikan oleh jiwa. Jiwa hanya mengendalikan satu jasad, persis seperti kunci yang hanya bisa sesui dengan satu gembok. Karena itu, Ibn Sina mengatakan reinkarnasi mustahil karena satu jiwa tidak bisa mengendalikan badan yang lain.
*
Manusia, dalam proses menemukan pengetahuan (knowledge), terhadap satu hal, awalnya dia harus dapat memastikan keberadaan (eksistensi) suatu hal yang ingin dia kaji. selanjutnya dia harus dapat menemukan jawaban tentang ke-apaan- satu hal tersebut. Tetapi manusia biasanya hanya sadar tentang kebutuhannya akan ke-apaa-an sesuatu, sekalipun sebenarnya dia terlebih dahulu membutukkan ke-adakah-an sesuatu itu sebagai syarat menemukan ke-apa-annya.
Langkah-langkah mendapatkan pengetahuan adalah: pertama, adalah caranya, yakni alat berupa logika, dia adalah alat utama untuk mengkaji hal yang ingin diketahui nantinya. kedua adalah patronnya atau pola, yakni fisiknya, yakni dimulai dari hal yang dikenal menangarah pada apa yang belum dikenali, dari hal yang mudah mengarah pada yang sulit. Untuk memperkenalkan banteng pada orang yang belum mengenal banteng, mungkin kita bisa mengatakan dia mirip sapi. Lalu perlahan memberikan keterangan-keterangan tambahan berupa pengurangan atau penambahan dari ciri sapi yang mengarah pada ciri banteng. Ketiga adalah dari kesatuan menuju kepada keberagaman, dari genus ke spesies, dari spesies kepada differensia; dari sebab menuju akibat. Terakhir, yakni keempat, adalah tajrid, yakni bagaimana pengetahuan-pengetahuan itu dapat terhantarkan pada metafisika, yakni menemukan status ontologis setiap hal yang diketahui. Inilah tujuan utama dari pengetahuan, yakni menemukan pemahaman daripada realitas yang dipersepsi. Bila pengetahuan yang dimiliki tidak dapat mencapai tingkat pemahaman, maka pengetahuan hanya semakin membuat kita terhina; karena hanya mengumpulkan konsep dalam diri. Dan konsep-konsep adalah kegelapan semata, semakin menjauhkan seruling dari ''peureudee''nya. Padahan tujuan pengetahuan adalah untuk mendapatkan ilmu. Tetapi ilmu adalah cahaya, dan cayaha Allah hanya, sekali lagi, hanya, hanya Allah berikan kepada yang Dia kehendaki saja.
Bagi orang yang punya potensi cahaya, maka majelis ilmu dimanapun, sejauh apapun dia akan hadir karena orang itu adalah cahaya, ilmu adalah cahaya, dan Cahaya adalah Satu. Maka, manamungkin ada jarak antara 'alim dan 'ilm.
*

Alat terpenting dalam menemukan kebenaran adalah logika. Logika adalah ilmu yang dipelajari untuk mencegah orang dari kesalahan berfikir. Yang dimaksud berfikir adalah mencari makna dari sesuatu ditangkap indra dan gambar yang ditangkap itu dimasukkan ke dalam fakultas jiwa itu dianalisa. Sebuah gambar itu diuraikan dan begi masing-masing elemennya. Pentingnya adalah untuk menemukan elemn mana yang valid dan mana yang tidak.
 *
Ketika indera mempersepsi sesuatu, maka itu disebut informasi. Tidak semua informasi itu adalah pengetahuan. Sesuatu baru dapat disebut sebagai pengetahuan bila itu dapat diferivikasi, dapat dibuktikan dan sesuai dengan kaidah murni penalaran. penalaran adalah fitrah manusia. Maka hendaknya setiap apa yang dikerjakan benar-benar karena memiliki pengetahuan akannya. Setidaknya tiga jawaban dari tiga pertanyan perlu dipastikan ke arah positif pila hendak melakukan sesuatu yakni apa? Kenapa? Dan untuk apa? Supaya tidak melakukan tindakan bertentangan dengan fitrah.
oleh karena itu, penting sekali ditegaskan kembali bahwa pengetahuan itu sangat penting sebab hanya dengan memenuhi prasyarat pengetahuanlah tindakan dilaksanakan. Amal tanpa ilmu pasti tertolak. Dengan demikian, pahamlah kita penapa pengetahuan menjadi begitu penting dikenali.
Dalam pelajaran Logika, ada dua pembagian pengetahuan yakni ma'lum bi dzat dan ma'lum bi aradh. Yang pertama adalah pengetahuan mental, yakni pengetahuan dari konsep. Yang kedua adalah pengetahuan berdasarkan hal yang berada pada realitas eksternal.
Sementara itu, ilmu dibagi menjadi dua, yakni ilmu hudhuri dan ilmu hudhuri. Ilmu hudhuri adalah ilmu yang hadir dengan sendirinya tanpa proses tertentu. Jenis ilmukedua adalah hushuli, yakni ilmu yang didapat dengan proses sebagai berikut: pertama sensible, indera digunakan untuk menangkap sebuah objek tiga dimensional pada realitas eksternal. Selanjutnya imajinal, yaitu menyimpan satu dari tiga dimensi yang ditangkap pada realitas eksternal yakni bentuk atau gambarnya saja. Selanjutnya logic , yakni pemberian makna pada suatu reaitas yang telah menempun dua proses sebelumnya.
Ilmu hushuli terbagi dua menjadi tasawwur yakni konsep dan tasydiq, yaitu esensi. Tasawwur terbagi menjadi dua yaitu badhihi atau self evidence yakni sesuatu yang dialami dengan sendirinya seperti saya sadar saya sedang sadar. Kedua itu teoritikal, yaitu penjelasan sesuatu dengan selain dirinya, misalnya, manusia adalah makhlik yang memiliki badan, (badan adalah substansi). teoritikan adalah penjelasan secara kausal, oleh karena itu kausalitas pasti harus dihentikan, dan dianya berhenti pada self evidence juga.
Tasawwur atau konsepsi adalah berbicara tentang nilai, sehingga dia tidak perlu pembuktian. Misalnya ketika mengatakan ''Everest adalah gunung'' maka dia tidak perlu pembuktian. Tetapi bila mengatakan ''Everest adalah gunung tertinggi di dunia, maka dianya perlu judgement , perlu pembuktian. Setiap judgement memerlukan empat unsur yaitu, subjek, prediket, hukum logis kesetaraan subjek dengan prediket (misal, zaid berdiri, kerja akal menghimpun zaid dengan berdiri dapat diberlakukan, ini adalah aktualisasi hukum logis), terakhir relasi, yaitu keselarasan antara subjek dengan predikat, yakni munculnya sebuah nilai pemaknaan dari subjek yang ditambah prediket (misal, zaid dan berdiri adalah sebuah nilai)
*
hal yang paling penting dalam epistemologi dalam Islam, dan ini yang membedakannya dengan epistemologi lain sehingga islamisasi ilmu itu buka islamisasi sepotong daging, yaitu dalam sistem epistemologi Islam, yang terpenting adalah pengetahuan pada setiap sesuatu dapat menghantarkan sebuh pemahaman dan kesadaran bahwa segala realitas yang mejadi konsep bukan untuk sebagai konsep dalam pikiran tetapi harus dapat menghantarkan kita pada pemahaman bahwa semua realitas tersebut adalah simbol atau tanda yang nyata akan adanya Dzat yang Maha Kuasa, dan kesadaran bahwa hanya Dia saja yang ril. dengan cara demikian, manusia yang telah tanzih kealam materi dapat kembali bertazkirah dan kembali dapat Satu, karena hanya Satu yang real. Bila tidak, manusia, dengan konsep-konsepnya yang semakin banyak, hanya semakin membuatnya terasing dari Realitas nyata, dengan ketenggelamannya pada ketiadaan, kegelapan. karena itulah pengetahuan disebut dapat berpotensi semakin menyesatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar