Link Download

Minggu, 30 Desember 2012

Ar-Raniri Menghujat Hamzah


Ar-Raniri dalam menghujat ajaran Hamzah, menurut Al-Attas (1970:35), telah melakukan lompatan. bagaimana tidak, Raniri menuduh Hamzah menganut ajaran pantheisme sesat hanya dengan merujuk pada karya Hamzah 'Al-Muntahi' dan syarah rubaiyatnya oleh muridnya, Syamsuddin Sumatrani berjudul 'Syarah Rubaiiyah Hamzah Fansuri'.
            Kita mengetahui bahwa ajaran wahdatul wujud terbagi dua yakni muwahhidah dan mulhidah. Ajaran muwahhidah adalah ajaran tasawuf yang benar karena didapatkan melalui jalur syariat dan semakin teguh dalam syariat. Sementara yang mulhidah adalah ajaran yang sesat karena serupa dengan ajaran animisme. Ajaran sesat ini adalah ajaran yang menganggap benda-benda tertentu sebagai tuhan, misalnya matahari, bulan, gunung, pohon, karena itu mereka sembah. Raniri datang ke Aceh, meyakinkan penguasa di sana bahwa ajaran Hamzah adalah ajaran sesat. Raniri diterima, dipercaya, diberi pangkat dan jabatan sebagai qadhi malikul 'adil, yakni ulama tertinggi yang pada tangannya keputusan-keputusan hukum terbesar dipangkukan.
            Dengan dukungan penguasa, Raniri membabat habis para pengikut ajaran Hamzah. Orang-orang yang telah menjadi pengikut Raniri membunuh, menyiksa dan membakar hidup-hidup pengikut ajaran Hamzah. Kitab- kitab Hamzah yang banyak disalin dimusnahkan. Dengan keputusan sikapnya ini, belakangan para sarjana mengambil kesimpulan bahwa modus tindakan Raniri adalah politik. Dia memprovokasi warga, mempengaruhi penguasa, sehingga memperoleh pangkat yang tinggi.
            Saya sendiri melihat tindakan Raniri dari beberapa sisi. Pertama dia tidak memahami ajaran Hamzah secara baik dan benar. Dia menganggap ajaran Hamzah sama seperti ajaran mulhidah yang berkempang di kampungnya, India. Sekalipun mungkin Raniri tahu bahwa ajaran Hamzah bermazhab Ibn Arabi, maka dia menganggap ajaran Hamzah sama denga para pengikut Ibn Arabi yang salah paham di India. Kedua, mungkin saja Raniri paham secara keseluruhan ajaran Hamzah, dan dia tahu pemikiran Hamzah tidak sesat. Tetapi karena khawatir para oengikut Hamzah akan salah paham sehingga mereka dapat menjadi para mulhidah (atau mungkin pada masa Raniri, pengikut Hamzah memang telah sesat). Kalaupun para pengikut Hamzah belum sesat, maka dia khawatir (menurut saya dia yakin) pengikut Hamzah kemudian akan menjadi sesat. Kemungkinan karena Raniri telah melihat sendiri bagaimana para pengukut Ibn Arabi di awal mereka dapat memahami dengan baik ajaran wahdatul wujud lalu perlahan berubah menjadi kesesatan karena salah memahami. Atau mungkin juga di India, generasi awalnya sendiri telah menjadi mullhidah.
               Dalam 'Asrar 'Arifin' Hamzah mengatakan Dzat Allah dengan Sifat-sifatNya adalah Satu. Bila tidak, maka ada dua entitas dalam Allah, yakni dzat dengan sifat. Tetapi bagi Raniri ini berbahaya karena identik dengan ajaran Kristen yakni walaupun Roh itu satu, tetapi dia dapat disemat pada Bapa, Bunda dan Roh Kudus. Tetapi Raniri tidak sadar bahwa bila tidak mengakui Dzat dengan Sifat adalah Satu, maka pemahamannya sendirilah yang lebih mirip teologi Kristen (na'udzu billah).
            raniri juga menuduh Hamzah termasuk golongan yang percaya bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Padahal, Hamzah sendiri hanya mengatakan bahwa teks Al-Qur'an saja yang merupakan karya, tetapi hakikatnya, hanya Allah yang tahu. (Al-Attas, 1970: 52-53).  Bahkan menurut Al-Attas, Hamzah jelas dengan tegas menyatakan dalam 'Asrar Arifin' bahwa Al-Qur'an bukan makhluk. Kata Hamzah, Al-Qur'an yang ditu;is sebagai teks jelas adalah makhluk. tetapi Al-Quran dalam makna sebenarnya, siapa tahu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar