Link Download

Sabtu, 01 Desember 2012

Antara Senang dan Bahagia: Konsep bahagia dalam Ibn Sina

Apa itu kebahagiaan? Bahagia selalu diidentikkan orang dengan kesenangan. Saya kira cara ini keliru. Kerugiannya adalah dapat membuat makna kebahagiaan menjadi korup, lalu menjadi kabur. Kasihan yang mencari kebahagiaan. Malah dapat membuat mereka tergelincir pada kesenangan.
Kesenangan itu sifatnya relatif, sebagaimana relatifnya dua orang memaknai satu objek.

Kesenangan itu berasal dari hal-hal yang dapat dipersepsi. Seseorang bisa senang punya istri yang putih seperti Cina dan punya mobil buatan Jerman. Orang yang lain senang punya istri mirip India dan naik mobil angkutan umum. Tetapi kebahagiaan itu tidak relatif. Dia objektif. Kebahagiaan adalah kesesuaian. Kesesuaian adalah ketertempatkan sesuatu pada posisinya. Kesesuaian (ma'lam) nyata ada (eksis), sementara kebahagiaan adalah fana. Bahagia itu adalah fakultas akal, sementara kesenangan fakultasnya adalah pikiran. Akal adalah ruh jua. Maka adalah hal yang nyata bagi diri. Karena itu kebahagiaan bukan sesuatu yang sekedar demonstrasi pada diri, tetapi adalah diri yang aktif. bahagia adalah 'praice' atau 'syukr', yakni sebuah apresiasi aktif. Kebahagiaan hanya mungkin didapat oleh orang yang himmah, yakni yang punya keinginan kuat untuk mendapatkan (kebahagiaan). Sebenarnya potensi utama manusia adalah kesesuaian (kebahagiaan), maka hasratnya yang sejati adalah untuk itu. Siapa yang mengikut pada potensiutamanya, maka dia akan dibimbing (yanhu) pada jalannya. Kesempurnaan itu adalah pemenuhan kebahagiaan
Karena itu kesenangan adalah hal hewani. Hasrat kesenangan adalah nafsu hewani. Kesenangan itu adalah ilusi. Pemenuhan kesenangan adalah tindakan ilutif. Hasrat dan pemenuhan kesenangan adalah dzan. Anenhnya manusia tidak menikmati banyak keseimbangan (kebahagiaan) saat dia sedang menikmatinya. Itulah tipikal kebanyakan manusia. ''Cinta baru menyadari kedalamannya setelah tiba perpisahan'' kata Kahlil Gibran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar