Link Download

Senin, 24 Desember 2012

Annafhatussailaniyah Syaikh Yusuf Al-Maqassari

Berkata Syaikh Yusuf Al-Maqassari (semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karinia tanpa henti bagi hambaNya ini) bahwa siapa yang bertarikat tanpa syaikh, maka setanlah syeikhnya, maka sesatlah dia. Tamsilan syaikh kepada jamaah tarikatnya adalah seperti orang yang memandikan mayat. Dia boleh memperlakukan mayat itu dengan kemampuannya dan kewenangannya. Dan tentunya dia sadar akan diapakan mayat itu secara baik. Jamaah adalah seperti mayat karena tidak tahu menahu sama sekali dan tidak punya daya apapun akan jalan tarikat. Syeikh adalah sarana untuk menuju Tujuan.
Syaikh sufi adalah penerus Rasulullah Saw., maka setialah pada jalan yang dia tunjuk. Boleh jadi pada kacamata kita dia berbuat tindakan yang tampak bukan pendekatan pada Allah, tetapi setiap perbuatan syaikh adalah berlandas pada pengetahuan dia yang mendalam: tidurnya orang berilmu jauh lebih mulia dari shalatnya orang yang bodoh. Demikian pula moral haruslah berasal dari Pengetahuan Benar, bukan karena taklid dan mengikut tindakan moral umum.
Amal syariat orang berilmu tentu disertai hakikat. Mereka bertindak beserta khauf dan raja' . Kedua hal ini adalah potensi dari dalam dan amalan adalah aktualisasinya. Dua hal itu tidak akan mengarahkan pada kesia-siaan. Adalah jalan orang alkhawasul khawash, yakni jalan orang yang telah menempuh tingkat bidayah dan tawassush, yang dapat menyatukan khauf dan raja' dalam sebuah amal.
Orang yang punya Ilmu tentu telah bersih dari segala sifat sombong, ujub dan iri hati. Semua sifat tersebut adalah pengorientasian pada diri. Sikap ini berarti tidak berilah (berserah) kepada selain Allah. Nabi Besar Saw. adalah orang yang paling bersih dari sifat-sifat buruk sehingga beliaulah yang paling dekat dengan Allah. Orang-orang yang rela pada Allah bersyukur atas segala mikmat dan berserah atas segala musibah. Tidak berubah iklash mereka pada Allah SWT bagaimanapun kondisi mereka. Mereka selalu mengharap taufiq dan karunia dari Ilah mereka.
Orang-orang yang pergi berperang di jalan Allah yang berangkat semata-mata karena Allah, maka Dia mengampuni dosa-dosa orang tersebut. Mereka telah membuang semua kesombongannya. Bentuk kesombongan lain adalah menilai dalam hati bahwa perbuatan orang itu lebih buruk dapipada perbuatannya sendiri. Seharusnya bila orang-orang semuanya merangkak, kita harus berlari menuju Allah, buat apa pula sibuk mengumpat orang lain. Maka buat apa kita berorientasi pada kesadaran orang yang tidak bermanfaat bagi kita. Setiap orang digantung amalnya pada lehernya masing-masing.
Tidak ada manusia yang maksum, selain Rasul Saw. Karena itu kita semua harus bertaubat pada Allah. Mari senantiasa beranggapan besok pagi kita dicabut nyawa. Karena itu mari bertobat akan dosa di hari ini dan hari-hari sebelumnya. Adalah karena mMaghfirahnya kita harap. Tidak ada pertolongan selain dari ampunan Allah SWT. Selalu berharap ampunan dan cemas tidak diampuni. berputus asa pada Rahmat hanya perbuatan orang kafir.
Kalau saja semua manusia tidak ada yang berbuat dosa, maka Allah akan memusnahkan semuanya dan mengganti dengan manusia lain yang berbuat dosa lalu mereka bertaubat. Jangankan kita, Nabi Adam saja berbuat dosa, tapi karena beliau bertaubat, maka Allah mengampuni seluruh dosa beliau. Maka selalu berdoa: ya Allah, kami menzalimi dirikami, bila tidak Kau ampuni kami, maka benar kami orang yang merugi. Setelah bertaubat dan teruslah bertaubat dalam artian tidak mengerjakan lagi maksiat pada Allah. Karena orang yang bertaubat lalu kembali bermaksiat adalah yang disiksa paling kuat.
Bila Allah mengampuni seseorang, maka dia akan dikirim kepada jalan salikin. Pada jalan ini harus terus dijaga dengan teguh pada jalan syariat dan hakikat. hendaklah senantiasa berzikir karena perbedaan antara yang berzikir dengan yang tidak adalah seperti orang yang hidup dengan yang mati. Hanya lidah yang selalu bazah dengan zikir akan masuk surga dengan gembira.
Berzikirlah dari selesai shalat subuh hingga dhuha dan shalat sunnat dhuha, maka Allah SWT mengampuni dosa kita dan keutamaannya sama seperti haji dan umrah sempurna. Bila malaikat yang sedang bekeliling menemukan hamba Allah sedang berzikir, malaikat naik ke langit menemui Allah dan melaporkan hambaNya itu. maka Allah mengampuni dosanya dan memasukkan dia ke dalam surga.
Syaikh Yusuf Al-Makassari dalam kitabnya 'Nafhatussalaniyah filmanhatirrahmaniyah' berkata bahwa Zikir paling mulia adalah 'la ilaha illallah'. selanjutnya pada tempat yang sama, sebagaimana disunting oleh Abu Hamid ('Syeikh Yusuf Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang', Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994, h. 307): ''Berkata sebagian sufi, jika yang berzikir itu dari kalangan pemula, maka makna kalimat ini, bahwa tidak ada yang disembah secara hakiki, kecuali Allah. atau dari ahli tawassuth (menengah) , maka maknanya, sebenarnya tak ada yang dituntut dan yang dimaksud atau tak ada yang dicintai menurut kesanggupan dalam maqam-nya kecuali Allah. kalau mereka dari ahli nihayah, maka maknanya, sebenarnya tak ada maujud pada hakikatnya kecuali Allah.''
Bahwasanya lam semesta tidak memiliki wujudnya sendiri. Alam semesta menjadi wujud hanyalah karena pancara atau bayangan Wujud Allah SWT. Hanya 'urafa saja golongan yang mampu menyibak rahasia alam semesta dan menemukan bahwa segala realitas eksternal bukanlah wujud. Hanya menjadi maujud dan maujudnya itu sekalian tiada karena tanpa tajalli Allah padanya, dia menjadi ril. allah terlalu agung. Tuada siapapun yang pat mengenalNya. kita hanya bisa menerangkan Dia hanya melalui afirmasi negatif yakni bayangannya pada realitas. Tahunya Allah tidak sama denga tahunya manusia: kita hanya bisa menganalogika Tahu Allah dengan tahu kita, dan sejatinya segala SifatNya tidak ada yang sama denganNya pada realitas ini. alam hanya baganganNya, dan hanya melalui bayangan yang fana ini kita menjelaskan dia. tiada yang menyerupainya apapun.
Realitas eksternal seperti bayangan di dalam cermin. Hati manusia seperti cermin itu. hanya hati yang bersing yang bisa menghadirkan bayangan dengan baik. Banyak alang rintang untuk mensucikan hati. Pertama sekali adalah meluruskan niat. Selanjutnya mensucikan jasad. Lalu mengamalkan semua ajaran syariat hingga sunnah yang tidak muakkad. Lalu menyingkirkan segala sifat nafsu dan kecenderungan duniawi. Jangan pula terjebak pada jerat yang banyak orang tergelincir dari jalan salikin, yaki riya, takabbur dan sombong.

Islamic Cultural Centre, 19 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar