Berkata Syaikh Yusuf Al-Maqassari (semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat dan karinia tanpa henti bagi hambaNya ini) bahwa siapa yang
bertarikat tanpa syaikh, maka setanlah syeikhnya, maka sesatlah dia.
Tamsilan syaikh kepada jamaah tarikatnya adalah seperti orang yang
memandikan mayat. Dia boleh memperlakukan mayat itu dengan kemampuannya
dan kewenangannya. Dan tentunya dia
sadar akan diapakan mayat itu secara baik. Jamaah adalah seperti mayat
karena tidak tahu menahu sama sekali dan tidak punya daya apapun akan
jalan tarikat. Syeikh adalah sarana untuk menuju Tujuan.
Syaikh
sufi adalah penerus Rasulullah Saw., maka setialah pada jalan yang dia
tunjuk. Boleh jadi pada kacamata kita dia berbuat tindakan yang tampak
bukan pendekatan pada Allah, tetapi setiap perbuatan syaikh adalah
berlandas pada pengetahuan dia yang mendalam: tidurnya orang berilmu
jauh lebih mulia dari shalatnya orang yang bodoh. Demikian pula moral
haruslah berasal dari Pengetahuan Benar, bukan karena taklid dan
mengikut tindakan moral umum.
Amal syariat orang berilmu tentu
disertai hakikat. Mereka bertindak beserta khauf dan raja' . Kedua hal
ini adalah potensi dari dalam dan amalan adalah aktualisasinya. Dua hal
itu tidak akan mengarahkan pada kesia-siaan. Adalah jalan orang
alkhawasul khawash, yakni jalan orang yang telah menempuh tingkat
bidayah dan tawassush, yang dapat menyatukan khauf dan raja' dalam
sebuah amal.
Orang yang punya Ilmu tentu telah bersih dari segala
sifat sombong, ujub dan iri hati. Semua sifat tersebut adalah
pengorientasian pada diri. Sikap ini berarti tidak berilah (berserah)
kepada selain Allah. Nabi Besar Saw. adalah orang yang paling bersih
dari sifat-sifat buruk sehingga beliaulah yang paling dekat dengan
Allah. Orang-orang yang rela pada Allah bersyukur atas segala mikmat dan
berserah atas segala musibah. Tidak berubah iklash mereka pada Allah
SWT bagaimanapun kondisi mereka. Mereka selalu mengharap taufiq dan
karunia dari Ilah mereka.
Orang-orang yang pergi berperang di
jalan Allah yang berangkat semata-mata karena Allah, maka Dia mengampuni
dosa-dosa orang tersebut. Mereka telah membuang semua kesombongannya.
Bentuk kesombongan lain adalah menilai dalam hati bahwa perbuatan orang
itu lebih buruk dapipada perbuatannya sendiri. Seharusnya bila
orang-orang semuanya merangkak, kita harus berlari menuju Allah, buat
apa pula sibuk mengumpat orang lain. Maka buat apa kita berorientasi
pada kesadaran orang yang tidak bermanfaat bagi kita. Setiap orang
digantung amalnya pada lehernya masing-masing.
Tidak ada manusia
yang maksum, selain Rasul Saw. Karena itu kita semua harus bertaubat
pada Allah. Mari senantiasa beranggapan besok pagi kita dicabut nyawa.
Karena itu mari bertobat akan dosa di hari ini dan hari-hari sebelumnya.
Adalah karena mMaghfirahnya kita harap. Tidak ada pertolongan selain
dari ampunan Allah SWT. Selalu berharap ampunan dan cemas tidak
diampuni. berputus asa pada Rahmat hanya perbuatan orang kafir.
Kalau saja semua manusia tidak ada yang berbuat dosa, maka Allah
akan memusnahkan semuanya dan mengganti dengan manusia lain yang berbuat
dosa lalu mereka bertaubat. Jangankan kita, Nabi Adam saja berbuat
dosa, tapi karena beliau bertaubat, maka Allah mengampuni seluruh dosa
beliau. Maka selalu berdoa: ya Allah, kami menzalimi dirikami, bila
tidak Kau ampuni kami, maka benar kami orang yang merugi. Setelah
bertaubat dan teruslah bertaubat dalam artian tidak mengerjakan lagi
maksiat pada Allah. Karena orang yang bertaubat lalu kembali bermaksiat
adalah yang disiksa paling kuat.
Bila Allah mengampuni seseorang,
maka dia akan dikirim kepada jalan salikin. Pada jalan ini harus terus
dijaga dengan teguh pada jalan syariat dan hakikat. hendaklah senantiasa
berzikir karena perbedaan antara yang berzikir dengan yang tidak adalah
seperti orang yang hidup dengan yang mati. Hanya lidah yang selalu
bazah dengan zikir akan masuk surga dengan gembira.
Berzikirlah
dari selesai shalat subuh hingga dhuha dan shalat sunnat dhuha, maka
Allah SWT mengampuni dosa kita dan keutamaannya sama seperti haji dan
umrah sempurna. Bila malaikat yang sedang bekeliling menemukan hamba
Allah sedang berzikir, malaikat naik ke langit menemui Allah dan
melaporkan hambaNya itu. maka Allah mengampuni dosanya dan memasukkan
dia ke dalam surga.
Syaikh Yusuf Al-Makassari dalam kitabnya
'Nafhatussalaniyah filmanhatirrahmaniyah' berkata bahwa Zikir paling
mulia adalah 'la ilaha illallah'. selanjutnya pada tempat yang sama,
sebagaimana disunting oleh Abu Hamid ('Syeikh Yusuf Seorang Ulama, Sufi
dan Pejuang', Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994, h. 307): ''Berkata
sebagian sufi, jika yang berzikir itu dari kalangan pemula, maka makna
kalimat ini, bahwa tidak ada yang disembah secara hakiki, kecuali Allah.
atau dari ahli tawassuth (menengah) , maka maknanya, sebenarnya tak ada
yang dituntut dan yang dimaksud atau tak ada yang dicintai menurut
kesanggupan dalam maqam-nya kecuali Allah. kalau mereka dari ahli
nihayah, maka maknanya, sebenarnya tak ada maujud pada hakikatnya
kecuali Allah.''
Bahwasanya lam semesta tidak memiliki wujudnya
sendiri. Alam semesta menjadi wujud hanyalah karena pancara atau
bayangan Wujud Allah SWT. Hanya 'urafa saja golongan yang mampu menyibak
rahasia alam semesta dan menemukan bahwa segala realitas eksternal
bukanlah wujud. Hanya menjadi maujud dan maujudnya itu sekalian tiada
karena tanpa tajalli Allah padanya, dia menjadi ril. allah terlalu
agung. Tuada siapapun yang pat mengenalNya. kita hanya bisa menerangkan
Dia hanya melalui afirmasi negatif yakni bayangannya pada realitas.
Tahunya Allah tidak sama denga tahunya manusia: kita hanya bisa
menganalogika Tahu Allah dengan tahu kita, dan sejatinya segala SifatNya
tidak ada yang sama denganNya pada realitas ini. alam hanya
baganganNya, dan hanya melalui bayangan yang fana ini kita menjelaskan
dia. tiada yang menyerupainya apapun.
Realitas eksternal seperti
bayangan di dalam cermin. Hati manusia seperti cermin itu. hanya hati
yang bersing yang bisa menghadirkan bayangan dengan baik. Banyak alang
rintang untuk mensucikan hati. Pertama sekali adalah meluruskan niat.
Selanjutnya mensucikan jasad. Lalu mengamalkan semua ajaran syariat
hingga sunnah yang tidak muakkad. Lalu menyingkirkan segala sifat nafsu
dan kecenderungan duniawi. Jangan pula terjebak pada jerat yang banyak
orang tergelincir dari jalan salikin, yaki riya, takabbur dan sombong.
Islamic Cultural Centre, 19 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar