Link Download

Sabtu, 18 Agustus 2012

Defenisi Tan Malaka

Menurut Tan Malaka dalam 'Madilog' ''Pada bangsa Arab orang Barat berterimakasih, karena bangsa ini menyimpan dan memajukan kecerdasan Yunani'' (Jakarta:Pusat Data Indikator, 1999, h. 56). Tetapi statement ini perlu dikoreksi. Hampir semua penulis memang sering menggeneralkan warisan Timur Tengah kepada Eropa dalam bidang sains sering digeneralkan sebagai warisan Arab. Padahal
 orang Arab paling sedikit yang berkontribusi untuk sains. Mayoritas saintis muslim atau Timur Tengah justru mereka yang berkebangsaan Persia.
Sekalipun begitu, filosof Nusantara ini menyayangkan manusia, mereka berpikir setiap detik tapi tidak menguasai hukum berfikir itu sendiri. Karenanya, sumbangan putra Minang ini kepada manusia melalui 'Madilog' harus diapresiasi.
Tan mengemukakan (h.58) setidaknya sains dapat didefenisikan kepada tiga. Pertama adalah ilmu empiris, yakni cara berpikir akurat atau paham yang nyata. Kedua adalah sebagai penyusunan bukti. Ketiga adalah penyederhanaan dengan generalisasi (symplificatoin by generalisation).
Baginya, defenisi itu sendiri adalah sains. Defenisi adalah ''penetapan, pembatasan, pemastian'' (h. 58). Segala sesuatu ketika didefinisikan berarti telah dipertau dengan sesuatu lainnya (h.65). Setiap sesuatu itu seperti sebutir pasir. Dianya dihimpun menjadi kokoh oleh semen. Ketika kokoh, jadilah dia sains.
Dalam mendefenisi, terdapat lima syarat (h.61). Pertama tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit. Bila terlalu luas, maka dikhawatirkan maka pemahamannya masih kabur. ''Manusia adalah hewan'' masih belum mampu menerangkan ciri 'manusia'. Demikian juga bila terlalu senpit maka akan menghapus pemaknaan-pemaknaan lain. ''Manusia adalah hewan yang menulis puisi'' dapat menghapus kenyataan bahwa manusia juga menggambar, berhias mengemudi, dan lainnya.
Kedua, defenisi tidak boleh mengganti nama. ''Manusia adalah orang''. Itu namanya berputar-putar. Ketiga, harus memakai makna umum. Bila tidak dianya hanya dapat dipahami kalangan tertentu saja, tidak dapat dipahami orang kebanyakan. Keempat dalam mendefenisi tidak boleh memakai kata metafor. ''Penyair seperti ikan'', karena ikan juga dapat dimaknai untuk banyak perumpamaan lain.
Kelima, defenisi tidak boleh memakai kalimat negatif. ''Orang miskin bukan orang kaya'' karena ''orang kaya bukan orang miskin''; akan berbalik-balik saja tidak menjelaskan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar