Link Download

Sabtu, 30 Juni 2012

Ki Ageng Suryomentaran

Ki Ageng monolak arabisasi agama. Dia menerima Islam karena melihat banyak kesamaannya dengan ajaran prinsipil masyarakat Jawa. Sosok yang digelar ''Matahari Jawa'' ini berhasil menyatukan ajaran nenek moyangnya dengan agama terakhir ini.
Ki Ageng Suryomentaran adalah seorang mistikus jawa yang unik. Dia merasa semua yang dia lihat, dengan, rasa adalah Dia yang dicaci dan diminta. Hampir seluruh hidupnya dinisbatkan untuk yang ia caci dan ia puja. Sekalipun sibut bercinta dengan pujaan hatinya, Ki Ageng juga sangat peka terhadap kondisi lingkungannya. Dia malah mengorganisir pasukan untuk berperang melawan penjajah dengan membentuk pasukan Jelata. Ki Ageng juga begitu peduli dengan masa depan bangsa. Kepedulian itu ia realisasikan dengan membuat perkumpulan pemuda pelajar Taman Siswa.
Pemikiran Ki Ageng tampak mirip dengan Zarathustra dari Persia dan Krisnamukti dari India. Ajaran Ki Ageng berfokus pada penginsafan atau pengenalan diri. Diri dibiarkan menjadi siap untuk menerima oenyingkapan dari Yang Agung. Di sini diri dipasifkan dengan beberapa teknik supaya mampu menerima penyingkapan itu. Pengenalan diri ini merupakan syarat mutlak untuk mengenal Sang Kekasih.
Pada saat pengalaman mistiknya memuncak, pada suatu malam, Ki Ageng mengatakan dirinya tidak akan mati. Kalimat ini tampak aneh dalam pandangan objektif. Tapi bila dipahami lebih jauh, maka kita tahu bahwa kita mengaku hidup karena berkesadaran adalah prasyarat untuk hidup dan setelah badan musnah, kesadaran tidak ikut musnah. Maka berhentinya jantung atau kehancuran tubuh bukanlah petanda kematian. Kesadaran yang bersifat ruhaniyah malah memproduksi materi (jasad). Maka ketika jasad tidak lagi diproduksi, ruhani itu tidaklah mati.
Untuk mengenal dirinya, manusia harus melepaskan dirinya terlebih dahulu. Cara ini diperlukan agar diri, sang manusia bisa ditinjau tidak lagi secara subjektif, biar sang diri bisa dilihat apa adanya. Begitulah cara mengenal yang tepat.
Oleh beberapa kalangan ajaran Ki Ageng, sebagaimana ajaran mistis lainnya, dituduh sesat. Ia dituduh tidak percaya pada hari kiamat. Tapi saya kira tuduhan ini dilancarkan para teolog sebab alir pemikirannya dengan yang tampak dalam gambaran kitab suci berbeda. Mungkin dia melihat alam akhirat sebagaimana Ibn Rusyd melihat atau seperti kata Ali bin Abi Thalib: 'Seandainya tabir yang menutupi alam akhirat telah dibuka, keyakinanku tehadapnya tidak akan berubah''.
Bagi Ki Ageng, dan hampir semua mistikus, melakukan ibadah bukan seperi kuda yang menarik andong atau kerbau yang membajak sawah. Kita harus sadar dari diri dan bahkan ibadah itu menyatu dengan diri. Kebanyakan manusia memang menjalankan hukum Tuhan tanpa sadar betul dengan yang ia lakukan, yang dilakukan sebatas pewujudan doktrin dan rutinitas.
Penulis setidaknya mengamati tiga pokok bahasan yaitu (1) rasa batin, dari mana dia muncul dan hendak kemana dia mengarah atau diarahkan. (2) Mengenal diri dengan baik melalui proses latihan penuh kesabaran yang dijalankan mistikus-mistikus ternama terutama Ki Ageng Suryomentaran. Dan (3) menentukan keputusan untuk bertindak melalui kesadaran diri, bukan berdasarkan doktrin teks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar