Saya kenal Hegel melalui guru besar saya Sir Muhammad Iqbal
dalam karya besarnya 'The Reconstruction
of Relegious Thought in Islam'. Selanjutnya saya mencoba mengenal murid
Immanuel Kant ini melalui karya kecil Paul Stratern. Yang mengesankan saya
adalah sikap hormatnya yang begitu besar pada Kant. Dia selalu angkat topi
setiap keluar karya Kant. Pada masa hidupnya kondisi Jerman sedang tidak
stabil. Revolusi Prancil sudah menjalar hingga Prussia. Sekalipun begitu Hegel
pada beberapa sisi dia mendukung rovolusi ini.
Hegel adalah
pemikir besar. Saat saya sedang menulis ini, belum ada pemikir Barat yang lebih
besar sesudahnya. Pemikirannya dijadikan asas resmi Negara Jerman hingga saat
ini. Katanya, manusia seutuhnya adalah manusia yang mengabdi pada negaranya.
Menurut Hegel. Negara yang lebih baik adalah negara yang otoriter. Ini bukan
berarti dia mengabaikan pentingnya tugas negara untuk memberi ruang pada setiap
warganya untuk mengapresiasikan potensi mereka. Hegel mengatakan negara wajib
memfasilitasi warganya dalam mengembangkat bakat dan kemampuan mereka.
Salah satu kalimat
Hegel yang terkenal adalah: ''Mereka yang tidak mempelajari Sejarah akan
dipaksa mengulangnya''. Hegel lahir pada
1770 dan meninggal pada 1831. Pemikiran Hegel paling penting adalah mengenai
tesis-antitesis-sintesis. Setiap informasi ataupun wacana dijadikan sebuah
tesis, tesis ini dibenturkan dengan antitesis. Kombinasi kedua ini melahirkan
sintesis. Sintesis kemudian dijadikan tesis baru lagi. Demikian seterusnya.
Dengan cara seperti ini, sejarah terus bergerak hingga mencapai pengetahuan
absolut. Sayangnya, dalam realitas, yang absolut ini dikatakan Hegel adalah
revolusi Prancis.
Saya sendiri amat
yakin hingga tidak terlihat celah sedikirpun bahwa secara idea, Ide yang
Absolut itu adalah Kitab Suci Al-Qur'an. Sementara dari segi individu manusia
adalah Muhammad Saw. Dan dari segi gerakan sosial adalah pembukaan kota Mekkah.
Bila Selanjutnya setelah Absolut ini tercapai, maka selanjutnya adalah
riak-riak kecil. Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur'an, para nabi sebelumnya, dan
segala kondisi setiap sepeninggalan nabi-nabi adalah proses sintesis
tersebut. Kebesaran Dinasti Abbasiyah,
para filosof Muslim yang cemerlang dan karya karya para sarjana muslim yang
begitu mencengangkan, adalah riak riak kecil itu.
Ada pula, yang
mengait-ngaitkan Ide Absolut itu sebagai alam akhirat. Mengait-ngaitkan ini
dengan eskatologi Ibn Rusyd yang rasional itu menarik juga. Kita juga dapat
mengaitkan Ide Absolut tersebut dengan Yang Maha Mutlak. Dalam pemikiran dan
perenungan pikikiran kita, Yang Tunggal pasti akan ditemukan. Ada yang
mengkritik sistem Hegel, katanya bila salah satu atau kedua dari tesis dan
antitesi keliru, maka mustahil melahirkan sebuah sintesis yang benar. Tapi bila
cara pandang kita adalah teori kebenaran Ganda Ibn Rusyd, maka persoalan ini
terjawab. Lagi pula teori Hegel ini saya kira cuma sebuah sistem, jadi dianya
tidak perlu terburu-buru dikaitkan dengan isi dari sistem.
Hegel menolak
pernyataan Kant yang menganggap materi itu partikular, parsial, terpisah satu
dengan yang lainnya dan membaginya ke dalam dua belas kategori aksiden. Bagi
Hegel, segala hal yang ada itu berhubungam satu dengan yang lainnya, tidak
mungkin terpisah. Teorinya ini mirip teori kuantum yang baru dikenal pada abad
kedua puluh.
Filsafat Hegel
memang terlalu abstrak. Karena memang semakin abstrak sesuatu, semakin dia
mengandung misteri. Misteri-misteri inilah yang selalu mengundang rasa ingin
tahu orang setelahnya untuk menyingkap apa yang belum tersingkap dari pemikiran
tokoh besar ini. Konon ada yang mengatakan bahwa filsafat pasca Hegel hanya
berjuang untuk merobohkan filsafat kokoh yang dibangun Hegel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar