Link Download

Minggu, 22 April 2012

George Berkeley


George Berkeley (1685-1753) mengatakan materi sebenarnya tidak ada, dianya baru ada hanya karena adanya penglihatan oleh kita. Katanya semua sensasi eksternal hanyalah bentukan pikiran. Jadi menurutnya sensasi eksternal itu semuanya bentukan mental sehingga pandangan terhadap materi murni subjektif. Kita hanya menangkap sifat dari pada benda, maka hal-hal partikular di dunia eksternal itu subjektif adanya. Bagi Berkeley materi eksternal yang diamati dan potensi pengamatan yang berada dalam diri adalah satuhal, tidak terpisahkan.
    Gerak yang juga adalah sensasi di alam eksternal sehingga tampak berbeda bagi setiap pemersepsi tergantung posisi si pemersepsi. ''Selain ruh, semua yang kita ketahui dan bayangkan merupakan gagasan-gagasan kita sendiri'' kata Berkeley (Russel, 856). Kutipan ini membuktikan bahwa Berkeley sebenarnya percaya pada metafisika atau hal yang tak terinderakan seperti ruh. Menurut dia, perbedaan antara hal yang terinderakan dengan yang tidak adalah yang pertama bisa diingat sementara yang kedua tidak. Hal yang telah terinderakan katanya memberikan pengaruh tertentu. Tapi saya kira yang tidak terinderakan juga memberi banyak pengaruh: baik bagi objek yang dipersepsikan maupun sensasi yang terbentuk.
    Bahwa saya kira tidak ada peristiwa yang berdiri sendiri. Setiap objek yang diamati meniscayakan aksiden (yang dalam pandangan umum logika ada sembilan). Jadi setiap objek yang diamati tentunya meniscayakan penghubungannya dengan materi atau peristiwa lain di sekitarnnya supaya objek itu dapat dibedakan dengan objek lain. Hanya dengan pembedaanlah suatu objek dikenal dan selanjutnya baru menjadi persepsi.
   Benarkan roda kereta api tidak ada ketika saya sudah berada di delam kereka? Alasan kaum empirisme adalah karena tidak ada yang menjamin bahwa roda kereta api masih ada bila tidak seorangpun mengamati. Saya kira ini mudah saja sebab roda kereta bisa menjamin dirinya sendiri dengan bukti bahwa dialah yang bergerak sehingga membuat kita tiba di stasiun berikutnya.
   Tapi mana bukti seonggah batu di hutan masih terus ada bila tidak satu makhlukpun mengamatinya? Kalau bagi saya jaminannya adalah ketika langit masih tampak, kita masih ada berarti batu itu masih ada. Karena, seperti semua hal termasuk batu itu mewujud sebab adanya Energi yang menjadi pewujud daripada segala hal. Ilmu fisika modern akan menertawakan empirisme.
    Walaupun ada yang menyangkal, di sini katakan saja pikiran adalah substansi. Karena pemahaman dibentuk oleh akal secara murni. Tanpa pemahaman, mustahil memunculkan kesan. Kesan itu adalah pengenalan terhadap suatu objek. Suatu objek baru dapat dikenali setelah adanya pembedaannya dengan objek lain. Setelah sembilan aksiden masuk ke dalam sesasi barulah suatu objek dapat dikenali.  Dalam proses aksiden membutuhkan pemahaman terhadap masing-masing poin aksiden. Jadi kesan tidak hanya muncul pada saat pengenalan objek tapi sudah dari pengenalan setiap poin aksiden. Bila pengenalan poin aksiden itu tidak ada, mustahil bisa dibedakan dengan poin aksiden lainnya. Demikian seterusnya sampai kesembilan aksiden terkontruksi barulah sebuah pengenalan atas suatu objek bisa terjadi. Setiap proses pengenalan tiap poin aksiden adalah juga abstraksi dari pengenalan subpoinnya sub poin lagi. Demikian seterusnya. Karena itu, yang real adalah mental kita.
    Filsafat Islam yang mengakui adanya 'perkara sederhana' (basith atau simple) yang disebut sebagai ''sesuatu yang tak terdiri dari dan tak dapat diuraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (lihat, Misbah Yazdi 'Buku Daras Filsafat Islam'  Jakarta: Shadra Press, 2010, h. 205). Kalaupun harus diakui, maka 'basith' ini harus adalah mental itu sendiri.
    Pada suatu peristiwa bangun logikanya juga tidak jauh berbeda. Untuk mengenal suatu peritiwa kita harus mampu membedakannya dengan peristiwa lain. Dalam peristiwa hal ini jadi agak rumit sebab semua peristiwa meniscayakan gerak atau bila tidak, kausalitas. Bila menolak kausalitas maka kita harus menolak peristiwa. Bila Berkeley tidak menerima sesuatu yang tidak teramati, maka bila seseorang kemarin melihat sebatang pohon berdiri kokoh, lalu dia pulang dan kembali melihat pohon itu telah tumbang, maka angin kencang tadi malam tidak boleh dilibatkan sama sekali. Bila begini, maka tidak ada pemahaman apapun, yang ada hanya pengetahuan pada setiap peristiwa partikular, setiap peristiwa patiklar, adalah gabungan mental-mental. Mental ini adalah energi yang berasal dari Energi Universal. Maka di mana materinya, atau peristiwanya?   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar