Link Download

Senin, 19 September 2011

Semua Takdir Allah

Sebesar apapun usaha yang kita lakukan untuk merubah suatu ketetapan Allah, niscaya yang kita tuai adalah kesia-siaan. Lebih dari itu yang kita dapatkan adalah murka Allah karena kita digolongkan orang yang melawan kehendak Allah.

Kita perlu sadar bahwa Allah telah menentukan kadar atau potensi segala sesuatu. Karenanya mustahil sesuatu berlaku di luar batas potensi itu.

Belakangan muncul pemahaman bahwa manusia punya kemampuan menentukan nasibnya sendiri. Nasib yang mereka maksudkan adalah hasil dari usaha.  Golongan ini menyatakan manusia memiliki peran menentukan garis takdir adalah agar manusia tetap memiliki semangat dan tetap berusaha walau hasil yang dia peroleh saat ini tidak pernah menggembirakan.

Terlihat oleh kita paham seperti itu mengandung kebenaran, namun padahal paham itu telah menggeser akidah kita. Sebab setiap usaha untuk kebaikan terus saja jadi perintah wajib dan walau bagaimanapun akan memperoleh imbalan yang baik. Karena itulah Allah tidak menilai hasil usaha kita melainkan prosesnyalah yang dinilai.

Di samping itu, setiap tindakan purus asa, berpangku tangan atau putus harapan adalah sikap yang dilarang dan menuai dosalah si penyandangnya, meski hasil seburuk apapun yang dia tuai. Sebagaimana dalah perkara agama kita dilarang berputus asa setelah melakukan dosa sebesar apapun selain syirik dan tetap diperintah untuk terus beribadah dan melakukan taubat. Dalam perkara meraih rezeki maupun cita-cita kita juga dilarang menyerah dan terus diperintah untuk bangkit dan kembali brrusaha walau seburuk apapun hasil yang telah kita peroleh.

Tidak putus asa dan terus berusaha sebagai perintah harus menjadi pegangan kita karena irylah ibadah kita. Demikianlah akidah kita, bukan menganggap manusia punya peran menentukan takdir sebagai bekal semangat. Itu akidah yang sesat.

Salah satu bukti bahwa Allah telah menentukan tempat terakhirmanusia di akhirat adalah ketika dia di dunia, semakin dia tahu akan tanda-tanda kebesaran Allah, semakim merasa berat dia beribadah, semakin ingkar pula dia.

Dewantara (Krueng Geukuh), 17 Sept. 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar