Pernyataan Indonesia adalah sebuah negara yang dipaksakan tidak sepenuhnya benar. Alasan si pernyata itu karena dia melihat Indonesia adalah sebuah negara yang didirikan berdasarkan kesamaan nasib yaitu seluas wilayah yang dijajah Belanda.
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing memiliki watak yang berbeda-beda. Namun saya kira sebuah negara tidaklah didirikan berdasarkan kesamaan suku dan budaya. Sebuah negara sangat layak sebagai himpunan berbagai suku dan kebudayaan dan agama meski kita tahu bahwa lebih mudah mengatur sebuah negara yang rakyaknya terdiri dari satu suku dan agama yang sama.
Tapi tampaknya kesatuan suku itu menjadi tidak penting lagi. Yang menjadi faktor kekacauan sebuah negara pukan kemajemukan suku melainkan kemajemukan pola pikir. Globalisasi sebagai media pendukung kemajemukan pemikiran, dari beberapa sudut pandang menjadi faktor perusak tatanan sebuah negara.
Bagi negara-negara yang diatur oleh pajabat yang korup seperti Indonesia, kekacauan perlu selalu dipelihara supaya masyarakatnya terus-menerus sibuk dengan konflik sehingga tidak memiliki kesempatan mengembangkan potensi diri serta gagal ikut serta dalam kompetisi yang sehat. Dengan begitu, nepotsme dapat terus dijalankan para pejabat. Karena itu, sistem globalisasi adalah monarki terselubung.
Kota Juang, 15 Sept. 2O11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar