Link Download

Kamis, 15 September 2011

Rizki Berkah

Kata hikmah pertama 'Al-Hikam' mengingatkan manusia untuk tidak pernah lupa bahwa segala yang telah dicapai dan segala yang telah dimiliki adalah karena Allah semata' bukan karena sebab usaha kerja kerasnya.

Pernyataan hikmah Syaikh Atha'illah itu membuktikan bahwa dia adalah pengikut aqidah yang meyakini segala perkara yang berlaku hanyalah atas takdir Allah semata. Sementara manusia hanyalah selaku perantara takdir. Sebab hasrat dan keinginan manusia itupun adalah atas kendali Allah semata.

Bila meyakini Allah-lah yang menentukan segala perkara, maka tidak patut bagi si pembuat dosa untuk berputus asa dan berhenti beribadah seta urung bertaubat. Sebab Allah yang menentukan tempat pemberhentian insan di akhirat kelak. Tigas kita adalah senantiasa beribadah dan selalu mengharap yang terbaik dari-Nya.

Bila kita memiliki aqidah seperti ini' maka mudahlah masuk ke faham kita bahwa segala perkara yang telah kita peroleh adalah kehendak Allah. Bahkan kita perlu yakin bahwa timbulnya hasrat-yang baik baik ke dalam pikiran itupun adalah karunia dari Allah sahaja.


Hikmah kedua menegaskan pada kita bahwa Allah Maha Pengatur rizki telah menetapkan jalan rizki setiap hamba dari mana-mana datangnya. Bila seorang hamba telah ditakdirkan Allah menjadi da'i dengan melayani ummat' maka dia harus rela rizkinya dari para masyarakat yang membutuhkan penerangan lagi solusi atas masalah agama. Orang begitu tidak boleh melawan takdir dengan dalih tidak ingin mendapat rezeki dari belas kasih orang lalu bekerja serabutan sehingga menyita waktunya dan dia mensia-siakan amanah Allah dengan mengabaikan ummat yang membutuhkan pencerahan.

Bila alasannya adalah karena kekurangan, maka ketahuilah bahwa yang membuat kita mereka kekurangan adalah nafsu-nafsu yang bergentayangan di dalam pikiran. Nafsu oleh Allah senantiasa diperintahkan untuk meninggalkannya.

Demikian pula seorang kuli bangunan yang memperoleh rezeki dengan mencurahkan segenap tenaga hingga menyiksa badan. Dia tidak boleh melawan takdir dengan berpura-purah sakit atau lemas badan karena malas dan menganggap pekerjaannya lebih menguntungkan orang lain daripada dirinya. Dia harus bekerja dengan ikhlas dengan terus memupuk kesadaran untuk besyukur atas apa saja yang dia miliki termasuk kesehatan dan badan yang kekar.

Kita perlu memiliki kasadaran bahwa rezeki itu tidak hanya hasil kerja yang melimpah. Dipelihara dari bala dan musibah juga adalah rezeki yang terpelihara. Rezeki itu intinya adalah keberkatan, bukan keberlimpahan. Orang yang kaya adalah mereka yang paling sedikit keinginannya, bukan yang paling banyak hartanya.  

Nabi kita juga menegaskan bahwa salah satu jalan kemudahan rezeki adalah konsistensi pada satu jenis pekerjaan. Mereka yang konsisten seperti ini adalah orang yang tidak termasuk orang yang menganggap pekerjaan orang lain lebih enak dan lebih menguntungkan. Mereka tidak termasuk orang yang melihat rumput tetangga senantiasa lebih hijau.

Wallahu'alam

Samalanga, 15 Sept. 2O11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar