Dalam mimpi terindahku engkaulah kekasihku
Dalam khayal terbaikku engkaulah pasanganku
Dalam imajinasiku kita berdua menyusuri lembah dan bukit ini
Bermain bersama indahnya panorama alam
Di sana kita bernyanyi bersama burung-burung
Duhai darah punya kekuatan
Alangkah darah merangsang mimpi
Benarlah darah menyimpan gairah yang indah direlung sanubari
Masa di alam azali kita sunyi
Kanak-kanak kita bermain bersama
Saat itu kita belajar berimajinasi,merajut mimpi
Betapa banyak kesalahan Bangji, mohon maafkan Cut Abang ini.
Kini kita sama-sama telah mendapat mimpi kita
Di tengah-tengah kesibukan kita, apakah masih ada sedikit waktu menoleh kepada dua anak kecil bermain masak-masakan di dekat sumur
Menolehlah sekali lagi di mana sepasang bocah bermain perang-perangan
Kini kau harus menyusuri jalanmu sendiri
Mengabdilah pada suami
Bila ada penyembahan pada sesama makhluk
itulah suami
Saat penikahannya aku melekatkan tangan kananku pada pipi kanannya
Pada momen itu tersiarkanlah semua gambar tentang masa lalu kami berdua
Seketika itu terasa sepi, sunyi, sendiri, merana, rasanya lebih baik mati
Aku lari menyusuri orang-orang yang sedang ramai di pesta yang memilikan itu
Saat benar-benar dapat kupastikan bahwa aku sendiri, aku menangis sejadi-jadinya
The Islamic College, Jakarta, 10 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar