Link Download

Jumat, 27 Mei 2011

Sains dan Agama: Kritik atas Buku "Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporar dan Agama"

Tujuan pokok dalam buku  "Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporar dan Agama" karya Ian G. Barbour tidak dapat diterima dalam Islam. Artinya, tidak ada yang namanya 'integrasi' atau 'islamisasi' konsep-konsep dalam buku ini ke dalam ke dalam konsep -konsep Islam (atau teologi Islam). jadi percuma mengundang Armahedi Mazhar (memberi kata pengantar buku dimaksud) untuk "memasak daging babi menggunakan resep daging sapi" agar dapat dikonsumsi kaum muslim.


Kata Armahedi "Teologi hanya merupakan konstruksi intelektual manusia yang mencoba memahami pesan-pesan relijius para nabi. Dengan demikian kita harus berani menghadapkan teologi dengan sains dan membuat keduanya berkembang secara dialektis dan komplementer untuk memecahkan permasalahan ummat manusia yang ditimbulkan oleh penerapan sains yang semakin maju itu (h. 10)

Teologi Islam memang konstruksi akal kaum muslim. Sepanjang sejarah memang selalu berubah seiringperubahan kondisi pada setiap zaman. Bahkan terdapat puluhan aliran Teologi dalam Islam. Ini disebabkan pikiran manusia tidak sama.  Kaum muslim memang tidak pernah ragu menghadapkan sains dengan teologi(nya) karena konsep dasar teologi Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang tidak pernah bertentangan dengan sains. Bahkan kaum muslim tidak patut menghadapkan Al-Qur'an dan Sunnah dengan sains karena sains itu diinspirasikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Oleh sebab itu, Al-Qur'an menyemangati untuk meninjau kembali penemuan sains bila kiranya ada pertentangannya dengan Al-Qur'an sebab boleh jadi terdapat beberapa kekeliriuan penalaran saat mengkonstruksi sains.

Hal ini berbeda jauh dengan teologi Kristen.  Konteks ketakutan atau keraguan hingga melahirkan konsep 'harus berani' hanya terdapat dalam agama Kristen. Agama ini sejak awal memang telah mengandalkan dirinya pada perkembangan akal manusia (bukan teks Kitab sucinya).

Ketika agama Kristen ingin berekspansi ke Barat dari Yarussalem, agama ini harus menghadapi pemikiran-pemikiran para filsuf dari Yunani. Di sana, kitab sici Kristen harus berhadapan dengan filsafat yang merupakan hasil pemikiran manusia. Saat iti memang filsafat sedang sangat digemari. Hasilnya, agama Narrani yang murni dari Tuhan harus disesuaikan (direvisi)  agar sejalan dengan filsafat (buah pikiran manusia). Ini adalah syarat yang ditawarkan Barat dan diterima oleh Kristen supaya agama ini diterima.

Sejak itu tidak ada lagi yang namanya agama Nasrani yang murni. Kitab Injil telah dimodivikasi mengikuti akal pikiran manusia. Karena akal manusia sifatnya terus berubah, maka kitab Injil tidak dapat lagi diterima manusia karena kontradiksi denga realita aktual.

Ian G. Barbour yang merupakan ahli Fisika dan Teologi Kristen mencoba mencari kesamaan kembali antara agamanya dengan sains modern. Ini tidak lepas dari fanatisme agama, karis dan popularitas. Wajar, tidak ada orang yang ingin dikatakan agamanya sesat.

Agama Kristen terlambat menyadari bahwa akal manusia bersifat progresif, sementara wahyu itu tetap. Lihatlah agama-agama Timur seperti Budha, Hindu dan aliran Taoisme, mereka tidak terlalu sibuk dengan perkembangan akal sehingga tidak perlu menghadapai persoalanyang diterima Kristen sejak era Galileo Galileu, kini dan hingga kiamat dunia.

Bahkan nampak jelas kesesatannya ketika Armahedi merumuskan empat varian hubungan sains-agama yakni: konflik, independensi, dialog, dan integritas. Padahal konflok antara sains dan agama hanya dihadapai agama Kristen saja, alasannya seperti yang telah disebut di belakang. Masalah independensi adalah masalah yang lahir karena adanya konfik, dianya adalah bukti tidak adanya integrasi. Sementara islam dan sains salang membenarkan karena memang sain adalah manifestasi dari konsep agama.

Bila didialogkan, maka air dan minyakpun dapat ditemukan titik persamaan. Misalnya: minya dan air sama-sama kebutuhan manusia. Jadi apa yang dilakukan  Ian G Barber adalah akal-akalan.

Mizan Hendaknya mencerahkan ummat, bukan sebaliknya. Bayangkan bila yang mengkonsumsi buku ini adalah orang awam yang belum kritis pemikirannya. Siapa yang akan menanggung dosa akibat rusaknya akidang orang-orang? Jawabanny adalah siapa yang berkaitan dengan penerbitan buku ini. Sekian. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar