Dalam Al-Qur'an, Allah mewahyukan bahwa manusia diciptakan dari'alaq (Q.S. al-Alaq 2). Alaq artinya adalah sesuatu yang menempel. Di zaman mutakhir, manusia mengaitkan penemuan sains bahwa sperma yang masuk ke dalam rahim menempel pada dinding rahim. Dalam kondisi menempel tersebut sperma perprses sehingga menjadi janin bayi. Terminologi 'alaq tersebut dapat dibenarkan dalam menjelaskan asal manusia secara jasmani. Tetapi pemaknaan tersebut sama sekali tidak menerangkan asal manusia secara rohani. Padahal, untuk mengenal manusia secara benar, unsur yang lebih penting adalah unsur metafisiknya yakni jiwa. Jiwa manusia, sebagaimana disepakati Hamzah dan Sadra, adalah Ruh itu sendiri. (lihat, Muhammad Nur, ) Hubungan Ruh dan jiwa dipakai juga untuk menggambarkan kesatuan antara Sifat/Nama-Nama Allah dengan Dzat-Nya (Al-Attas, 1970). Lebih jauh dalam pandangan Mulla Shadra, Akal aktif itu adalah Ruh yang menyatu dengan Allah. kemenyatuan antara Ruh (manusia) dengan Dzat itulah yang juga disebut 'alaq, artinya, Ruh itu menempel pada Dzat Allah. Jalaluddin Rumi membuat analogi Ruh yang terpisah dari Dzat seperti seruling yang yang terpisah dari rumpun bambu. Seruling dalam terminologi Persia disebut dengan nawn. Kelompok sufi sering menamakan diri mereka sebagai syahr nawn karena mereka sadar bahwa mereka berasal dari Allah. Terminologi syahr nawn juga dipakai Hamzah untuk menyatakan dirinya mendapat ilmu hakikat.
Manusia adalah manifestasi dari Tuhan ke alam dunia. Sekaligus manusia diperintahkan untuk mempersiapkan bekal untuk kembali kepadaNya. Bekal yang dipersiapkan itu bukanlah materi dan pengetahuan atau skil untuk kepentingan material tetapi adalah pengetahuan yang dapat melahirkan kesadaran bahwa materi (konsep dan quiditas) adalah kefanaan dan semakin menjauhkan diri dari Tuhan. Pengetahuan payang penting adalah pengetahuan yang dapat melahirkan keadaran untuk membersihkan diri daripada ketertarikan terhadap segala macam quiditas. Karena itu pendidikan yang dimaksud dalam kajian ini bukanlah pendidikan untuk mempersiapkan manusia dalam rangka melaksanakan tugas-tugas di muka bumi dalam spesifikasi tertentu yang membutuhkan sistem pedoman atau kurikulum tertentu. Pendidikan yang dimaksud di sini adalah merumuskan teori tentak hakikat manusia, jiwa dan gerak jiwanya dalam proses naik menuju Tuhan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar