Link Download

Selasa, 22 Maret 2011

Korporasi dan Negara Demokrasi

Apakah keberadaan sebuah negara untuk melindungi rakyatnya dari apapun, tetapi tidak dari korporasi? Bukankan keberadaan sebuah negara, terutama yang menganut sistem demokrasi, adalah untuk memudah dan mengindahkan korporasi membunuh rakyat?

Membaca buku "Globalisasi:Jalan Menuju Kesejahteraan", karya Wolf saya melihat negara yang menganut sistem domokrasi adalah untuk memudahkan jalan perusahaan-perusahaan raksasa untuk menguasai dan seterusnya membinasakan perekonomian rakyat.

Sistem demokrasi adalah sistem yang lebih mudah dipengaruhi untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang melanggengkan penguasaan oleh korporasi. Dalam sistem ini, pengambil kebijakannya adalah lebih ramai dan dengan cara demikian debat retorika akan lebih alot dan pastinya hanya akan memenangkan mereka yang punya rasionalisasi yang lebih tinggi. Menyuap sebagan pengambil kebijakan dapat lebih mudah karena bagian-bagian tertentunya tidak saling berkaitan langsung. Dengan ini, negara demokrasi tidak punya satu kontrol yang paling berkuasa sehingga mekanisme evaluasi (dan pengambilan keputusan) menjadi tidak jelas.

Negara yang menggunakan sistem demokrasi berkata bahwa segalanya ditentukan rakyat. Namun pada kenyataanya segalanya dikendalikan perusahaan. Film "Tekken" mengilustrasikan sebuah dunia yang tidak lagi ada negara. Rakyat, militer dan segalanya dikuasai dan dikendalikan korporasi-korporasi. Korporasi-korperasi kecil akan dimakan korporasi besar sehingga yang tersisa hanyalah beberapa korporasi besar yang setiap saat selalu bertarung untuk saling menguasai dan menjatuhkan.Film ini mengisahkan bagamana hasrat akan kekuasaan dan kekayaan akan membuat mudah saja seorang anak membunuh ayahnya dan seorang ayah tega membunuh anaknya.

Dalam dunia yang dikuasai korporasi, rakyat tidak lebih sebagai bagian dari mesin yang tenaganya dipakai untuk terus menimbun kekayaan bagi para pemilik kekuasaan. Dalam dunia seperti ini, beladiri yang merupakan bagian daripada seni dipakai untuk menjadi sarana komersil. Para pegiat seni dijadikan tidak ada bedanya dengan sapi perah dimana bila tenaga dan kreativitasnya tidak dibutuhkan lagi, mereka akan dibuang begitu saja.Sistem seperti ini sebenarnya sudah lama berlaku di dunia terutama negara-negara demokrasi.

Sekarang kita dapat melihat bagaimana negara dan sistem negara tidak berdaya di hadapan korporasi. Lebih dari itu eksistensi sebuah negara demokrasi bertopang pada korporasi. Pemasukan negara sebagian besar dari pajak korporasi dan direktur-direktur korporasi menjadi penyokong penguasa. Selanjutnya, dengan sangat mudah penguasa menuruti keinginan korporat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar