Bukankah indah kita dengar nama nama orang
Aceh. Nama-nama mereka banyak dicantumkan di dalam Al-Qur'an karena diambil
dari nama-nama rasul. Selain itu banyak juga dari nama sahabat-sahabat Nabi Saw
dan dari gelar-gelar terhormat dalam tadisi-tradisi Islam.
Nama Mukhtar mungkin diambil dari nama pejuang besar dalam sejarah Islam
yang syahid karena teguh membela menantu Nabi Saw. dalam menegakkan kebenaran.
Mukhtar mengambil keputusan berhenti sekolah pada kelas empat sekolah dasar,
bukan karena malas belajar, tetapi karena mengambil sebuah keputusan. Dia
memutuskan untuk membantu ibu dalam menghadapi kesulitan ekonomi dengan
mengikut tim panjat kelapa di kampungnya. Dengan mengikut tim panjat kelapa,
berarti dia harus belangkat pagi ke kebun-kebun yang jauh dari rumahnya. Tetapi
malam hari Mukhtar tetap pergi mengaji sebagai yang telah ia jalani sejak
sebelum masuk sekolah. Mukhtar alim dalam pelajaran agama. Dia juga baik dalam
membaca Al-Qur'an, arab melayu dan kitab gundul. Bahkan dia mengetahi arti
kitab gundul. Kelebihan ini yang membuat dia sempat mengajar mengaji di desa
selama dua tahun sebelum dia ke Lhokseumawe untuk bekerja.
Di
Lhokseumawe, Mukhtar tidaklah berpenghasilan banyak. Dia perlu makan tiga kali
sehari, ongkos dari kontakan ke tempat bekerja dan beberapa keperluan lainnya. Ibunya
tinggal sendirian di kampung. Jarak dari desa Mukhtar dan Lhokseumawe adalah
tujud puluh kilometer. Mukhtar tidak dapat pulang sering-sering walau jarak
seperti tersebut. Selain akan menghabiskan semua penghasilannya, sering-sering
balik kampung akan menghabiskan dia punya uang.
Ibu Mukhtar namanya Sarti. Dulu dia bekerja sebagai buruh tani. Dia
menerima upah persen padi setiap kali panen. Berasnya cukup untuk kebutuhannya
sendiri. Sebagai teman nasi Sarti bisa memetik daun kangkung di rawa-rawa atau
dari daun ubi di belakang rumah. Untuk lauk Sarti mengkonsumsi ikan asin atau
ikan tongkol kering yang sudah dijemur bernama kêumamah. Kedua lauk itu
biasanya dibeli banyak-banyak saat Sarti mendapat kiriman uang dari Mukhtar.
Lauknya bisa tahan hingga beberapa bulan karena hanya dimakan sendiri. Tetapi
kini Sarti tidak lagi bisa menghasilkan beras sendiri. Karena Soeharto jatuh,
banyak rakyat kecil menjadi kelaparan. Irigasi tidak ada lagi yang peduli. Maka
Mukhtar harus bekerja semakin gigih untuk ibunya.
''Ya
Allah, Engkau akan membunuh kami bila bukan Prabiowo presiden kami.'' Doa Sarti
pagi dan petang hari.
Doa
Sarti bukan tidak beralasan. Hanya Prabowo yang peduli petani. Hanya Prabowo
yang akan membuat seseorang akan siaga lagi di bendungan yang kini sudah mati.
Sawah akan basah lagi. Sarti akan dapat kerja lagi. Dengan itu Sarti akan bisa
menimang cucu sebab bila nanti bukan Prabowo presidennya, Mukhtar tidak akan
pernah berpikir kawin karena akan sibuk mencari uang untuk kebutuhan ibu.
''Haram surga bagi yang abaik pada ibu.'' bisik Mukhtar pada teman di
meja sampingnya.
''Tetapi surga bukan milik ibumu.'' jawab temannya.
Belum sempat Mukhatar membalas temannya, seseorang menyapa. Dia melayani
dengan baik. Sambil dia bekerja, dia sering mengajak mereka berbicara. Dia
mampu memberi solusi-solusi cerdas kepada orang orang yang menggunakan jasanya.
Dia begitu baik pada semua yang datang datang kepadanya. Mukhtar memang sering
menggiring pembicaraan kepada masalah yang dihadapi tamunya. Para pengunjungnya
tanpa sadar telah mendapatkan banyak hal darinya sementara tugas Mukhtar telah
usai. Orang-orang tercengang dibuatnya.
Bagi teman-teman di sekitar meja Mukhtar, dia terlalu berlebihan. Tentu
saja bukan kerena mereka iri kepada dia. Tetapi Mukhtar punya alasan. Dan dia
yakin.
''Mereka yang datang kepada bukan orang-orang sembarangan. Mereka adalah
orang yang tangguh.''
Teman-temannya semua tertawa.
''Aku
tidak tidak pernah melihat Superman atau Hasan Tiro datang ke gang ini.'' jawab
salah seorang.
Mukhtar tersenyum.
''Semua tamu kita adalah orang yang tidak suka lari dari masalah.''
Beberapa temannya diam tidak mengarti. Beberapa hanya sisa senyum dari
tawa tadi, tidak peduli. Lelucon apa lagi ini, pikir mereka.
''Mereka tidak lembaru alias lempar beli baru. Mereka adalah orang yang
tidak pernah putus asa.''
''Karena mereka tidak punya uang.'' suara datang entah dari siapa.
''Karena mereka berpikir. Mereka yakin sesuatu yang masih bisa
diperbaiki harus diperbaiki.''
Teman-temannya sudah tidak terlalu peduli. Mukhtar terlalu serius.
Padahal mereka sedang di warung kopi. Ada dua tempat yang tidak boleh terlalu
serius yakni di kamar mandi kecuali saat niat mandi junub dan warung kopi
kecuali saat kopi panas menyentuh lidah dan tenggorokan. Tetapi tampaknya teori
ini akan segera disanggah oleh mereka yang pernah punya pengalaman tidak lulus
ujian nasional.
Sepatu yang sobek itu seperti negara Indonesia. Ketika Soeharto turun,
Indonesia terkoyak. Tetapi ketika disol, sepatu menjadi semakin kuat. Demikian
juga keyakinan Mukhtar. Dia yakin suatu saat seseorang yang punya prinsip
teguh, peduli dan tangguh akan mensol kembali Indonesia. Karena setiap hari
membaca Serambi Indonesia, dan dia paling suka rublik politik, maka dia yakin
tidak ada yang lain selain Prabowo. Dia melihat Prabowo sama seperti dirinya.
Bukan karena sama-sama berdarah Jawa, tetapi karena sama-sama punya bakat
sebagai tukang sol. Bedanya adalah dirinya sebagai tukang sol sepatu dan dia
yakin Prabowo akan menjadikan Indonesia kembali tangguh.
Tradisi yang tidak pernah ditinggalkan Mukhtar adalah membawa pulang
kalender setiap menjelang pergantian tahun. Ibunya sangat senang. Setiap
mendapatkan kalender, Surti selalu bersyukur pada Allah kerena usianya masih
diberi. Dia juga selalu mempersiapkan diri bahwa itulah kalenderterakhir
untuknya. Kalender itu adalah surat dari Allah kepadanya, bahwa dia masih belum
diizinkan bertemu suaminya, Soemargono yang meninggal saat Mukhtar masih di
dalam perutnya. Soemargono meninggal di markas para pejuang independen Aceh
akibat menolak pindah. Semua transmigran dari pulau Jawa diusir dari pedalaman
Aceh saat itu.
''Padahal kehadiran orang-orang Jawa di sini semakin membuat ekonomi
orang Aceh semakin baik.'' keluh Surti pada Mukhtar.
''Benar Bu. Padahal Bapak Soeharto beriktikad baik supaya seluruh
masyrakat Indonesia sejahtera. Transmigrasi sejatinya adalah amanah Pancasila.
Allah juga tidak ridha bila presiden menzalimi rakyat. Pak Harto berjalan di
jalan Allah.''
Mukhtar mengucap dengan yakin, perlahan dan hati-hati kepada ibunya:
''Tenang saja Ibu. Bersabarlah. Doakan Prabowo. Menjadi prsiden kita.
Dia akan membuat Indonesia kembali makmur, damai dan sejahtera.''
Sejak itu Surti selalu berdoa kepada Allah semoga Prabowo menjadi
presiden RI.
Mukhtar
sering mengatatakan pda teman-temannya bahwa hanya Prabowo yang layak menjadi
nahkoda perahu Indonesia. Beberapa temanya, yang padahal mereka selalu
didatangi orang-orang yang optimis dan tidak putus asa karena mereka tukang sol
sepatu juga, mengatakan bahwa Mukhtar mendukung Prabowo karena dia tertari
dengan nama tokoh itu: identik dengan nama orang Jawa.
Padahal Mukhtar tidak pernah mau disebut sebagai orang Jawa. ''Aku orang
Aceh, mengakar hingga ke nama. Namaku Mukhtar.''
ICC Jakarta, 6 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar