Budhi Prianto dalam 99
Peristiwa Menakjubkan Bukti Kekuasaan Allah mencerikatan seratus kurang
satu peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dan sangat menakjubkan. Salah
satu peristiwa yang sangat menarik bagi saya adalah hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa migrasi burung bukan karena musim tetapi karena
waktu. Waktu tersebut disebut waktu tubuh. (h. 130-131) Saya yakin dan
sadar maksud waktu tubuh ini persis
seperti diri saya yang terus gelisah, darah eolah marah-marah, otot-otot
meronta ronta bila waktunya tiba. Keresahan tubuh ini baru reda setelah
saya shalat dengan baik karena memang mintanya adalah shalat.
Buku terbitan Zaytuna, Jakarta tahun 2011 ini juga menampilkan banyak
peristiwa lain yang begitu memberi ketertarikan kepada saya. Diantaranya
tentang tumbuhan yang menurut simpulan ilmuan memiliki jiwa .(h. 74-75)
Ilmuan melakukan penelitian pada tanaman alba dan menemukan
sensitivitas dan karakteristik tumbuhan itu seperti hawan saja. Tetapi
refleks dan kecepatannya seperti kereta api. Namun dia tetap saja pohon
yang tidak boleh putus dari tanah. Simpulan ilmuan adalah membenarkan
para filosof. Filosof aliran manapun mengakui semua makhluk memiliki
jiwa, bahkan batupun juga begitu, apalagi pohon. Tanaman alba dapat saja
disebut jembatan antara tumbuhan dan hewan. Padahal ada makhluk yang
manusia sama sekali tidak mampu memastikan dia tumbuhan apa hewan. Apa
yang saya tuliskan tentang 'Tatapan Matamu di Ranah Minang' pada
'Garudaku Tangguh' bukanlah bualan.
Dalam buku yang memiliki
tebal 164 halaman ini juga menceritakan tentang keistimewaan air
zam-zam. Seperti yang dikutip dari sebuah hadits yang perawinya tidak
populer, disebutkan bahwa air zam-zam adalah air suggesti. Maksudnya,
bila dia diminun dengan niat menghilangkan dahaga, haus hilang. Kalau
mengharap kenyang setelah minum air ini, maka anda kenya. Si sakit akan
sembuh bila berharap sembuh setelah minum air yang dikatakan dari
tekanan tumit Jibril. Sementara saya sendiri sedang kurang enak badan,
belum sarapan dan haus pula. Karena zam-zam adalah air suggesti, maka
seharusnya tidak perlu hadir di hadapan dan meneguknya, dia tidak
dihadapan dan disuggestikan di hadapan lalu disuggestikan diminum.
Ternyata memang benar, badan saya langsung segar, langsung kenyang dan
dahaga hilang. Saya tidak tahu apakah keajaiban ini karena terlalu
berlebihannya suggesti saya, atau memang air ajaib itu yang memberi
suggesti. Tetapi tampaknya lebih baik menganggap karena yang saya
suggesti adalah zat yang juga punya suggesti.
Kawan saya pernah
mengatakan alasan air zam-zam bisa ada ditengah gurun pasir adalah
karena makkah adalah pusat bumi. Dengan itu dia memiliki daya grafitasi
bumi yang baik. Dengan itu dia dapat menghimpun ai-air dari mana saja di
dalam perut bumi. Dengan komposisi kandungan tanah yang baik, maka
dapatlah disaring itu air dengan
Awalnya saya berestimasi buku
yang memiliki rupa menarik ini hanyalah kumpulan tulisan murahan yang
pengarangnya tidak perlu bekerja keras tetapi cukup mengumpulkan
tulisan-tulisan di koran dan internet, lalu mengalih bahasakannya.
Tetapi apa boleh dikata, ''kumpulan tulisan murahan'' persembahan
Zaytuna perlahan seperti hujan lalu menjadi banjir yang membuat saya
kelelep tak bisa lagi mengatur nafas dengan baik. Saya seperti tenggelam
dan dimainkan oleh ombak fenomena-fenomena mencengangkan. Pepatah
''Jangan menilai buku dari sampun'' benar-benar sedang menikam saya.
Bahkan saya menjadi tidak berani menilai sebuah buku sekalipun telah
khatam berulang-ulang. Dan saya pikir yang benar adalah buku itu sendiri
yang lebih berwewenang menilai kita.
Berpetualang di
dalam buku ini membuat kita air yang perlahan naik ke langit, semakin
tinggi, dada semakin sesak.: setelah itu hujan. Saya sendiri menangis.
Terserah teman-teman: karena bukunya, atau saya sendiri sebagai pembaca
yang rapuh.
Mengenai banyaknya benda yang membentuk lafadz Allah
pada halaman-halaman terakhir tidak terlalu membuat saya tertarik.
Bentuk itu sangat simpel. Jadi wajar saja banyak benda berbentul lafadz
itu: telinga bayi, kulit buah, awan, kobaran api, ombak di pantai, pohon
kaktus, dan lain sebagainya. Kalau lafadz tersebut dapat mengetuk hati
manusia, itu baik baginya. Namun bila lafadz itu menjadi standar iman,
syirik hukumnya. Saya bertanya: kalau saja tiba-tiba muncul awan
bertiliskan:'Muhammad penipu', apakah kita semua akan ke kantor
kelurahan untuk memperbaharui KTP, mengganti tulisan: 'Agama: Islam'.
terdapat beberapa peristiwa yang diragukan keabsahannya oleh
masyarakat. Seharusnya penulis buku ini sedikit mengulas beberapa
fenomena yang telah menjadi kontrofersi. Saya khawatir, kalau saja
ternyata peristiwa-peristiwa kontrofersi tersebut keliru, maka penulis
penulis buku dianggap ikut terlibat menyebar kebohongan.
02-01-'13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar