Siapa yang tidak iba melihat alat pertahanan militer Indonesia. Tetapi seseorang yang mengerti tentang jantung negara kepulauan ini akan punya perasaan lain dari itu, atau malah iba yang lebih mendalam?
Sebenarnya Indonesia sudah bisa memiliki alat pertahanan yang baik, bahkan kreai putra-putri bangsanya sendiri. Tetapi karena ada yang iri, mka kita dibuat lemah melalui sisten ekonomi global. Akibatnya kita tidak bila lagi berkarya untuk diri sendiri. Padahal sebelumnya karya kita ini telah dapat dinikati bangsa-bangsa lain.
Ketika Indonesia memproduksi pesawat sendiri menjeang penghabisan abad ke-duapuluh, maka negara,egara yang telah maju begitu resah sebab kehilangan mangsa pasar dari negara besar ini. Makanya segala upaya dilakukan untuk menghentikan kreativitas kita.
Unuknya, seorang pemmpin yang ingin membuktikan dia bukan ingin menjadi diktator, tetapi murni sebagai ayah bagi semua rakyatnya, digulingkan dengan tidak terhormat. Suharto telah mampu menjadi pemimpin ideal ketika dia berhasil memfasilitasi potensi gemilang anak bangsa untuk dinikmati semua rakyat. Tetapi kita silap dan menganggapnya buruk lalu tanpa pertimbangan yang menyeluruh, seta-merta dia digulingkan dengan cara yang tidak beradab.
Setelah dia turun, rakyat Indonesia terlempar ke masa ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya. Dalam era yang disebut 'reformasi', dengan anggapan sebagai awal kebangkitan, ternyata reformasi seperti bulu babi: dipandang indah, bila tersentu memberi luka dan perih.
Kini kita memakan tanaman orang, memakai pakaian hasil sulaman bangsa lain. Kita telah menjadi budak kembali.
Sebenarnya Indonesia sudah bisa memiliki alat pertahanan yang baik, bahkan kreai putra-putri bangsanya sendiri. Tetapi karena ada yang iri, mka kita dibuat lemah melalui sisten ekonomi global. Akibatnya kita tidak bila lagi berkarya untuk diri sendiri. Padahal sebelumnya karya kita ini telah dapat dinikati bangsa-bangsa lain.
Ketika Indonesia memproduksi pesawat sendiri menjeang penghabisan abad ke-duapuluh, maka negara,egara yang telah maju begitu resah sebab kehilangan mangsa pasar dari negara besar ini. Makanya segala upaya dilakukan untuk menghentikan kreativitas kita.
Unuknya, seorang pemmpin yang ingin membuktikan dia bukan ingin menjadi diktator, tetapi murni sebagai ayah bagi semua rakyatnya, digulingkan dengan tidak terhormat. Suharto telah mampu menjadi pemimpin ideal ketika dia berhasil memfasilitasi potensi gemilang anak bangsa untuk dinikmati semua rakyat. Tetapi kita silap dan menganggapnya buruk lalu tanpa pertimbangan yang menyeluruh, seta-merta dia digulingkan dengan cara yang tidak beradab.
Setelah dia turun, rakyat Indonesia terlempar ke masa ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya. Dalam era yang disebut 'reformasi', dengan anggapan sebagai awal kebangkitan, ternyata reformasi seperti bulu babi: dipandang indah, bila tersentu memberi luka dan perih.
Kini kita memakan tanaman orang, memakai pakaian hasil sulaman bangsa lain. Kita telah menjadi budak kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar