- Pulang mudik memang diinginkan setiap orang. Sesulit apapun perjalanan ditempuh, sebesar apapun pengorbanan dilakukan. Tapi tampaknya tak ada perjalanan yang lebih sulit daripada perjalanan kami. Tidak pernah ada pengorbanan yang lebih besar daripada pengorbanan kami.Dalam khayalan, kuharap pulang dengan naik kapal laut bisa mendekati nikmatnya naik kapal pesiar. Ya, obsesiku perjalanan ini bisa senikmat wisata dengan Costa Concordia atau Oasis of Ocean. Tapi ternyata obsesi sebatas tinggal dalam imajinasi. Realitas yang terjadi justeru sebaliknya.
Kapal yang kami tumpangi sering mogok di tengah perjalanan. Seharusnya pelayaran enam hari dari Tanjung Priuk, bisa sampai Malahayati. Tapi ini sudah seminggu lebih, pulau Sumatra saja belum kunjung terlihat. Ini tentu membuat para pemumpang risau, apalagi kami yang tujuan perjalanannya ke ujung pulau, Banda Aceh.
Kami tidak punya pilihan lain, para penumpang laki-laki dewasa, bila kapal mogok, mesinnya mati, kami terjun ke laut. Lalu mendorong kapal dari belakang. Kadang kadang sampai setengah jam baru mesin nyala kembali. Baru kami ditarik kembali ke dek.
Tampaknya bila menteri perhubungan mengetahuu perjuangan kami, besok pagi dia akan memanggil kami ke kantornya dan segera memberikan mendali penghargaan. Tetapi, kami semua penumpang laki-laki telah bersepakat untuk menolak mendali dari Menteri. Kami hanya akan menuntut besok sore sudah dimulai pembangunan jembatan penghubung Jawa-Sumatra.
Minggu, 22 Juli 2012
Pada Kapal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar