
2. Sebuah proposisi lebih baik adalah yang lebih lebih spesifik sehingga bila dihadapkan pada proposisi lain yang juga spesifik akan menghasilkan sebuah silogisme yang kokoh.
3. Terda
pat
tiga bentuk predikasi yakni wajib, mustahil dan mumkin. Yang pertama
keberadaannya mutlak, musti ada. Kedua keberadaannya mustahil dan yang
ketika keberadaannya menjadi ada bila di spesifikasi.
4. Dengan perjalanannya di dalam akal, intelek menetapkan tiga hukum. Pertama adalah hukum niscaya, kedua adalah hukum mungkin dan terakhir adalah hukum mustahil.
5. Intelek punya hukum alamiah membuat konversi. Konversi adalah menukar predikat menjadi objek dan menjadikan objek mnjadi presikat. Konversi baru benar bila aturan silogisme tidak dilanggar. Misal koversi yang benar: ''Sebagian manusia adalah binatang''; misal konversi keliru: ''Sebagian manusia adalah guru, sebagian guru adalah manusia''.
6. Silogisme harus dari dua premis, tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Silogisme terbagi dua, silogisme disjungtif dan silogisme hipotesis. Silogisme disjingtif yaitu proposisi yang meniscayakan propisisi lain (mis, 'atau') dan silogisme hipotesis yaitu antar proposisi mampu membentik sebuah proposisi baru.
7. Dalam membuat negasi, antara proposisi afirmatif dengan relasi pemositifan harus dibedakan. Yang pertama, negasi tidak dapat diterapkan pada objek yang non eksisten. Dan yang kedua negasi boleh pada objek yang non eksisten. Perbedaan ini hanya berlaku bagi prorosisi-proposisi spesifik.
8. Kontradiksi hanya berlaku pada dua propisis yang setara. Pada sebuah genus, kontradisi tidak akan berlaku dengan suatu kategori khusus. Dalam proposisinya tidak boleh berkumpul dua kemungkinan. Kontradiksi hanyalah soal positif dan negatif.
4. Dengan perjalanannya di dalam akal, intelek menetapkan tiga hukum. Pertama adalah hukum niscaya, kedua adalah hukum mungkin dan terakhir adalah hukum mustahil.
5. Intelek punya hukum alamiah membuat konversi. Konversi adalah menukar predikat menjadi objek dan menjadikan objek mnjadi presikat. Konversi baru benar bila aturan silogisme tidak dilanggar. Misal koversi yang benar: ''Sebagian manusia adalah binatang''; misal konversi keliru: ''Sebagian manusia adalah guru, sebagian guru adalah manusia''.
6. Silogisme harus dari dua premis, tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Silogisme terbagi dua, silogisme disjungtif dan silogisme hipotesis. Silogisme disjingtif yaitu proposisi yang meniscayakan propisisi lain (mis, 'atau') dan silogisme hipotesis yaitu antar proposisi mampu membentik sebuah proposisi baru.
7. Dalam membuat negasi, antara proposisi afirmatif dengan relasi pemositifan harus dibedakan. Yang pertama, negasi tidak dapat diterapkan pada objek yang non eksisten. Dan yang kedua negasi boleh pada objek yang non eksisten. Perbedaan ini hanya berlaku bagi prorosisi-proposisi spesifik.
8. Kontradiksi hanya berlaku pada dua propisis yang setara. Pada sebuah genus, kontradisi tidak akan berlaku dengan suatu kategori khusus. Dalam proposisinya tidak boleh berkumpul dua kemungkinan. Kontradiksi hanyalah soal positif dan negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar