Segala sisi dari Immanuel Kant adalah menarik. Gaya hidupnya
unik, epistemologinya luarbiasa, pemikiran etikanya lain sekali. Melalui banyak
karikaturnya kita dapat mengetahui bahwa badannya lebih kecil dibandingkan
orang Jermal kebanyakan, dahinya lebar dan gaya rambutnya mengikuti tren masa
itu.
Kata kaum intelek,
kalau saja Kant tidak ada, maka seluruh intelektualisme Barat tidak akan
sebesar yang ada saat ini. Hume telah berhasil membunuh semangat intelektual
dan keilmuan Eropa dan menyeret mereka ke jalan skeptis dan romantis. Tapi Kant
berhasil menggugurkan paradigma itu dengan kritik-kritiknya yang meyakinkan.
Hal lain yang
tidak kalah menarik dari pemikiran Kant adalah pandangannya tentang etika.
Menurut dia, etika tidak boleh berorirntasi pada apapun dan tidak boleh
bardasarkan pandangan-pandangan teologis. Saya mencoba membaca di balik
landasan pemikiran kant ini: dia tampak terpengaruh oleh pandangan kaum
romantis namun tidak mau sepenuhnya menurut. Dia juga tidak sepakat dengan
norma-norma dalam teori Kristen.
Pandangan Kant ini
terlalu beraroma teori kuantum modern. Dia ingin mengatakan bahwa setiap
tindakan manusia harus mengikuti irama alam yang syahdu sebab manusia menjadi
bagian dari alam itu sendiri. Jadi hukum etika yang harus dipatuhi adalah
keseimbangan dan kesejalanan dengan energia alam. Mengikuti ini adalah mutlak.
Seorang raja
mengumumkan kepada rakyatnya supaya nanti malam setiap orang membawa sesendok
madu dan diletakkan di dalam sebuah guci di atas sebuah puncak bukit. Seseorang
berfikir untuk mengisi sendoknya dengan air saja. Toh, tidak akan ada yang tahu
dan hanya sesendok air tidak akan terlihat pengaruh apapun untuk seguci madu.
Bagi Kant, tindakan satu orang ini tidak dapat dibenarkan: bagaimana kalau
semua orang berfikir seperti itu, pasti isi guci hanya air semua.
Bila tindakan
seseorang itu dibiarkan, maka tanpa diketahui dia telah menzalimi semua yang
lain. Penzaliman yang dilakukan tidak semata pada madu di dalam guci nanti tapi
juga yang lain membawa madu tapi dia (enak-enak saja) cuma bawa air. Jangankan
monoritas menzalimi mayoritas, bagi Kant, kebebasan mayoritas sekalipun tidak
boleh mengganggu kebebasan minoritas.
Kant mengusulkan
supaya negara-negara bebas bersatu supaya terwujudnya perdamaian dunia.
Menurutnya pada setiap negara, eksekutif dan legislatif harus dipisahkan. Dia
mengatakan sistem monarki itu mutlak supaya kedamaian dalam negeri dapat
diwujudkan.
Ruang dalam pandangan Kant adalah, setidaknya, mirip dengan
'badhihi' dalam konsep filsafat Islam. Ruang, disebut
Kant adalah 'a priori'. Ruang itu
baginya adalah bekal untuk melakukan konfirmasi dengan alam eksternal.
Sejauh yang saya
pahami melalui Russel, konsep ruang Kant ini, sama seperti konsep badhihi filsafat Islam, tidak bisa diterima kaum
empiris. Semua kemungkinan terjadi yang diyakini pasti terjadi sesuai yang
diyakini, meskipun tidak pernah melenceng, mustahil terbentuk tanpa modal
pengalaman empiris. Saya sendiri, bila sedang berfikir, bila melepaskan atribut
keyakinan, akan lebih cenderung tidak sepakat dengan kinsep Kant dan kaum
rasionalis, sekalipun kepastian terjadinya sering membuat saya tidak bisa
menolak argumen Kant dan filsuf Muslim ini. Saya tidak mempercayai kaum
rasionalis, tapi saya tidak bisa menolaknya.
Bagi Kant, waktu
adalah elemen daripada ruang. Ini berarti bagi Kant, Ruang itu lebih
substansial daripada waktu. Ini memancing saya untuk membuat gambaran bahwa
Ruangnya Kant itu adalah Tuhan sementara waktu adalah energi potensi segenap
makhluk yang intensitas serta kapasitasnya relatif;maka pastinya
subjektif.
Banyak orang salah memahami filsafat
Kant, atau banyak orang yang menggunakannya untuk kepantingan tertentu,
sehingga kita memberi nilai yang salah bagi pemikirannnya. Filsafat Kant,
utamanya teorinya tentang 'ruang' tampak disalah pahami oleh banyak orang. Dan
kalau boleh mereka-reka, Russell sendiri juga begitu. Kata 'ruang' yang dipakai
Kant membuat orang terburu-buru mengasumsikan atau menghubung-hubungkannya dengan
ruang yang dimaksud pada alam eksternal. Ruang yang dimaksudkan Kant sebenarnya
bukanlah konsep melaikan Ruang dalam pengertian metafisis murni. Ruang ini,
sekali lagi, adalah semacam badhihi alam
filsafat Kant.
Para pemikir
Barat yang rasionalis dan empiris kurang dapat memahami arah pikiran Kant yang
kedalamannya melampaui intelektualisme Barat. Alam pikir Kant hampir mencapai
pola pikir para filsuf muslim yang mengkaji Wujud sampai sedalam-dalamnya.
Hegel, ketika banyak mengambil manfaat dari alam pikir Kant, terpaksa
menyusunnya dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol Hegel
inilah yang secara kasar dipaksa seretkan oleh Marx ke ranah prakris.
Seumur hidupnya, Immanuel Kant tidak pernah pergi lebih jauh
dari 60km. (Orang yang tidak pernah berjalan jauh sanggup memikirkan konsep
persatuan negara-negara adalah sangat lar biasa.) Dia amat sayang pada ibunya
meskipun akhirnya berpisah dengan keluarganya dan tidak penah mahu kembali.
Katanya, ibunya sangat jenius. Tapi dia tidak mau membesar-besarkan itu sebab
tidak ingin ayahnya tampak bodoh.
Semasa kecilnya,
Kant sering diajak ibunya menikmati bintang-bintang dilangit dan saat itu
ibunya suka berbicara tentang moral padanya. Satu kalimat dari Kant yang tidak
pernah ia lupakan dan ini diispirasikan oleh ibunya berbunyi:
''Langit yang dipenuhi cahaya bintang dan
hukum moral yang ada dalam diri kita akan senantiasa mengisi pemahaman kita
dengan sesuatu yang baru dan semakin baik bila kita mau secara lebih sering dan
terus-menerus merenungkannya''
Kalimat ini
setidaknya mengispirasi Kant menyusun segenap karyanya terutama tentang etika
dan epistemologi. Epistemologi Kant dalam 'Critique
of Pure Reason' benar-benar
menyembuhkan lagi Eropa dari romantisme dan serangan empirisme, sekalipun Kant
tampak sangat kewalahan dalam menengahi dua aliran ini. Dari karya Kant ini
kita harus mengakui keunggulan Hume khususnya dan empirisme umumnya.
Kant
mengatakan rasio dan epiris keduanya berguna bahkan saling ketergantungan untuk
menemukan kebenaran. ''Pengalaman tanpa teori adalah buta. Teori tanpa
pengalaman adalah lelucon'' katanya.
Seperti
mayoritas filsuf, Kant memulai epistemologinya dengan menyajukan pertanyaan
''apa itu pengetahuan?''.
Sebagaimana
pandangan umum, terdapat empat cara orang membuktikan kebenaran: (1)
Korespondensi, artinya kebenaran itu sesuatu yang dapat dikonfirmasi
eksistensinya pada alam eksternal (materii) yang patinya dengan perantaraan
indera. (2) Koherensi, yakni kesesuaian antara premis pertama dengan premis
selanjutnya. (3) pragmatisme, yaitu diakui sesuatu itu sebagai suatu kebenaran
bila dapat segera diuji atau dibuktikan. Dan terakhir (4) konsensi, yaitu
sesuatu diakui sebagai kebenaran bila dianya itu diakui oleh mayoritas.
Saya kira keempat cara di atas
bukanlah cara menemukan kebenaran, tapi cara melakukan (bila boleh tidak
memakai kata 'memaksakan') pembenaran. Tapi ini diakui pula oleh para filsuf.
Karena itu, Kant menawarkan teori justifikasi untuk pembenaran. Fondasionalisme
adalah sistem dasar bagi teori ini. Katanya untuk menentukan suatu pembenaran,
kita harus memiliki satu premis primen yang selanjutnya diikuti oleh premis
lainnya yang harus bersesuaian, lalu premis selanjutnya yang harus bersesuaian
dengan premis sebelumnya juga.
Kata Kant, premis
dasar ini mestilah apriori. Artinya mesti ada satu hal pasti yang tidak bisa
diragukan. Rasionalme meyakini argumen dasarnya yang tak terbantahkan adalah
'aku yang meragu' seperti kata Descartes. Argumen dasar Hume adalah pengalaman
empirikalnya. Apriori dalam istilah Hume sema sekali tidak ada. Bagi Hume,
manusia tidak memiliki Potensi bawaan atau apriori iTu. Bagi Hume, semua
pengetahuan pastinya berdasarkan realitas eksternal.
Sementara itu, Kant ingin mengatakan
bahwa selain yang didapatkan melalui intuisi, ada juga pengetahuan yang
bersandarkan pada potensi bawaan yang dianya tidak berdasarkan dan tidak perlu
dikonfirmasikan pada realitas eksternal. Misalnya pernyataan ''setengah lebih
sedikit daripada keseluruhan''. Pernyataan ini serta merta diyakini pikiran
tanpa memerlukan pembuktian atau rasio.
Dalam melakukan
keputusan pembenaran, menurut Kant, kita harus menggunakan pengalaman analitik.
Pengalaman ini premisnya tidak bisa dibolak-balik. Misal, ''darah itu merah'',
bila dibalik, ''merah itu darah'' akan menyimpang dari makna. Selanjutnya kita
melakukan sintetik. Sintetik premisnya dapat bi balik. Misal, ''manusia itu
hewan berakal'' dan ''hewan berakal itu manusia'' maknanya akan tetap sama.
Dalam pandangan
Kant, pikiran menyesuaikan objek material yang diamati dengan dirinya.
Sebagaimana filsuf lain yang membagikan kategori aksiden, Kant membaginya
menjadi dua belas. Kuantitas yang meliputi a. kesatuan, b. pluralitas, c.
total; kualitas, yang melingkupi d. afirmasi, d. negasi, e. limitasi; relasi,
antaranya f. substansi, g. penyebaba dan efek , h. kominiti (interaksi);
selanjutnya modalitas yang mencakup i. possibilitas, j. eksistensi dan k.
keniscayaan (necessary).
Kant juga
percaya pada hukum kausalitas. tentunya akal manusia perlu membatasi itu supaya
berhingga agar pengetahuan bisa dirumuskan. Tapi tidak perlu Causa Prima itu
harus disebut sebagai 'Tuhan', kenapa tidak 'Alam' saja, atau lainnya.
Kant hidup
sangat teratur dan sangat disiplin. Tia tidur siang, bangun, lalu keluar rumah
untuk jalan-jalan dan kembali bersama pembantunya setiap hari pada waktu yang
sama. Bahkan sebuah rumor berkembang bahwa orang-orang mengepaskan arlojinya
berdasarkan Kant yang berlalu di depan rumahnya. Kant tidak pernah membaca
novel. Satu-satunya Novel yang ia baca cuma 'Emile' karya Rousseau. Novel itu membuatnya tidur siang melebihi
waktu biasanya. Jadinya jadwalnya hari itu menjadi terganggu. Karena aktivitas
Kant terganggu, maka aktivitas warga di kotanya menjadi terganggu semua karena
mereka selalu mengatur jadwal mereka berdasarkan aktivitas Kant. Begitu, entah
benar, entah sekedar anekdot.
Di belahan kota
lain, seorang yang paling mengagimu Kant, selalu menanti dengan resah dan cemas
karya-karya baru tokoh yang dikaguminya itu. Si pengagum adalah orang yang
paling berduka kala mendapat berita kematian sang pencerah Eropa itu. Dia
sangat dipengaruhi oleh Kant, dialah George Wilhelm Hegel.p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar