"Kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki, tidak pernah menginginkan apa yang kita miliki." (Penyair Timur)Apa yang manusia cari dalam hidup? Uang, untuk digunakan bersenang senang. Membeli pakaian semahal-mahalnya. Yang paling mahal diantaranya terbuat dari sutra dan kulit hewan. Semahal-mahal pakaian manusia adalah belum berpakaian bagi binatang, semewah-mewah pakaian manusia adalah hewan yang telanjang. Membeli makanan padahal perut kita hanya sejengkal saja. Dalam hal makanan, monyet lebih hebat dari kita, dia bisa menyimpan makanan di bawah rahangnya bila perutnya telah penuh.Membuat rumah banyak-banyak dan sebesar besarnya dan hanya untuk tidur di sana, sebab sudah terlalu sibuk bekerja. Bila tidur, semua tidak sadar, dalam tidak sadar, tidur di bawah kolong jembatan dengan di hotel berbintang lima, sama saja.Semua yang diimpikan bukan untuk diwujudkan.
Mimpi-mimpi hanya sekedar alasan mengapa kamu harus hidup. Bila kau telah mendapatkan apa yang kau impikan, kamu tak punya lagi alasan untuk hidup.Kamu menikahi seorang wanita putih mulus. Setahun dengannya kamu mulai bosan. Lalu diam-diam kau main belakang dengan si Hitam Manis. Si Hitam Manis selalu membuat penasaran. Kaupun menikahinya tanpa pengetahuan istrimu si Putih Mulus.Lama-lama si Hitam Manis mulai memuakkan. Putih dan hitam sudah kau "coba". Segala gaya, segala atraksi sudah kau peragakan dengan mereka. Kau mulai melakukan adegan di film-fim biru Barat. Padahal Kitab Suci mengecam itu meski dia istrimu. Adegan yang dilarang Kitab Suci itu kau temukan tiada beda laki-laki atau perempuan lawan mainmu di atas ranjang. Lalu kamupun mulai betah dengan laki-laki. Alasannya laki-laki tidak banyak tingkah. Jadilah kau ummat yang dikecam Nabi Luth.Dalam mengejar titel maupun jabatan tidak jauh beda. Hasrat naik pangkat dan titel sebanyak-banyaknya terus menghantam imaji di kepalamu.
Dengan begitu, kau takkan pernah menikmati profesimu.Kamu harus selalu pandai menemu beda: mana kebutuhan, mana keinginan. Kebutuhan itu patut kau penuhi. Sementara itu, keinginanmu tiada berbatas. Pada hakikatnya, kepuasanmu atas keinginan-keinginanmu letaknya bukan pada pencapaian akannya, dianya tidak mengenal kata puas. Kebahagiaanya hanya ada pada momen-momen kamu berusaha menahan keinginanmu. Dan kepuasannya ada pada keberhasilan menghilangkan keinginan-keinginan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar